Pertandingan catur Dwitarung SCUA Online digelar untuk menjaga ketajaman para pecatur muda Indonesia. Medina Warda Aulia dan Samantha Edithso yang diunggulkan justru menelan pil pahit kekalahan.
Oleh
Emilius Caesar Alexey
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah masa pembatasan sosial karena pandemi Covid-19, Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) tetap menggelar pertandingan catur secara daring untuk menjaga kualitas para pecatur mudanya. Duel para pecatur berlangsung dengan ketat dan memberikan hasil-hasil yang mengejutkan.
Pertandingan bertajuk ”Dwitarung SCUA Online” itu digelar pada Sabtu dan Minggu (4-5/7/2020) dengan sistem catur cepat, di mana setiap pecatur mendapat jatah waktu 15 menit dan tambahan 10 detik setiap langkah. Setiap pecatur bertanding dari rumah masing-masing dan menghadapi lawan yang sama dalam empat babak.
Pertandingan itu menghadirkan juara Asia Timur WGM Medina Warda Aulia melawan juara dunia pelajar IM Farid Firmansyah dan juara dunia yunior U-10 WFM Samantha Edithso (12 tahun) versus MPW Laysa Latifah (14 tahun). Selain itu, CM Aditya Bagus Arfan melawan FM Muhamad Agus Kurniawan, FM Nayaka Budhidharma versus MP Putu Luhur Apngal Kusuma, serta MP As Syasyah Syakish Thirof melawan MP Fabian Glen Mariano.
Lalu, ada pula pertandingan Nadya Deandra Wirawan melawan Vega Clara Sinaga, Muhammad Yazid Pratama melawan Veyron Fraser Saerang, dan Helma Ghinaya melawan Nishfa Dayyana Rahmah.
”Di Indonesia, cabang olahraga yang sudah bisa menggelar pertandingan baru catur karena kami menggunakan sistem daring. Pertandingan semacam ini diperlukan untuk tetap mengasah ketajaman berpikir dan mental para pecatur muda,” kata GM Utut Adianto, Ketua Umum Percasi.
Di Indonesia, cabang olahraga yang sudah bisa menggelar pertandingan baru catur karena kami menggunakan sistem daring.(Utut Adianto)
Pada laga Medina melawan Farid, pertarungan berlangsung imbang sejak awal dan Medina berinisiatif menekan, tetapi Farid terus menangkis serangan dan memaksakan pertarungan di bagian tengah sayap menteri. Kesalahan perencanaan membuat Medina membuat blunder pada langkah ke-31 dan ke-35 sehingga Farid dapat membuat lajur kosong dan meluncurkan satu bidak menuju kotak promosi.
Pertarungan mencegah promosi itu membuat Medina membayar harga mahal dengan kehilangan kualitas dan posisi. Medina akhirnya kalah karena Farid yang memiliki keunggulan perwira dapat menekan raja putih yang dimainkan Medina.
Pada babak kedua, Medina mencoba bangkit, tetapi bermain dengan lebih berhati-hati. Insiatif serangan dari Farid selalu ditangkis dan celah untuk menyerang ditutup dengan rapat. Keterbatasan waktu akhirnya membuat keduanya sepakat untuk remis.
Medina kembali menelan pil pahit kekalahan pada babak ketiga. Namun, Medina bangkit pada babak keempat dan merebut kemenangan sehingga skor akhir menjadi 1,5-2,5 untuk kemenangan Farid.
”Laga empat babak melawan pecatur yang sama mengasah mental bertanding karena harus kuat menghadapi berbagai tekanan dan hasil laga yang mengecewakan. Laga semacam ini berguna bagi Medina yang akan mengikuti Piala Dunia Catur Putri karena dia harus menghadapi laga dua babak melawan pecatur yang sama. Jika imbang, dilanjutkan catur cepat dua babak dan catur kilat dua babak jika masih imbang lagi,” kata Kristianus Liem, Kepala Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA).
Penuh kejutan
Laga Samantha Edithso melawan Laysa Latifah juga penuh kejutan. Samantha, yang berinisiatif menyerang, justru kehilangan benteng karena langkah ceroboh saat akan memaksakan pertukaran perwira. Laysa, yang unggul satu benteng, memberanikan diri mengadu menteri dan perwira lainnya sehingga Laysa menyisakan satu benteng dan Samantha hanya memiliki satu gajah. Samantha akhirnya dipaksa menyerah setelah bidaknya habis dan posisi raja terjepit.
Samatha, yang jarang bertanding pada 2019, kembali menelan kekalahan pada babak kedua. Kesalahan-kesalahan kecil membuat Samantha sulit mempertahankan keunggulan posisi di awal laga. Pada dua babak terakhir, Samantha kembali kalah sekali dan menang satu kali sehingga skor menjadi 3-1 untuk kemenangan Laysa.
Pada laga lainnya, Aditya Bagus Arfan menang dengan skor 2,5-1,5 atas Agus Kurniawan. Putu Luhur menang atas Nayaka dengan skor 2,5-1,5. Skor kemenangan yang sama diraih Helma atas Nishfa dan kemenangan Yazid atas Veyron. Laga yang berakhir imbang 2-2 diraih oleh As Thirof yang menahan Fabian Mariano dan Nadya Wirawan yang menahan Vega Clara.
”Laga semacam ini akan terus kami gelar untuk menjaga kualitas pecatur muda. Sistem pertandingan daring tetap akan dipertahankan selama pandemi belum reda,” kata Eka Putra Wirya, anggota Dewan Pembina Percasi.