Absennya turnamen tenis bergengsi, Wimbledon, pada kalender Grand Slam tahun ini, memicu reaksi sentimentil dari banyak pihak. Sejumlah legenda, seperti Martina Navratilova dan Billie Jean King, menyatakan kerinduannya.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
Martina Navratilova (63), mantan petenis putri legendaris dunia, menumpahkan kerinduannya akan Wimbledon di Twitter, Senin (29/6/2020). ”Hari ini seharusnya hari pertama Wimbledon. Saya sangat merindukannya karena selalu berada di sana setiap tahun sejak 1973,” ucapnya di akun Twitter-nya.
Turnamen tenis tertua sejagat itu, yaitu rutin digelar sejak 1877, sejatinya diselenggarakan pada 29 Juni lalu hingga 12 Juli. Namun, pandemi Covid-19 membuat grand slam lapangan rumput itu dibatalkan.
Navratilova adalah tunggal putri tersukses di Wimbledon. Sejak pertama kali tampil pada 1973 hingga 2004, dia sembilan kali menjadi juara. Ini belum ditambah dengan tujuh gelar dari ganda putri dan empat dari ganda campuran.
Meski telah pensiun sebagai petenis sejak 2006, Navratilova selalu hadir di Wimbledon, seperti halnya para juara lainnya.
Billie Jean King (76), legenda tenis lainnya, bahkan hampir enam dekade selalu hadir di Wimbledon sejak menjalani debutnya sebagai pemain pada 1961. Mantan petenis yang aktif menyuarakan persamaan hak antara petenis putra dan putri ini sembilan kali membawa pulang Venus Rosewater Dish, yaitu piring yang menjadi lambang gelar juara tunggal putri Wimbledon.
”Saya tahu, Wimbledon 2021 akan layak dinanti,” ujar King yang di akun Twitter-nya menyatakan akan mengunggah foto-fotonya di Wimbledon. ”Kenangan apa yang Anda punyai di Wimbledon?” tanyanya.
Kerinduan serupa disampaikan petenis lainnya lewat akun media sosial masing-masing, termasuk para juara, seperti Simona Halep, Angelique Kerber, Chris Evert, dan Rod Laver. ”Satu-satunya yang ada di pikiran saya saat ini adalah Wimbledon,” kata Halep, juara tunggal putri Wimbledon 2019.
Mantan petenis Australia, Todd Woodbridge, tidak bisa melupakan sambutan penonton sejak pertama kalinya menginjakkan kaki di lapangan rumput All England Club pada 1998. Dalam debutnya, pada usia 17 tahun, Woodbridge tampil pada tunggal dan ganda putra.
”Di tunggal, saya langsung bertemu Pat Cash yang menjadi juara bertahan dan bermain di Lapangan Utama. Hingga sekarang, saya masih merinding jika mengingat momen itu. Sebagai pemain yunior, bisa tampil di Lapangan Utama menjadi momen paling membanggakan di Wimbledon,” kata Woodbridge yang kalah dari Cash dengan hanya memperoleh empat gim.
Petenis yang akhirnya dikenal sebagai spesialis ganda itu menggambarkan sambutan penonton di Lapangan Utama bagaikan dengungan aliran listrik ketika saklar dinyalakan. ”Luar biasa, saya tak akan pernah melupakan itu. Tak ada tempat lain yang bisa menyamai Wimbledon,” kata Woodbridge yang mengoleksi sembilan gelar juara ganda putra dan satu ganda campuran di Wimbledon.
Hingga sekarang, saya masih merinding jika mengingat momen itu. Sebagai pemain yunior, bisa tampil di Lapangan Utama menjadi momen paling membanggakan di Wimbledon.
Ajang kultural
Wimbledon bukan sekadar panggung persaingan para petenis elite dunia, melainkan juga telah menjelma ajang kultural, tempat berkumpulnya penggemar tenis, dari kalangan selebritas maupun masyarakat biasa dan warga London.
