Luka Doncic (21), bintang muda Dallas Mavericks, mencetak ”triple double” saat timnya membekap kandidat juara, LA Clippers, 135-133, Senin WIB. Sepak terjangnya itu mengingatkan publik akan legenda NBA, Michael Jordan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
ORLANDO, SENIN — Sudah cukup lama sejak kali terakhir NBA memiliki pemain muda fenomenal di playoff yang setingkat LeBron James dan Michael Jordan. Penantian panjang itu telah berakhir berkat pertunjukan fantastis ”bocah ajaib” Dallas Mavericks, Luka Doncic, pada babak gugur NBA musim ini.
Semua mata tertuju ke Doncic saat dia melesakkan bola di detik terakhir babak tambahan pada gim keempat playoff versus Los Angeles Clippers, Senin (24/8/2020) pagi WIB di Orlando. Dengan gerak tipu berupa langkah mundur yang elegan, Doncic lantas menembak bola dari luar area tiga angka.
”Tett...,” bunyi bel penanda akhir laga yang beriringan dengan masuknya bola ke keranjang Clippers. Lemparan Doncic itu membuat timnya menang dramatis, 135-133. Tidak hanya berhenti di sana, ia juga menorehkan statistik gemilang, triple double, berupa 43 poin, 17 rebound dan 13 asis, di laga itu.
Saya tidak bisa menjelaskan perasaan ini. Bukan hanya saat bola masuk, tetapi bagaimana semua anggota tim berlari ke arah saya. Ini momen spesial. Salah satu perasaan terbaik saya sebagai seorang pemain. (Luka Doncic)
Menakjubkan. Buzzer beater penentu kemenangan laga itu dibuat seorang pemain di tahun keduanya di NBA sekaligus debutan di playoff. Pemain berusia 21 tahun itu sukses mengacak-acak Clippers, sang kandidat juara NBA, yang punya megabintang veteran, seperti Kawhi Leonard dan Paul George.
”Saya tidak bisa menjelaskan perasaan ini. Bukan hanya saat bola masuk, tetapi bagaimana semua anggota tim berlari ke arah saya. Ini momen spesial. Salah satu perasaan terbaik saya sebagai seorang pemain,” kata Doncic, selepas laga tersebut.
Tertinggal 21 poin
Doncic membangkitkan Mavericks yang tertinggal 21 poin di paruh pertama. Dia seperti lupa terhadap kondisi engkel kaki kirinya yang cedera di gim ketiga. Dalam dua hari terakhir, pemain asal Slovenia ini lebih sering menuju ruang perawatan dibanding berlatih di lapangan.
Ia dalam situasi sulit. Selain kondisi yang tidak ideal di kaki kirinya itu, ia harus memikul beban besar di bahunya. Doncic seorang diri memimpin tim karena bintang Mavericks, Kristaps Porzingis, tidak bisa tampil beberapa jam sebelum laga itu. Namun, pemain yang masih polos ini justru tidak gentar.
Kehebatannya itu pun membuat jagat media sosial gempar. Pujian datang langsung dari pemain yang masih aktif, seperti LeBron James dan Stephen Curry, hingga legenda hidup NBA macam Dwayne Wade.
”Luka (Doncic) adalah seorang megabintang tulen,” sanjung forward peraih satu cincin juara NBA asal Cleveland Cavaliers, Kevin Love.
Kiprah fenomenalnya di play off NBA mengingatkan publik kepada ”dewa-dewa” bola basket NBA, seperti Michael Jordan dan James. Saat masih muda, keduanya sama-sama mengubah tim gurem menjadi tim menakutkan lewat tangannya sendiri. Jordan menyulap Chicago Bulls, sedangkan James membangunkan Cavaliers.
Rekor demi rekor pun dilalui Doncic musim ini. Penampilannya di laga kemarin membuatnya sejajar dengan Jordan dan James sebagai pencetak buzzer beater kemenangan dengan jumlah poin tertinggi. Padahal, dua hari sebelumnya, dia baru saja melewati rekor milik legenda hidup NBA, Kareem Abdul Jabbar, dalam hal perolehan poin di dua penampilan debut babak playoff.
Guard pelapis Mavericks, Seth Curry, mengibaratkan Doncic seperti jantung dalam timnya. Ketika Doncic hadir, tim dan pemain-pemain lainnya seolah bisa bernapas.
”Saat kami mengetahui dia ada di lineup (daftar susunan pemain), kami tahu bakal ada hal spesial yang akan datang dari dirinya,” ucap saudara kandung Stephen Curry itu.
Doncic, yang berperan sebagai point guard, tak mampu dikawal dua penjaga perimeter terbaik, Leonard dan George. Meski tidak punya atletisme dan kecepatan seperti umumnya pemain asal AS, Doncic memanfaatkan teknik dan kepintarannya.
Gerakannya terlihat lambat, tetapi sangat efektif. Keelokan gerakan itu laiknya sebuah tarian kontemporer yang ada di lapangan basket.
Mantan pemain juara Liga Eropa bersama Real Madrid, ketika masih remaja, itu tahu kapan harus menembak maupun mengumpan. Insting hebat itu tercermin dalam akurasi tembakannya yang mencapai 58 persen (18 dari 31) dan total asis atau umpan yang mencapai dua digit.
Lalu, ketenangannya mengatur tempo permainan juga membuat rekan-rekannya turut diuntungkan. Penembak Mavericks, Tim Hardaway Jr (21 poin) dan Trey Burke (25 poin), bisa mengeksekusi dengan tenang tembakan-tembakan dari area luar.
Berkat kiprah pemain 21 tahun itu, Mavericks menjaga kans lolos ke semifinal Wilayah Barat NBA pada musim 2019-2020. Mereka kini sama kuat, yaitu 2-2, dengan Clippers, dari empat gim putaran pertama play off yang telah berlangsung sejauh ini.
Di kubu sebaliknya, sebagai calon juara, Clippers pun perlu khawatir dengan penampilannya. Dengan skuad lengkap dari inti sampai cadangan, mereka nyaris hanya mengandalkan Leonard (32 poin) dan Lou Williams (36 poin).
George, yang semestinya jadi mesin skor tim, justru ”tertidur” dalam empat gim babak itu yang telah berlangsung. Kandidat most valuable player (MVP) atau pemain terbaik musim lalu itu hanya mampu menyumbang 9 poin dengan akurasi 21 persen. Kontribusi itu sangatlah minim bagi sang bintang Clippers yang mencetak rata-rata 21 poin setiap laganya di babak reguler musim ini itu.
Kesan bahwa George adalah pemain yang tak punya mental kuat di playoff pun kembali menguat. Sebelumnya, ketika membela Indiana Pacers dan Oklahoma City Thunder, dia juga selalu tampil buruk di playoff. Padahal, seperti halnya musim ini, performanya luar biasa di babak reguler.
Pelatih La Clippers Doc Rivers mengakui, timnya lemah mental dan emosional di laga itu sehingga bisa dikejar dan dikalahkan Mavericks meskipun sempat unggul jauh.
”Anda bisa melihat perbedaan pada semangat bermain, Mereka (Mavericks) terus berlari dan bergairah. Padahal, mereka minus Porzingis. Saya harus membenahi (mental) tim kami,” ujar Rivers.(AP)