Kelanjutan kompetisi NBA musim 2019-2020 di ”gelembung” Orlando dipenuhi dengan sikap dukungan terhadap kesetaraan sosial. Pemain dan pelatih sepakat melawan perbedaan rasial.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
AP PHOTO/ASHLEY LANDIS, POOL
Para pemain Phoenix Suns saling mengaitkan lengan dan berlutut dengan satu kaki saat lagu kebangsaan Amerika Serikat diperdengarkan sebelum laga NBA antara Suns dan Dallas Mavericks di Lake Buena Vista, Florida, Senin (3/8/2020) pagi WIB.
Tidak berdiri tegap saat lagu kebangsaan Amerika Serikat berkumandang sebelum laga NBA dianggap tidak menghormati. Namun, itu adalah paradigma lama yang sudah usang. Sekarang, seluruh tim NBA justru berlutut bersama-sama ketika lagu ”The Star-Spangled Banner” diputar.
Pemandangan itulah yang terlihat pada hari-hari awal gelaran pertandingan di ”gelembung” Orlando dalam kelanjutan musim NBA. Nyaris tidak ada pemain dan pelatih yang berdiri saat momen sakral tersebut.
Sikap berlutut terlihat sejak pertandingan pembuka, saat New Orleans Pelicans berhadapan dengan Utah Jazz, Jumat (31/7/2020) pagi WIB. Seluruh pemain termasuk Pelatih Pelicans Alvin Gentry turut berlutut.
”Hal itu membuat saya merasa bangga, kita mengejar hal yang sama. Kita menginginkan keadilan yang sama untuk menyingkirkan semua rasisme sistemik yang ada di negara kita,” kata Gentry berbicara soal sikapnya saat lagu nasional diputar kepada ESPN.
KIM KLEMENT/POOL PHOTO VIA AP
Para pemain Washington Wizards dan Brooklyn Nets berlutut dengan satu kaki di sisi lapangan saat berkumandangnya lagu kebangsaan Amerika Serikat sebelum laga NBA di Lake Buena Vista, Florida, Senin (3/8/2020) pagi WIB.
Buat pelatih berusia 65 tahun itu, protes bersamaan seluruh organisasi NBA sudah diimpikannya sejak lama. Dia ingin memperjuangan kesetaraan karena sempat menjadi korban perbedaan rasial, saat tumbuh besar di Shelby, Carolina Utara, yang mayoritas adalah warga kulit putih.
Aksi massal pelatih dan pemain NBA ini bertujuan untuk menghidupkan lagi semangat kesetaraan rasial akibat kasus tewasnya pria kulit hitam Minneapolis, George Floyd, akibat kekerasan polisi kulit putih. Meskipun Floyd sudah meninggal lebih dari dua bulan, mereka tak mau berhenti sampai benar-benar ada perubahan nyata di AS.
Peraturan NBA sebenarnya melarang pemain berlutut saat lagu kebangsaan berkumandang. Namun, Komisioner NBA Adam Silver mengatakan, peraturan itu tidak akan berlaku selama di ”gelembung” Orlando. Silver menghormati pesan yang ingin disampaikan para pemain dan pelatih.
Situasi ini menjadi hal yang langka di industri olahraga AS saat anggota tim diizinkan tidak menunjukkan sikap hormat terhadap lagu nasional. Ini sangat kontras dengan empat tahun lalu. Pada 2016, pemain Liga Sepak Bola Amerika (NFL), Colin Kaepernick, dikecam karena berlutut saat lagu nasional diputar pada laga pramusim.
Kala itu, Kaepernick menjelaskan, tidak mau menunjukkan kebanggaan terhadap bendera negara yang menindas orang kulit hitam. Pesannya jelas, menginginkan kesetaraan sosial. Namun, aksi itu menuai kontroversi dan menjadi perdebatan besar di AS.
CHARLES KING/ORLANDO SENTINEL VIA AP
Pebasket Orlando Magic, Jonathan Isaac (tengah), memilih tetap berdiri saat rekan setimnya berlutut satu kaki saat lagu kebangsaan Amerika Serikat diperdengarkan sebelum laga NBA antara Orlando Magic dan Sacramento Kings di Lake Buena Vista, Florida, Saenin (3/8/2020) pagi WIB.
