Absennya Protokol Kesehatan di Turnamen Milik Djokovic
Penegakan protokol kesehatan mencegah Covid-19 ternyata tidak melulu bisa diterapkan di olahraga. Hal itu terlihat dalam turnamen tenis ekshibisi Adria Tour yang digelar petenis nomor satu dunia, Novak Djokovic, Sabtu.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Turnamen Adria Tour, yang diselenggarakan petenis putra nomor satu dunia Novak Djokovic, menggeliatkan kembali persaingan di tenis, Sabtu (13/6/2020). Namun, tidak seperti yang didengung-dengungkan, hal penting, yaitu protokol kesehatan sebagai pencegahan Covid-19, absen di turnamen ekshibisi internasional itu.
Tidak ada jarak fisik di antara penonton yang menyesaki Novak Tennis Centre di Belgrade, Serbia. Baik pemain dan penonton tidak mengenakan masker. Saling salaman dan berpelukan bahkan ikut menjadi gambaran hari pertama turnamen tenis Adria Tour di Belgrade, Serbia, kemarin.
Djokovic sebagai penyelenggara turnamen itu, bahkan, ikut bersalaman dan berpelukan setelah dikalahkan rekan sesama Serbia, Filip Krajinovic, 4-2, 2-4, 1-4, di Novak Tennis Centre. ”Kami memiliki keadaan dan standar yang berbeda, sulit untuk mengikuti standar internasional,” kata Djokovic.
”Anda dapat mengkritik kami dan mengatakan ini bahaya. Akan tetapi, saya tidak bisa menentukan tindakan benar atau salah demi kesehatan untuk orang lain. Kami telah melakukan apa yang dikatakan Pemerintah Serbia. Semoga petenis bisa segera kembali mengikuti tur,” kata Djokovic.
Penonton dan petenis top dunia dilibatkan dalam turnamen ekshibisi tersebut karena Pemerintah Serbia membolehkan kehadiran penonton, yaitu maksimal 1.000 orang, dalam kegiatan olahraga di tempat terbuka. Itu dilakukan setelah terjadi pelonggaran peraturan pembatasan sosial, sejak Mei.
Hidup harus terus berlanjut. Dan, sebagai atlet, kami telah menanti untuk bisa berkompetisi.
Djokovic juga beralasan bahwa Serbia memiliki kasus Covid-19 yang lebih rendah dari negara lain. Di negara tersebut terdapat 12.000 kasus dengan 252 kematian. ”Tentu saja situasi secara global memang buruk karena virus ini. Tetapi, hidup harus terus berlanjut. Dan, sebagai atlet, kami telah menanti bisa berkompetisi,” lanjut pemilik 17 gelar Grand Slam itu.
Panitia, realitanya, juga tak bisa memaksa penonton mengenakan masker meski sempat berjanji menyediakannya untuk setiap penonton. Kehati-hatian itu termasuk prosedur menyemprot disinfektan di lapangan setiap kali selesai pertandingan seperti yang dijanjikan direktur turnamen itu, Djordje Djokovic, adik Novak Djokovic, sebelum dimulainya turnamen.
Situasi yang terjadi di Adria Tour ini berbeda dengan berbagai skenario kesehatan yang disusun untuk menyelenggarakan kembali turnamen internasional, seperti Grand Slam dan Tur ATP/WTA/ITF. Skenario ketat dibuat demi menjaga kesehatan dan keselamatan semua partisipan, seperti mewajibkan tes Covid-19 dan karantina sebelum bertanding, tes kesehatan setiap hari, dan membatasi akses ke ruang ganti pemain.
Aturan dikritik
Asosiasi Tenis Amerika Serikat (USTA), bahkan, menurut rencana hanya akan membolehkan satu orang mendampingi setiap petenis. Aturan ini lantas dikritik para petenis, termasuk Djokovic.
ATP sebagai organisasi yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan turnamen profesional putra membebaskan petenis untuk mengikuti turnamen ekshibisi. Namun, ATP mengingatkan agar petenis tetap berupaya melindungi dirinya demi kesehatan dan keselamatan mereka.
Adria Tour adalah salah satu dari tiga turnamen ekshibisi yang diselenggarakan dalam beberapa seri,dimulai akhir pekan ini. Penyelenggaraan ketiganya, termasuk turnamen di Jerman, Mei, berlangsung di tengah berhentinya turnamen tenis internasional akibat pandemi Covid-19, sejak pertengahan Maret.
Pelonggaran peraturan pembatasan sosial di beberapa negara membuat turnamen-turnamen tersebut hidup, beberapa di antaranya dengan menjalankan protokol kesehatan. Tennis Point Exhibition di Jerman, yang diikuti petenis-petenis lokal, misalnya, diselenggarakan tanpa penonton, pemungut bola, dan meniadakan tradisi bersalaman setelah pertandingan.
Selain Djokovic, Adria Tour diikuti petenis peringkat 10 besar dunia lainnya, seperti Dominic Thiem (3) dan Alexander Zverev (7). Ajang ini diselenggarakan untuk amal, yaitu dimulai 13-14 Juni di Belgrade.
Persaingan akan berlanjut ke Zadar, Kroasia, 20-21 Juni, lalu Montenegro (27-28 Juni), dan Banja Luka, Bosnia, 3-4 Juli. Namun, seperti diumumkan Djokovic, Jumat, penyelenggaraan di Montenegro dibatalkan. Ini karena diberlakukannya peraturan bahwa penduduk Serbia tak diperbolehkan melakukan perjalanan ke Montenegro yang berada di barat daya Serbia.
“Saya menyesal tak ada seri Montenegro. Kami telah mencoba segala upaya, tetapi perbatasan belum dibuka dan kami tak memiliki cukup waktu untuk mengaturnya lagi,” kata Djokovic.
Tertunda karena hujan
Selain Adria Tour, dua turnamen lainnya diselenggarakan di Perancis dan Ceko. Pelatih Serena Williams, Patrick Mouratoglou, menyelenggarakan Ultimate Tennis Showdown (UTS) di akademi tenis miliknya di Nice, Perancis. Dua petenis muda, masing-masing, peringkat keenam dan kedelapan dunia, Stefanos Tsitsipas (21 tahun) dan Matteo Berrettini (23), ambil bagian dalam turnamen tersebut.
Dalam penyelenggaraan hari pertama, Sabtu, yang tertunda karena hujan, turnamen ini akan menggunakan peraturan ekstrem. Alih-alih dibatasi jumlah gim, pertandingan akan dibatasi waktu, 4 x 10 menit, seperti halnya di pertandingan bola basket.
Pemenang setiap kuarter adalah yang memenangi gim lebih banyak dalam 10 menit. Jika terjadi situasi imbang, 2-2, setelah empat kuarter, sudden death dilakukan dengan tie-break. Pemenangnya adalah petenis yang unggul dua poin terlebih dulu atas lawannya.
Adapun di Ceko berlangsung turnamen beregu putri di antara pemain-pemain Ceko, seperti petenis peringkat ketiga dunia, Karolina Pliskova; Petra Kvitova (12); dan Marketa Vondrousiva (18). (REUTERS)