Ducati menjadi satu-satunya tim yang bisa mengusik dominasi Honda di MotoGP, dengan empat musim beruntun finis terdepan di Austria. Musim ini, Ducati mengalami penurunan performa, dan terancam dikudeta oleh Yamaha.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·6 menit baca
SPIELBERG, SABTU – Red Bull Ring telah menjadi sirkuit yang identik dengan Ducati setelah empat musim beruntun, 2016-2019, para pebalapnya bisa mengungguli pebalap Honda Marc Marquez, dengan finis terdepan. Musim ini, para pemacu Ducati dalam situasi sulit, dan berpotensi dikudeta oleh para pebalap Yamaha di Red Bull Ring. Namun, peluang Ducati mempertahankan takhtanya masih terbuka pada balapan Minggu (16/8/2020) mulai pukul 19.00 WIB.
Seri Austria menjadi tantangan besar bagi para pemacu Ducati untuk menjaga martabat mereka yang meredup dalam tiga seri awal MotoGP musim ini. Mereka kesulitan bersaing dalam dua balapan di Jerez, serta seri ketiga di Brno, Ceko, akhir pekan lalu. Namun, mereka mendapatkan angin segar begitu Desmosedici kembali melesat di Red Bull Ring, pada Jumat lalu. Para pebalap Ducati mulai menemukan solusi untuk mengembalikan harmoni antara karakter Desmosedici yang liar dan sangat kencang dengan daya cengkeram ban baru Michelin.
Pebalap utama tim pabrikan Ducati, Andrea Dovizioso mendapatkan kembali feeling pengendalian motornya dengan pendekatan berbeda pada pengereman. Itu membuat dirinya bisa memacu motor lebih cepat serta konsisten dalam menjaga pace, atau waktu menyelesaikan satu putaran dalam kondisi flying lap. Dovizioso pun sempat memuncaki sesi kualifikasi kedua (Q2), namun tidak bertahan lama, karena pebalap tim pabrikan Yamaha Maverick Vinales kembali tercepat dan meraih pole position.
“Saya sangat senang, target saya adalah berada di baris terdepan, tetapi saya tiba-tiba memiliki feeling yang luar biasa dengan motor dan kami melakukan kemajuan yang sangat besar sejak pagi ini dan tim melakukan pekerjaan dengan sangat bagus tadi malam. Dan kami perlu memahami untuk balapan besok, ban mana yang terbaik, tetapi motor bekerja dengan sangat baik, sangat berbeda dengan di Brno, jadi saya sangat senang dan antusias karena kami tahu dalam satu lap kami sangat cepat,” ujar Vinales.
Vinales memacu motornya dengan sangat agresif saat Q2 dengan ban depan kompon medium dan ban belakang kompon lunak. Dia pun mampu memaksimalkan keunggulan Yamaha dalam melibas tikungan dengan cepat. Ini menjadi kunci bagi para pemacu YZR-M1 untuk mengalahkan kecepatan puncak Ducati yang lebih tinggi. Teknik membalap Vinales yang sangat presisi itulah yang memaksa Dovizioso tergusur ke posisi start empat.
Namun, ancaman dari Ducati belum hilang, karena pebalap tim satelit Pramac Ducati Jack Miller meraih posisi start kedua setelah melakukan time attack dalam 30 detik terakhir Q2. Miller akan diapit oleh para pebalap Yamaha, karena Fabio Quartararo (Petronas SRT), meraih posisi start ketiga.
“Di sektor terakhir, saya belum terlalu puas, pada tikungan sembilan saya masih kehilangan daya cengkeram ban belakang, dan kami akan berusaha memperbaiki itu untuk balapan. Tetapi ini posisi yang sangat baik untuk pengawali seri Austria,” ujar Miller kepada MotoGP.
Miller sudah menantikan momen di mana dia bisa memacu Desmosedici pada performa terbaiknya. Dalam tiga seri awal, dia tidak bisa memaksa Desmosedici untuk melesat secepat mungkin, karena masalah daya cengkeram ban.
Situasi yang sama dialami oleh pemuncak klasemen sementara, Quartararo. Dia berjaya dalam dua balapan di Jerez, tetapi hanya bisa finis di posisi ketujuh di Brno.
Salah satu perubahan yang dilakukan Quartararo adalah pemasangan pengatur ketinggian motor. Alat itu terlihat dipakai pebalap berusia 22 tahun itu saat sesi latihan yang berfungsi mengurangi ban depan terangkat saat akselerasi keluar tikungan. Berbagai perbaikan pada setelan motor membuat Quartararo bisa kembali ke persaingan baris depan.
