Ferrari Mengejar Milenium Kedua
Ferrari mengakui sedang terpuruk dan tidak akan cepat bangkit di Formula 1. Namun, tim "Kuda Jingkrak" tidak akan menyerah pada tekanan sejarah gemilang mereka di ajang balap jet darat itu.
MUGELLO, MINGGU – Ferrari menolak disebut mengalami krisis meskipun serentetan hasil buruk di ajang Formula 1 berubah menjadi nestapa. Bahkan, perayaan balapan ke-1000 Ferrari di Sirkuit Mugello, Italia, Minggu (13/9/2020) berakhir tanpa kesan positif.
Kedua pebalap mereka hanya mampu finis di posisi kedelapan dan kesepuluh di balapan penuh drama itu. Ferrari mengakui seperti terjebak ke dalam lubang dan belum menemukan cara untuk keluar.
Ferrari bukan sekali ini mengalami paceklik prestasi. Sebelum era Michael Schumacher, yang meraih lima gelar juara beruntun F1, 2000-2004, Ferrari sempat mengalami 22 tahun paceklik gelar juara F1.
Namun, masa-masa sulit itu tidak membuat tim "Kuda Jingkrak" menyerah dan meninggalkan Formula 1. Tim pabrikan asal Italia itu tetap bertahan, bahkan menjadi satu-satunya tim yang tidak pernah absen sejak debutnya di Formula 1 pada seri kedua musim 1950 di sirkuit jalan raya Monaco yang legendaris.
Baca juga : Wajah Muram Ferrari Menuju Monza
Kini, roda berputar, dan menempatkan Ferrari di bawah. Jangankan bersaing meraih podium, musim ini Ferrari bahkan tidak kompetitif di papan tengah. Balapan terakhir di Mugello menegaskan itu, yaitu saat Charles Leclerc sempat berada di posisi ketiga di awal balapan, tetapi akhirnya hanya bisa finis di posisi kedelapan. Adapun rekan setimnya, Sebastian Vettel, finis di posisi kesepuluh.
Performa jeblok musim ini juga menempatkan Ferrari di posisi keenam dalam klasemen konstruktor. Ferrari berada di bawah Renault, Racing Point, dan McLaren. Sedangkan dua tim teratas adalah Mercedes dan Red Bull.
Tidak menyerah
Namun, performa buruk musim ini tidak mengendurkan optimisme para petinggi Ferrari, termasuk CEO Louis Camilleri yang menghadiri balapan ke-1000 di Mugello. Dia mengakui Ferrari F1 dalam kesulitan, tetapi mereka tidak pernah berpikir untuk menyerah. Bahkan, mereka menantikan balapan keseribu berikutnya.
“Dengarkan, saya pikir Ferrari dan Formula 1 tidak terpisahkan. Bagaimana membayangkan Formula 1 tanpa Ferrari? Atau sebaliknya?,” ujar Camilleri dikutip Motorsport, Senin (14/9).
“Kami sudah berada di sana selamanya dan kami satu-satunya tim (yang rutin mengikuti seri Formula 1), ketika yang lainnya datang dan pergi. Dan, ya, sejarah menciptakan tekanan juga. Jadi, kami menantikan balapan keseribu berikutnya,” tegas Camilleri.
Baca juga : Ferrari Dalam Tekanan
Sebagai tim yang seolah abadi sebagai bagian Formula 1, Ferrari juga tidak akan menyembunyikan wajah mereka yang sedang babak belur musim ini. Mereka terus berusaha memperbaiki performa mobil SF1000 meskipun dengan banyak batasan akibat pembekuan pengembangan sasis dan mesin hingga musim 2021.
“Kami di dalam lubang sekarang. Ini tumpukan banyak faktor, tetapi apapun yang saya katakan akan dinilai sebagai alasan. Kami tidak mencari alasan. Jadi, apa yang terpenting adalah fokus pada masalah-masalah yang kami hadapi dan bekerja keras dengan tekad kembali ke tempat yang sepantasnya,” lanjut Camilleri.
