Bukan tanpa alasan turnamen Wimbledon di Inggris kerap dijuluki ”surga” bagi penggemar tenis. Rumput yang hijau berpadu indah dengan bunga petunia dan mawar yang bermekaran. Keindahan itu pun tetap dipelihara tahun ini.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Menyiapkan turnamen tenis Grand Slam Wimbledon tak hanya menyiapkan lapangan pertandingan, panitia, wasit, dan staf lainnya yang akan bertugas. Digelar pada musim panas di All England Club, London, Inggris, Wimbledon disiapkan sebagai turnamen tenis yang diselenggarakan di ”Taman Inggris”.
Bagi Neil Stubley, kepala perawatan All England Club, berkeliling di tempat kerjanya dalam suasana sepi, pada Juli ini, dan melihat 38 ”bayi”—sebutannya untuk lapangan rumput di kompleks seluas 17 hektar itu—bagaikan tak nyata. ”Banyak ’darah\', keringat, dan air mata untuk membuat seperti ini,” kata Stubley.
Stubley—yang punya tugas khusus mengurus lapangan dan hortikultura di sekitar stadion—mengatakan, atmosfer All England Club pada tahun ini sama seperti ketika petenis kembali ke rumah masing-masing, yaitu setelah turnamen, setiap tahunnya.
Meski kecewa dengan pembatalan Wimbledon, 29 Juni-12 Juli, karena pandemi Covid-19, yang diumumkan April, Stubley dan timnya tetap bangga pada hasil kerja mereka. Bersama 17 anggota staf dan tiga pekerja paruh waktu, Stubley akan tetap meneruskan rutinitas mereka. Tim Stubley, bahkan, telah menatap penyelenggaraan Wimbledon 2021.
[embed]https://youtu.be/NXzUE_aCxjk[/embed]
”Saya mencoba mengingatkan tim agar mereka bersiap untuk musim berikutnya. Kebanggaan membuat kami terus bekerja karena kami mencintai pekerjaan ini,” katanya.
Untuk penyelenggaraan Wimbledon, yang digelar sekitar Juni-Juli setiap tahunnya, pekerjaan terkait lapangan dimulai sekitar Agustus hingga awal September, setahun sebelumnya.
Tugas dimulai dengan menyobek lapisan rumput, menyemai benih, dan menumbuhkannya melalui musim gugur dan dingin. Mendekati turnamen, rumput jenis rye grass itu dipelihara agar selalu memiliki tinggi 8 milimeter.
Tidak hanya rumput yang menjadi perhatian. Setiap jalan yang dilalui petenis, petugas lapangan, dan penonton pun tak luput dari perhatian para tukang kebun yang bertugas di All England Club.
Tradisi yang melekat
Wimbledon dirancang untuk menjadi ajang tenis di Taman Inggris. Maka, orang seperti Martyn Falconer, yang memimpin para tukang kebun di All England Club, bertugas menjadikan tempat itu berwarna. Ini berbeda dengan salah satu tradisi yang melekat pada Wimbledon, yaitu apparel serba putih untuk petenis.
Dengan konsep berwarna yang lembut, Wimbledon pun memiliki warna khas hijau dan ungu. Petunia, sejenis bunga terompet berwarna ungu, menjadi ikon Grand Slam yang digelar sejak 1877 itu. Diperlihatkan dengan cara digantung menggunakan keranjang, terdapat 200-an keranjang petunia di sekitar All England Club.
Sebanyak 15.000 hingga 18.000 petunia itu tumbuh di Banstead, wilayah yang terletak sekitar 16 kilometer di selatan London. Lainnya, berasal dari beberapa tempat, termasuk yang didatangkan dari Belanda.
All England Club, bahkan, memiliki ”living walls”. Ini adalah dua dinding yang dibangun di Henman Hill, salah satu area di All England Club. Henman Hill adalah tempat penonton yang hanya membeli tiket masuk gerbang (tidak membeli tiket masuk stadion) untuk menyaksikan pertandingan dari layar besar. Sebanyak 14.344 tanaman ”ditanam” dan dibentangkan di dinding yang masing-masing memiliki tinggi 5 meter itu.
”Meski memiliki hijau dan ungu sebagai warna khas, bukan berarti bunga warna lain tak ada. Warna putih, merah, oranye tetap bisa dilihat,” kata Falconer dalam Financial Times.
Penuh bunga
Selain petunia, terdapat 1.776 hydrangeas yang berwarna hijau muda pucat dan berubah menjadi biru, lalu hijau kembali. Ada pula campanula, foxgloves, lupins, mawar, alums, alchemilla, serta bunga dan pohon yang dipotong menjadi bentuk bola atau kerucut.
Tidak hanya penataan yang menjadi tugas Falconer dan timnya. Mereka mesti memastikan bunga tetap mekar dalam rentang penyelenggaraan Wimbledon, yaitu sejak babak kualifikasi.
Mereka pun berkonsultasi dengan para petani yang merupakan ahlinya. Ini dilakukan agar dari sekitar 50.000 bunga yang ditanam di All England Club, sekitar 80-90 persen dalam kondisi mekar setiap hari.
Tidak hanya penonton yang menikmati ”Taman Wimbledon”, petenis pun sangat menyukainya. Masa-masa latihan sebelum turnamen dimulai adalah masa yang tepat bagi mereka untuk menikmati keindahan puluhan ribu bunga.
Saya senang menikmati bunga-bunga yang ada di sini sebelum turnamen. Pada saat itu, saya juga bisa melihat para tukang kebun bekerja memberi keindahan di tempat ini.
”Saat penonton belum diizinkan masuk, saya bisa berkeliling di sini dengan bebas. Pada saat itulah, saya menyadari besarnya pekerjaan banyak orang untuk menyelenggarakan Wimbledon yang sangat ikonis ini,” kata tunggal putra nomor satu dunia, Novak Djokovic, dikutip New York Times.
Federer juga sering menggunakan waktunya sebelum turnamen untuk menikmati sisi lain Wimbledon. ”Saya senang menikmati bunga-bunga yang ada di sini sebelum turnamen. Pada saat itu, saya juga bisa melihat para tukang kebun bekerja memberi keindahan di tempat ini,” kata Roger Federer, delapan kali juara Wimbledon.