Tahun ini, mereka kehilangan turnamen klasik yang digelar bertepatan musim stroberi di Inggris itu. Stroberi, dengan olesan krim putih nan manis, menjadi makanan yang identik dengan Wimbledon.
Turnamen itu juga memiliki banyak tradisi yang bertahan hingga saat ini, seperti apparel serba putih yang harus dikenakan petenis, jas yang dikenakan wasit, serta penyebutan tuan (Mr), Nyonya (Mrs), atau Nona (Ms) di depan nama para petenis yang tampil.
All England Club juga memiliki Royal Box, yaitu tempat khusus anggota kerajaan menonton bintang-bintang tenis yang tampil di Lapangan Utama. Pada 2019, Duchess of Cambridge, Kate Middleton. dan Duchess of Sussex, Meghan Markle, hadir di Royal Box itu. ”Menyedihkan. Wimbledon telah menjadi bagian dari hidup kami,” kata Mary Robbins, warga Inggris, tentang tidak digelarnya Wimbledon.
”Itu adalah acara penting untuk kami dalam setiap tahunnya. Sebagai penggemar tenis, saya menantikannya setiap tahun,” kata Robert McNicol, pustakawan di All England Club yang harus bekerja dari rumah sejak Maret lalu karena Covid-19.
Sebulan setelah McNicol bekerja dari rumah, keluarlah pengumuman dibatalkannya Wimbledon 2020. Ini menjadi panggung terbesar tenis yang dibatalkan akibat Covid-19. Sebelumnya, Wimbledon dua kali dibatalkan, yaitu pada 1915-1918 karena Perang Dunia I dan 1940-1945 seiring terjadinya Perang Dunia II.
Asuransi akan menutupi kerugian All England Club karena tak ada pemasukan dari Wimbledon pada tahun ini. Tetapi, bisnis lokal di Wimbledon Village akan terdampak sangat besar.
Wimbledon Village adalah area terbuka tempat tumbuhnya ekonomi lokal di sekitar All England Club. Selain tempat tinggal penduduk lokal, Wimbledon Village juga menjadi tempat berkumpul favorit penonton Wimbledon karena memiliki banyak toko, kafe, restoran, dan bar.
Mengubah hidup
Setiap Wimbledon digelar, toko dan restoran dihias dengan tema tenis untuk menarik perhatian para penikmat tenis. Dari keramaian restoran miliknya pada saat Wimbledon, Kelly Duffy pun bisa hidup.
”Tenis mengubah hidup saya. Saya bisa membayar semua kebutuhan saya, termasuk sewa rumah, dari tenis,” kata Duffy yang restorannya sering dikunjungi petenis beserta keluarganya.
Maria Di Nuzzo, pemilik toko pakaian, juga kehilangan pendapatan. Suasana tahun ini tak akan seperti tahun-tahun sebelumnya ketika toko milik Di Nuzzo selalu dipenuhi turis yang berbelanja.
Salah satu restoran Italia, bahkan, telah dihias dengan karya seni, yaitu trofi juara tunggal putra dan putri yang diselimuti jubah ungu bertuliskan 2020. All England Club tetap dibuka untuk warga lokal yang ingin bermain tenis. Tetapi, area All England Club jelas tidak akan sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Tak ada penggemar tenis yang berkemah, antre menunggu penjualan tiket. Tak ada juga orang yang berlari menuju lapangan dengan kursi penonton tak bernomor saat gerbang All England Club dibuka pada hari pertama babak utama. Juga, tiada aksi-aksi memukau dari para bintang dunia, seperti Roger Federer, Serena Williams, dan Novak Djokovic.
”Saya sempat berharap dan mengantisipasi Wimbledon 2020 akhirnya akan diselenggarakan, meski sebenarnya tahu bahwa itu tak akan terjadi. Ini adalah perasaan melankolis,” kata McNicol.
Navratilova, King, Halep, hingga McNicol pun harus bersabar untuk Wimbledon 2021. Seperti dinarasikan Kate Middleton dalam video yang dirilis Wimbledon, pada Senin, ”penantian itu akan layak”. (AP)