Situasi itu berbalik total sekarang. Justru pemain dan pelatih yang tidak berlutut mendapat sorotan. Di antara mereka adalah pelatih San Antonio Spurs, Gregg Popovich dan pemain Orlando Magic, Jonathan Isaac.
Sikap Popovich (71) mengejutkan banyak orang karena dia sejak awal mengecam kekerasan terhadap Floyd. Dia bahkan turut mengkritik Presiden AS Donald Trump karena dianggap membiarkan kekerasan seperti itu terus berlangsung.
Pelatih tertua di NBA itu memutuskan tidak ikut karena alasan personal. ”Saya lebih suka menyimpannya untuk diri sendiri. Liga telah sangat hebat dengan aksi ini. Tetapi, setiap orang punya kebebasan bereaksi dengan apa pun yang mereka inginkan,” tutur Popovich, yang sempat memuji aksi berlutut Kaepernick.
Perubahan paradigma tentang sikap yang harus ditunjukkan saat lagu kebangsaan dikumandangkan pun terlihat dalam survei terbaru media lokal AS, CBS News. Survei menyebutkan, 58 persen warga AS meyakini tidak masalah berlutut selama lagu ”The Star-Spangled Banner” diputar. Asalkan tujuannya untuk protes terhadap diskriminasi ras.
Kesempatan terbaik
MIKE EHRMANN/POOL PHOTO VIA AP
Para pemain Milwaukee Bucks dan Houston Rockets berlutut satu kaki di sisi lapangan saat berkumandangnya lagu kebangsaan Amerika Serikat sebelum laga NBA di Lake Buena Vista, Florida, Senin (3/8/2020) pagi WIB.
Megabintang Los Angeles Lakers, LeBron James, menilai perubahan ini sebagai sebuah kesempatan terbaik untuk memulai pergerakan. ”Ini adalah kesempatan menyebarkan hal positif ke seluruh dunia. Kami paham apa yang sedang terjadi di masyarakat. Kami akan melanjutkan perjuangan itu,” ucap salah satu pemain yang cukup vokal dalam urusan kesetaraan tersebut.
Gerakan massal pemain dan pelatih seperti menunjukkan dengan jelas sikap NBA sebagai organisasi. Adapun liga basket terbesar sedunia itu punya sejarah panjang terhadap perlawanan rasial. Pada awal 1950-1980 terdapat banyak persoalan yang muncul akibat isu-isu rasial.
Namun, isu tentang warna kulit tersebut berkurang dari tahun ke tahun. Saat ini, NBA juga justru didominasi pemain berkulit hitam. Oleh karena itu, mereka seperti punya tanggung jawab moral untuk memberikan contoh kesetaraan yang seharusnya.
Di sisi lain, pemain NBA diizinkan memberikan pesan kesetaraan lewat jersey mereka selama berada di Orlando. Pemain bisa memilih pesan, antara lain tulisan ”Black Lives Matter”, ”Equality”, dan ”Enough”, di punggung jersey. Sekitar 300 dari 350 pemain memilih menggunakan pesan tersebut.
REUTERS/KEVIN C. COX/POOL
Para pemain Denver Nuggets dan Miami Heat berlutut satu kaki di sisi lapangan saat berkumandangnya lagu kebangsaan Amerika Serikat sebelum laga NBA di Lake Buena Vista, Florida, Minggu (2/8/2020) pagi WIB.
Kandidat pemain terbaik (MVP) dua musim beruntun, Giannis Antetokounmpo, memilih tulisan ”Equality” sebagai pesan punggungnya. Pemain asal Yunani ini rela nama keluarganya tidak dipajang seperti biasa.
Semua itu untuk mendukung aksi protes di negaranya bermain. ”Semuanya sama dan setara, apa pun negara, warna kulit, maupun agamamu. Saat ini kami mempunyai momentum tersebut. Seluruh dunia juga punya momentum. Ini harus dimanfaatkan dengan baik,” ujarnya. (AP/REUTERS)