Musim ini Manchester United sudah gugur dalam dua laga semifinal di dua kompetisi domestik. Mereka tidak mau mengalami hal serupa ketika menghadapi tim yang sulit dikalahkan seperti Sevilla di Liga Europa.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
COLOGNE, Minggu — Manchester United kurang beruntung dalam pertarungan berformat turnamen pada musim ini. Tim berjuluk ”Setan Merah” ini berhasil menembus babak semifinal Piala Liga Inggris dan Piala FA musim ini, tetapi gagal melaju ke final. Mereka telah belajar dari rasa sakit itu sebelum menjalani laga semifinal Liga Europa melawan Sevilla di Stadion Rhein Energie, Cologne, Jerman, Senin (17/8/2020) pukul 02.00 WIB.
Pada laga semifinal mereka yang ketiga musim ini, MU menyadari bahwa lawan mereka kali ini begitu tangguh. Sevilla adalah tim wakil Spanyol yang belum terkalahkan dalam 19 laga terakhir di semua kompetisi. Mereka meraih 10 kemenangan dan 9 hasil imbang.
”Kami telah belajar bahwa tersingkir saat babak semifinal itu sangat menyakitkan. Anda harus fokus 100 persen karena momen sekejap saja dapat membuat perbedaan, membuat Anda menang atau kalah,” ujar Manajer MU Ole Gunnar Solskjaer.
Rasa sakit itu sangat dirasakan MU ketika disingkirkan Manchester City pada semifinal Piala Liga Inggris, Januari lalu. MU kalah 1-3 pada laga pertama dan menang 1-0 pada laga kedua. Namun, kemenangan itu tidak berarti karena mereka telah kalah dalam jumlah agregat gol, 2-3.
Setelah kompetisi sepak bola di Eropa kembali dilanjutkan di tengah pandemi, ajang Piala FA kembali bergulir pada akhir Juni lalu. Setan Merah mampu mengadaptasi permainan atraktif yang mereka tampilkan di Liga Inggris ke ajang Piala FA. Namun, mereka tetap dapat dikalahkan Chelsea 1-3, pada babak semifinal.
Persis seperti yang dikatakan Solskjaer, pengalaman tersebut sangat menyakitkan karena begitu sampai pada babak semifinal, mereka sudah melihat wujud dari trofi yang diincar. Tinggal selangkah lagi mereka bisa sampai ke final dan membawa pulang tetenger untuk menghibur diri karena belum bisa menjuarai Liga Inggris. Sayangnya, kenyataan tidak sesuai dengan harapan.
Kesalahan sama
Kegagalan MU pada dua laga semifinal lainnya itu disebabkan kesalahan yang sama yang harus diperbaiki oleh Solskjaer sebelum bertemu Sevilla, yaitu tidak membiarkan lawan ”berdansa” sejak awal laga. Awal Januari lalu, ketika dikalahkan City pada laga pertama semifinal Piala Liga Inggris, MU langsung tertinggal tiga gol sejak menit ke-17. Mereka baru bisa membalas pada menit ke-70 melalui gol Marcus Rashford.
Hal serupa dialami MU ketika kalah dari Chelsea di Stadion Wembley pada laga semifinal Piala FA, pertengahan Juli lalu. Chelsea unggul tiga gol sejak akhir babak pertama. MU sekali lagi baru bisa membalas gol pada menit-menit akhir. Pada laga itu, pembalasan dilakukan Bruno Fernandes melalui tendangan penalti pada menit ke-85.
Solskjaer pun merasa wajib menerapkan pendekatan berbeda di hadapan Sevilla. ”Jika memulai laga dengan banyak bertahan, tidak banyak menguasai bola, dan gagal melakukan tekel pertama, Anda akan menemui banyak kesulitan,” katanya.
MU sudah mencoba lebih banyak menekan pada laga perempat final ketika mengalahkan Kopenhagen FC, 1-0. Solskjaer meminta para pemainnya untuk menyerbu gawang lawan tanpa belas kasihan. Namun, tetap saja ada halangan berupa sosok kiper Kopenhagen yang tampil gemilang pada laga itu, Karl-Johan Johnsson. Satu gol MU pada laga itu pun tercipta dari tendangan penalti yang dilakukan Fernandes.
MU merupakan wakil tersisa Inggris di kompetisi level Eropa musim ini setelah wakil-wakil Inggris lainnya bertumbangan di Liga Champions.
Cara yang sama akan dilakukan terhadap Sevilla karena Liga Europa merupakan kesempatan terakhir bagi MU untuk bisa mendapatkan trofi musim ini. Selain itu, MU merupakan wakil tersisa Inggris di kompetisi level Eropa musim ini setelah wakil-wakil Inggris lainnya bertumbangan di Liga Champions.
Sevilla memiliki target besar untuk merebut trofi Liga Europa yang keenam dan memperkokoh status mereka sebagai penguasa turnamen ini. Di sisi lain, Pelatih Sevilla Julen Lopetegui juga merasa target itu tidak mudah dicapai karena ia melihat MU yang berbeda.
”Saya rasa skuad MU ini adalah yang terbaik sejak beberapa tahun terakhir. Mereka telah menemukan karakternya dan tidak terkalahkan sejak Januari di Liga Inggris. Kami harus tampil sebaik mungkin jika ingin bersaing dengan mereka,” ujar Lopetegui.
Sama seperti MU, Lopetegui pun sudah belajar dari rasa sakit hingga akhirnya ia bisa membawa Sevilla sampai pada tahap ini. Lopetegui dipecat sebagai pelatih tim nasional Spanyol sesaat sebelum Piala Dunia Rusia 2018 bergulir. Ia dipecat gara-gara mengalihkan fokus untuk menjadi pelatih Real Madrid. Tragisnya, Real juga memecat Lopetegui yang baru bertahan sekitar dua bulan sejak menjalani laga resmi pertamanya.
Nasibnya membaik ketika menjadi pelatih Sevilla. Tidak hanya berhasil membawa Sevilla ke semifinal Liga Europa, Lopetegui juga berhasil mengantar Sevilla finis di posisi empat Liga Inggris dan otomatis mendapat tiket ke Liga Champions musim depan.
MU, yang finis di peringkat ketiga Liga Inggris, juga sudah memiliki tiket yang sama. Adapun juara Liga Europa otomatis akan tampil di Liga Champions musim depan. Kali ini, sudah jelas bahwa tiket Liga Champions musim depan bukan lagi menjadi motivasi bagi keduanya saat bisa menjuarai Liga Europa musim ini. Trofi Liga Europa adalah pembuktian dari keberhasilan melawan rasa sakit. (AP/REUTERS)