NBA akan melanjutkan musim setelah jeda selama empat bulan. Peta persaingan juara sangat misterius di kondisi serba baru.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
ORLANDO, RABU – Hal serba baru, mulai dari tempat pertandingan, peraturan, hingga tim unggulan, menimbulkan tanda tanya tentang siapa yang akan mengoleksi cincin juara saat kompetisi NBA dilanjutkan, Jumat (31/7/2020) pagi WIB. Persaingan semakin ramai karena rasa lapar semua tim yang sudah jeda selama 4 bulan.
Cincin NBA seperti tak bertuan dalam kelanjutan musim di Walt Disney World Orlando. Penandanya, dua tim paling dominan dalam lima tahun terakhir, Golden State Warriors dan Cleveland Cavaliers, tidak ikut ke ”gelembung” Orlando. Kedua tim itu tak lagi berpeluang lolos ke playoff karena performa buruk musim ini.
Keraguan juga tertuju kepada juara bertahan, Toronto Raptors, yang tak lagi jadi unggulan teratas musim ini. Pondasi Raptors goyah setelah ditinggalkan bintang sekaligus pemain terbaik Final 2019, Kawhi Leonard, yang pindah ke Los Angeles Clippers.
Peta persaingan pun menjadi abu-abu. Di samping dominasi tim kuat yang luntur, para pemain menghadapi situasi baru. Mereka bertanding tanpa penonton dan keuntungan laga kandang. Kondisi serba baru itu akan bercampur dengan rasa lapar seluruh tim yang tidak berkompetisi cukup lama. Para pemain ibarat predator Sungai Amazon yang akan saling memperebutkan cincin NBA.
Unggulan di Orlando justru tim-tim yang ”hening” beberapa musim terakhir. Ada tiga unggulan teratas, yaitu Milwaukee Bucks dari Wilayah Timur serta tim sekota, LA Lakers dan LA Clippers dari Barat.
Bucks dengan rekor terbaik di liga (53-12) menjadi favorit. Mereka sulit dibendung dengan evolusi yang nyaris sempurna dari Giannis Antetokounmpo, peraih MVP musim lalu.
Giannis menambah kemampuan lemparan tiga angka ke dalam paket serangannya. Keahlian baru melengkapi dominasi pemain tinggi dan atletis itu di area dekat keranjang. Dia pun semakin menjadi medan magnet yang menarik lawan sekaligus membuat posisi rekannya lebih bebas.
Namun, pemain berjuluk ”Raksasa Yunani” itu minim pengalaman di playoff. Dia belum pernah sekali pun membawa Bucks ke final. Hal itu dianggap masalah besar oleh legenda hidup Chicago Bulls, Scottie Pippen. ”Dia adalah salah satu pemain terbaik, tetapi di luar itu, dia belum siap membawa timnya juara,” ucap Pippen seperti dikutip CNBC.
Berbicara pengalaman di playoff, tidak ada yang lebih baik dari LeBron James, bintang Lakers. Saat memasuki playoff, James menyulap diri menjadi manusia super. Tiga gelar juara NBA dari 9 final membuktikan mental juara.
James sedikit lega musim ini karena memiliki rekan sekelas Anthony Davis. Kehadiran Davis membuatnya tidak terbeban sebagai tulang punggung skor. Di usia 35 tahun, ”Raja James” bisa fokus memerankan posisi barunya, sebagai point guard.
Duet ini digadang-gadang menyamai dominasi Kobe Bryant dan Shaquille O’Neal. ”Mereka (James-Davis) adalah duet terhebat setelah Bryant dan O’Neal. Bagaimana bisa menghentikan mereka,” kata mantan pebasket NBA Kendrick Perkins.
Sebelum liga dimulai, James sudah mengancam para pesaingnya. Tekadnya sangat besar membawa Lakers juara setelah terakhir kali pada 2010. Gelar itu akan dipersembahkan untuk mendiang Kobe Bryant, legenda Lakers.
Namun, Wilayah Barat merupakan belantara baru baginya. Seluruh capaian finalnya diraih di Wilayah Timur yang bisa dibilang kurang kompetitif. Tim-tim lain pun bisa saja menjatuhkan takhtanya di tengah jalan.
Hadangan terbesar bagi Lakers adalah rival sekota mereka, Clippers. Jika laju kedua tim mulus di penyisihan, mereka akan saling jegal dalam final wilayah. Clippers yang belum pernah merasakan juara NBA, bukanlah tim pesakitan musim ini.
Mereka punya Leonard, pemain penghancur mitos. Musim lalu, dia memecahkan kutukan Raptors yang belum pernah juara NBA dengan meruntuhkan dominasi Warriors. Pemain dengan kemampuan dasar mumpuni itu makin matang di usia 29 tahun.
Kemampuan mencetak skornya meningkat, mengimbangi teknik bertahan kelas tinggi miliknya. Bersama bintang lain seperti Paul George, Clippers pun bisa menjadi mimpi buruk bagi Lakers. Tentu, Leonard harus berhadapan dengan musuh terbesarnya yaitu cedera.
Raksasa-kurcaci
Tanpa tim dominan, tim kuda hitam di liga bisa menyodok kapan pun. Denver Nuggets dan Houston Rockets menjadi dua tim yang paling mengancam. Dalam laga uji coba, mereka terlihat menyiapkan senjata baru.
Nuggets mencoba skuad saat Pelatih Nuggets Michael Malone memainkan pemain dengan rata-rata tinggi 2,09 meter, tanpa seorang point guard murni. Skuad utama itu terlihat seperti kawanan jerapah di dalam lapangan. Keunggulan postur tubuh membuat mereka unggul jauh dalam rebound.
Center asal Serbia Nikola Jokic (2,13 meter) dimainkan sebagai point guard. Nuggets juga memperkenalkan rookie, Bol Bol, setinggi 2,18 meter yang bermain di posisi sayap, di area tiga angka. Eksperimen ini memperkaya taktik mereka.
Situasi itu berbanding terbalik dengan Rockets yang memainkan skuad kurcaci. Tim asuhan Mike D’Antoni mencoba bermain tanpa seorang center murni. Rata-rata tinggi skuad mereka hanya 1,96 meter.
Meski kalah ukuran, Rockets unggul dalam kecepatan. Gaya ini membuat rotasi bola mereka semakin cepat yang akan menciptakan lebih banyak ruang tembak bagi dua mantan MVP, James Harden dan Russel Westbrook.
Gaya Rockets mengingatkan kepada skuad kecil nan mematikan Warriors. Beberapa tahun lalu, Warriors sempat mendominasi liga dengan formasi “Hampton 5”. Mereka bermain mengandalkan rotasi dan lemparan tiga angka, tanpa seorang center murni.
Sementara itu, tim-tim harus berhati-hati selama hidup di “gelembung”. Banyak aturan yang bisa merugikan mereka. Salah satunya, pemain dan staf dilarang meninggalkan area Disney World. Jika ketahuan, mereka akan disanksi karantina selama 10 hari.
Hukuman ini bisa menjadi jebakan bagi setiap pemain. Jika tidak hati-hati, bisa saja pemain bintang justru dikarantina saat laga penting. Ketika di situasi itu, para pemain akan dianggap absen karena cedera. (AP/REUTERS)