“Jujur, saya merasa sangat senang. Kami perlu mengecek pace kami, tetapi saya rasa tidak terlalu buruk. Terima kasih kepada tim karena kami melakukan banyak perubahan pada motor sepanjang akhir pekan ini, dan saya merasa sangat senang kembali ke baris depan,” tegas pebalap asal Perancis itu.
Masa depan Dovizioso
Di belakang Quartararo ada Dovizioso yang finis terdepan di Austria pada 2017 dan 2019. Ini akan menjadi persaingan pebalap muda dan senior yang kaya pengalaman. Namun, persaingan lebih ketat akan terjadi karena ada dua pebalap, masing-masing untuk Yamaha dan Ducati, dalam posisi start empat terdepan. Mereka akan sangat ngotot menjadi yang terdepan, terutama bagi Dovizioso yang akan meninggalkan Ducati di akhir musim 2020.
Kepergian Dovizioso dari Ducati yang telah dia bela selama delapan tahun dikonfirmasi oleh manajer pebalap Italia berusia 34 tahun itu, Simone Battistella, pada Sabtu. “Ya, kami berkomunikasi dengan Ducati, tetapi Andrea telah memutuskan, terlepas dari apakah Ducati akan memberi tawaran atau tidak, dia tidak ingin melanjutkan untuk ke depan. Dia saat ini lebih memilih fokus pada balapan dan berusaha melakukan yang terbaik dan memenangi kejuaraan jika memungkinkan,” ujar Battistella kepada MotoGP.
“Salah satu pertimbangan Andrea mengambil keputusan ini karena proses perpanjangan kontrak telah menjadi gangguan, sehingga dia lebih memilih tetap fokus pada balapan dan kejuaraan. Saya tahu dia mampu bersaing untuk juara, dan dia tidak mau ada gangguan untuk itu,” lanjut Battistella.
Dovizioso belum memiliki gambaran akan membalap di tim mana musim depan. “Tidak (ada tawaran). Dia bertekad untuk menjalani balapan, dan saat ini kami tidak memiliki tawaran atau peluang apapun. Dia (Dovizioso) berkonsentrasi untuk balapan serta akan mempertimbangkan jika ada tawaran dan proyek yang mungkin dia terima,” jelas Battistella.
Jika melihat peluang yang ada, dia hanya bisa bergabung ke Aprilia. Namun, tim asal Italia itu masih menunggu hasil banding doping Andrea Iannone di Pengadilan Arbitrase Olahraga. Namun, apakah Dovizioso akan bertahan di MotoGP musim depan juga belum bisa dipastikan. “Saya tidak tahu, jika Anda melihat kontrak pebalap MotoGP saat ini, pada dasarnya telah penuh, tapi itu bukan masalah. Yang terpenting adalah dia terbuka untuk sebuah proyek jika dia tertarik dan kita lihat saja apa yang akan terjadi,” pungkas Battistella.
Perpisahan Dovizioso dan Ducati ini menjadi kejutan besar, dan diduga akibat kebuntuan negosiasi nilai kontrak. Ducati diyakini memberi tawaran gaji yang jauh lebih rendah akibat tekanan ekonomi di masa pandemi Covid-19 ini.
“Ya, sayangnya itu benar. Pagi ini kami bertemu dengan Simone Battistella, manajer Andrea, dan menyadari bahwa kami tidak akan melanjutkan (kerja sama) setelah akhir musim ini. Sekarang kami akan berkonsentrasi pada balapan yang tersisa dan persaingan masih terbuka. Kami berusaha mengakhiri musim ini dengan cara sebaik mungkin dan kemudian melangkah ke depan,” tegas Paolo Ciabatti Direktur Olahraga Ducati Corse.
Terkait pengganti Dovizioso, Ciabatti belum memiliki jawaban pasti. Namun, mereka akan fokus pada dua pebalap di tim satelit, antara Johann Zarco (Esponsorama) dan Francesco Bagnaia (Pramac) yang masih menjalani pemulihan cedera. Peluang Bagnaia promosi ke tim pabrikan sangat besar, karena dia masih sangat muda dan mulai menunjukan kemampuannya bersaing di papan atas. “Kami memiliki beberapa nama, dan kami akan mengumumkan pebalap yang akan menjadi rekan setim Jack Miller tahun depan,” pungkas Ciabatti.