Memerlukan waktu
Kerja keras personel tim Ferrari F1 itu terbagi menjadi jangka pendek dan panjang. Target jangka pendek adalah memperbaiki performa SF1000 untuk musim 2021. Namun, ini bukan jaminan Ferrari akan bisa bersaing meraih gelar juara musim depan. Target realistis mereka adalah memangkas defisit kecepatan puncak serta memperbaiki karakter pengendalian SF1000.
“Secara realistis itu akan berat. Di Formula 1, kami selalu bertarung dengan waktu, baik di lintasan dan dalam pengembangan. Tidak ada solusi yang ajaib. Jadi, kami memerlukan waktu. Saya berharap dengan sedikit fleksibilitas dalam regulasi tahun depan kami bisa paling tidak menaikkan (situasi) dari saat ini,” lanjut Camilleri.
Dia berharap Ferrari akan kembali kompetitif pada 2022, yaitu saat perubahan regulasi F1 diberlakukan penuh. Perubahan regulasi ini diharapkan mampu mengembalikan persaingan ke titik nol. Saat ini, F1 didominasi oleh Mercedes yang selalu menjadi juara di kategori pebalap dan konstruktor sejak era mesin V6 turbo hibrida pada 2014 silam
“Mercedes, angkat topi untuk mereka. Mercedes telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dan kita akan lihat dalam 2022 dengan regulasi baru, apakah ini bisa mengembalikan (persaingan) ke awal. Itu harapan kami,” pungkas Camilleri.
Jalan panjang menanti kami. Ketika Todt memulai siklus bersejarah itu pada 2000, kami datang dari puasa yang berlangsung lebih dari 20 tahun, sejak 1979.(John Elkann)
Keterpurukan Ferrari di ajang Formula 1 musim ini juga diakui oleh Ketua Ferrari John Elkann dalam wawancara dengan media Italia La Gazetta dello Sport, Selasa (28/7). Kepala perusahaan Ferrari itu bahkan menegaskan tidak berharap meraih gelar juara hingga 2022. Namun, dia tetap memberi kepercayaan pada Kepala Tim Ferrari F1 Mattia Binotto untuk membangun tim yang kuat dengan ambisi meraih gelar juara dunia.
“Percaya sepenuhnya. Mattia Binotto, yang telah memimpin Scuderia selama setahun, memiliki semua kemampuan dan karakteristik untuk memulai siklus kemenangan baru. Dia telah di Ferrari bersama (Jean) Todt dan (Michael) Schumacher. Dia tahu cara untuk menang dan mulai tahun depan dia akan bekerja dengan dua pebalap muda dan ambisius seperti kami,” lanjut bos berusia 44 tahun itu.
Masa kontras
Ferrari sudah terlalu lama menunggu gelar juara, baik pebalap maupun konstruktor. Gelar juara pebalap terakhir kali diraih pada 2007 melalui Kimi Raikkonen. Sedangkan gelar konstruktor terakhir pada 2008. Ini sangat kontras dengan masa kejayaan mereka di era Schumacher yang meraih lima gelar juara beruntun pada 2000-2004.
“Jalan panjang menanti kami. Ketika Todt memulai siklus bersejarah itu pada 2000, kami datang dari puasa yang berlangsung lebih dari 20 tahun, sejak 1979,” tegas Elkann kemudian.
Ferrari memang mengalami puasa gelar yang panjang pada era 1990-an. Setelah pebalap kelahiran Afrika Selatan, Jody Scheckter, meraih gelar juara pada 1979, Ferrari hanya menjadi penonton dominasi McLaren, Williams, dan Benetton.
“Ini (kejayaan) membutuhkan waktu, mulai dia (Todt) datang pada 1993 hingga dia membawa Ferrari kembali ke kemenangan. Hal yang terpenting adalah bekerja di dalam dan di luar trek, menciptakan kohesi dan stabilitas, untuk membangun Ferrari yang kita inginkan selangkah demi selangkah,” tegas Elkann yang juga menyaksikan balapan ke-1000 Ferrari di Mugello akhir pekan lalu.