Pusat tenis Amerika Serikat di Flushing Meadows, New York, kembali bergeliat. Sempat difungsikan sebagai rumah sakit darurat, Meadows kembali menjadi episentrum tenis dunia lewat Grand Slam AS, 31 Agustus-13 September.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
NEW YORK, SABTU - Lima bulan lalu, sebanyak 350 tempat tidur ditempatkan di Pusat Tenis Nasional Billie Jean King, New York, Amerika Serikat, untuk merawat penderita Covid-19. Kini, pada 31 Agustus-13 September, kota yang menjadi episentrum Covid-19 di AS itu akan menggelar salah satu turnamen tenis level tertinggi dunia, Grand Slam AS Terbuka.
Sepekan terakhir, kompleks lapangan tenis yang berada di Flushing Meadows, New York, itu telah dipakai untuk menggelar turnamen ATP/WTA Cincinnati yang dipindahkan dari Ohio. Turnamen ini menjadi ajang pemanasan para petenis profesional dunia sekaligus ”gladi resik” bagi penyelenggaraan AS Terbuka, grand slam pertama di era pandemi.
Sempat mati suri sejak Maret lalu, kompetisi tenis resmi kembali hidup sejak awal Agustus dengan digelarnya turnamen putri, WTA Palermo, Italia. Seperti AS, Italia juga menjadi salah satu negara dengan kasus Covid-19 terbanyak.
Maka, WTA Palermo, diikuti turnamen putri berikutnya di Lexington, AS, lalu ATP/WTA Cincinnati di New York, memakai protokol kesehatan ketat yang harus diikuti petenis, tim pendukungnya, serta panita turnamen. Salah satu aspek terpenting dalam olahraga, yaitu penonton, dihilangkan.
Setiap peserta harus mengenakan masker dan menjaga jarak. Asosiasi Tenis AS (USTA) menciptakan ”gelembung”, dengan memindahkan ATP/WTA Cincinnati ke New York, lalu membatasi ruang gerak peserta pada lingkungan tertentu.
Kota New York telah menjadi ‘neraka’, tetapi kami bangkit. Menggelar AS Terbuka, terutama di tempat yang pernah dipakai untuk rumah sakit darurat, adalah bukti upaya menakjubkan warga melawan Covid-19.(Bill de Blasio)
Seluruh pembatasan itu dilakukan untuk menjamin berjalannya kembali kompetisi tenis di tengah pandemi, namun tetap aman bagi pesertanya.
”Kota New York telah menjadi ‘neraka’, tetapi kami bangkit. Menggelar AS Terbuka, terutama di tempat yang pernah dipakai untuk rumah sakit darurat, adalah bukti upaya menakjubkan warga New York melawan Covid-19,” tutur Walikota New York Bill de Blasio.
New York telah menjadi kota di AS dengan kasus Covid-19 tertinggi, yaitu sekitar 236.000 kasus dengan 23.000 kematian. Namun, sepekan terakhir, penambahan kasus per hari tinggal 150. Angka tersebut jauh berkurang dibandingkan penambahan 5.000 kasus per hari sejak puncaknya, April lalu.
De Blasio tetap meminta warga New York mengenakan masker dan menjaga jarak saat menjelang dan berlangsungnya AS Terbuka, meski turnamen itu digelar tanpa penonton. Selain meminta peserta AS Terbuka untuk hanya berada di tempat pertandingan dan tempat tinggal, pemerintah mengharuskan karantina terhadap warga yang datang dari 30 negara bagian lain ke New York.
Panitia pun telah menyiapkan beragam skenario jika kasus positif Covid-19 muncul menjelang dan selama turnamen, begitu pula bagi sanksi bagi para pelanggar peraturan.
Panggung Djokovic
Di lapangan, gelar juara bisa menjadi pernyataan dominasi dua petenis, Novak Djokovic dan Serena Williams. Dengan status tak terkalahkan pada 21 pertandingan beruntun sejak awal musim hingga lolos ke semifinal ATP Cincinnati, seharusnya tak ada yang bisa menyaingi Djokovic untuk menjuarai AS Terbuka.
Jika Djokovic bisa membawa pulang trofi juara pada final di Stadion Arthur Ashe, 13 September, dia tak hanya menambah trofi juara AS Terbuka menjadi empat. Petenis dengan 17 gelar grand slam ini juga kian mendekatkan diri pada prestasi dua rivalnya, Rafael Nadal (19 gelar grand slam) dan Roger Federer (20 gelar).
Trofi juara AS Terbuka 2020 juga bisa mempertegas dominasi Djokovic di puncak tunggal putra dunia saat ini. Petenis berusia 33 tahun itu telah menjadi nomor satu dunia selama 283 pekan. Ia hanya kalah dari Pete Sampras (286 pekan) dan Federer (310), pemegang rekor nomor satu terlama.
Mengingat prestasinya yang unggul jauh dari para rivalnya di Meadows, seperti Dominic Thiem, Stefanos Tsitsipas, Daniil Medvedev, dan Alexander Zverev, Djokovic berpeluang besar menjadi juara. Itu dibuktikannya dengan raihan lima trofi dari tujuh grand slam terakhir. Peluangnya juara bertambah dengan absennya Federer dan Nadal di Meadows.
”Sudah tentu rasanya akan aneh tanpa Federer dan Nadal di AS Terbuka nanti. Namun, tanpa kehadiran mereka, petenis top lain tetap hadir. Jadi, grand slam (AS Terbuka) ini tak akan berbeda dengan grand slam lainnya,” kata Djokovic.
Petenis Serbia itu juga berpendapat, momen enam bulan tanpa turnamen membuat semua petenis memiliki peluang sama untuk menjuarai turnamen. ”Siapapun bisa menang. Kita tak tahu apa yang akan dirasakan setiap pemain dalam grand slam setelah sekian lama tak bertanding,” lanjutnya.
Adapun bagi Serena, gelar juara akan mempertegas dominasi panjangnya di tenis putri. Petenis dengan 23 gelar grand slam ini meraih gelar pertama turnamen mayor di AS Terbuka 1999 pada usia 18 tahun. Jika juara, ia akan meraih gelar grand slam ke-24 dalam rentang 21 tahun.
Itu artinya ia menyamai rekor Margaret Court sebagai petenis dengan trofi tunggal terbanyak di grand slam (24 trofi). Target itulah yang mendorong Serena kembali ke kompetisi setelah menjadi ibu. Setelah meraih gelar ke-23 dari Australia Terbuka 2017, target Serena itu empat kali tertunda. Dia mencapai final Wimbledon 2018 dan 2019, serta AS Terbuka 2018 dan 2019, tetapi kalah dari lawan berbeda.
Absennya enam dari delapan tunggal putri teratas dunia melambungkan peluang Serena juara di Meadows, hal yang terakhir kali diraihnya pada 2014. Namun, penampilan di dua turnamen pemanasan terakhir membuat peluang Serena juara kini setara para petenis lainnya.
Dalam lima laga di WTA Lexington dan Cincinnati, Serena selalu bermain tiga set dan dua kali kalah. Meski menegaskan dirinya dalam kondisi bugar, Serena terlihat kelelahan saat dikalahkan Maria Sakkari pada babak ketiga WTA Cincinnati. Dia pun sadar diri harus memperbaiki kelemahannya dalam sisa waktu jelang AS Terbuka.
”Sulit kembali ke permainan terbaik, seperti sebelum masa saat ini (pandemi). Ini tahun spesial, belum pernah dialami siapa pun. Namun, saya harus menemukan cara kembali,” katanya.(ap/reuters)