Dengan empat kemenangan dan dua kekalahan, Indonesia masih berada di peringkat keempat Grup A Divisi Dua Olimpiade Catur Daring. Langkah Indonesia untuk lolos ke Divisi Utama harus ditentukan di hari terakhir laga grup.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peluang tim Indonesia lolos dari Divisi Dua ke Divisi Utama Olimpiade Catur Daring edisi pertama kini cukup berat. Pada perhelatan hari kedua, Sabtu (15/8/2020), tim ”Merah Putih” menelan satu kekalahan dan meraih dua kemenangan sehingga tertahan di peringkat keempat.
Mereka harus menyapu tiga kemenangan dari lawan-lawan yang cukup berat di hari ketiga atau pamungkas penyisihan grup jika ingin memperpanjang napas pada kejuaraan kali ini.
Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi) Kristianus Liem dihubungi dari Jakarta, Sabtu, mengatakan, Indonesia kalah 2,5 poin - 3,5 poin dari Jerman, menang 3,5 poin -2,5 poin atas Belarus, dan menang 4,5 poin -1,5 poin atas Belgia. Kekalahan dari Jerman itu cukup disayangkan.
Sejatinya Indonesia punya peluang memenangi laga atas Jerman. Pada dua laga yang menentukan dan berpotensi menang, pecatur Indonesia gagal meraih hasil optimal. Pecatur cilik Kandidat Master/CM Aditya Bagus Arfan, yang berjumpa pecatur Jerman, Master Internasional/IM Roven Vogel, punya peluang besar menang mutlak. Akan tetapi, peluang itu justru berbalik menjadi kekalahan.
Hingga langkah ke-41 laga itu, Aditya sudah unggul posisi dan kualitas. Setidaknya, banteng dia sudah berada di baris ketujuh atau surga banteng dalam permainan catur. Pecatur berusia 13 tahun itu juga unggul kualitas. Dia memiliki menteri dan satu banteng, sedangkan Vogel menteri dan satu gajah.
Namun, Aditya kalah waktu. Dia hanya memiliki waktu 2 menit, sedangkan lawan masih 8 menit. Kondisi itu membuat pecatur kelahiran Bekasi, Jawa Barat, 31 Oktober 2006, tersebut panik dan melakukan langkah keliru. Dari posisi menekan, dirinya justru memundurkan satu per satu buahnya.
Kondisi itu dimanfaatkan betul oleh Vogel untuk balik menyerang. Tak pelak, di langkah ke-67, Aditya kalah dari Vogel. ”Kekalahan ini karena Aditya kalah jam terbang. Di usianya yang masih sangat muda, dia belum bisa mengelola kepanikan. Padahal, waktu 2 menit itu masih cukup untuk memenangi laga tersebut,” ujar Kristianus.
Sementara itu, Grand Master/GM Novendra Priasmoro, yang berhadapan dengan pecatur Jerman, GM Daniel Fridman, punya peluang besar menang. Akan tetapi, ia justru meraih hasil remis. Sejak awal laga, Novendra selalu menekan Fridman sehingga lawannya terus menawarkan remis.
Di langkah ke-50, Novendra punya peluang untuk menang. Dua bentengnya sudah berada di baris ketujuh dan satu pion di f6 atau segera promosi. Namun, dengan waktu sama-sama di bawah 1 menit, Novendra justru lebih panik dibandingkan dengan lawannya. Beberapa langkahnya tidak akurat untuk terus menekan lawan.
Akhirnya, di langkah ke-61, Novendra menjadi remis dengan Fridman karena terjadi bentuk bangunan yang sama secara berulang tiga kali. ”Alasan Novendra, walaupun sudah berkali-kali mencoba skak, dia selalu meleset ketika ingin melakukan skak mat,” kata Kristianus.
Harus habis-habisan
Berkat hasil tersebut, Indonesia berada di peringkat keempat dari 10 tim di Grup A Divisi Dua Olimpiade Catur Daring. Mereka mengumpulkan 8 poin regu dan 22,5 poin kemenangan per papan. Mereka tertinggal dari Bulgaria di peringkat pertama dengan 12 poin regu dan 27 poin kemenangan papan, lalu Jerman di urutan kedua dengan 11 poin regu dan 23 poin kemenangan papan, dan Australia di posisi ketiga dengan 10 poin regu dan 25 poin kemenangan papan.
Untuk lolos ke Divisi Utama, Indonesia harus berada di peringkat tiga besar karena hanya tim tiga besar dari masing-masing grup divisi dua yang bisa lolos ke divisi selanjutnya. Maka itu, nasib Indonesia akan ditentukan pada hari ketiga atau hari terakhir penyisihan grup, Minggu (16/8/2020) ini.
Pada hari ketiga, Indonesia akan bertemu Australia di babak ketujuh, Bulgaria di babak kedelapan, dan Bangladesh di babak kesembilan. Di atas kertas, Australia punya kemampuan selevel dengan Indonesia. Akan tetapi, mereka mendapatkan tambahan dua pecatur putri naturalisasi, yakni WGM asal China dan WGM asal Rusia.
Dengan dua pecatur naturalisasi itu, kekuatan Australia jadi sulit ditebak. Atas dasar itu, Indonesia harus berjuang habis-habisan saat melawan tim asal ”Negeri Kanguru” tersebut. ”Kalau remis, apalagi kalah, kita akan sulit untuk mengejar mereka,” kata Kristianus.
Dengan mengalahkan Australia, Indonesia berharap pesaingnya itu bisa terjungkal di dua laga berikutnya sehingga mereka bisa merangsek ke peringkat ketiga. Adapun Indonesia akan menjalani laga tak kalah berat ketika bertemu dengan Bulgaria yang memimpin klasemen grup dengan poin sempurna atau selalu menang.
Melawan Bangladesh, Indonesia berpeluang meraih poin penuh mengingat di atas kertas level tim asal Asia Selatan itu masih di bawah mereka. Saat ini, Bangladesh hanya berada di peringkat kesembilan dengan 2 poin regu dan 12 poin kemenangan papan.
Saya berharap anak-anak tidak melakukan kesalahan seperti ketika kalah dari Filipina dan Jerman sewaktu berhadapan dengan Australia nanti. (Kristianus Liem)
”Saya berharap anak-anak tidak melakukan kesalahan seperti ketika kalah dari Filipina dan Jerman sewaktu berhadapan dengan Australia nanti. Sebab, ini menjadi salah satu kunci atau penentu kita untuk lolos ke divisi berikutnya,” ujar Kristianus.
Sebelumnya, Ketua Umum PB Percasi GM Utut Adianto berharap tim Indonesia bisa bermain dengan serius di Olimpiade ini walaupun hanya dalam bentuk daring. Dirinya memasang target Indonesia untuk lolos ke divisi utama guna berjumpa dengan negara-negara elite pecaturan dunia. ”Kalau bisa berprestasi di sini, itu tetap menjadi kebanggaan untuk Indonesia,” katanya.