Kesehatan Prioritas Utama di Fase Awal Normal Baru Olahraga
Kesehatan ataupun keselamatan atlet dan pelatih tetap yang diutamakan, meskipun ada sinyal olahraga nasional bisa kembali beraktivitas pada masa normal baru.
JAKARTA, KOMPAS – Walaupun ada sinyal olahraga nasional bisa kembali beraktivitas pada masa normal baru, pelaku olahraga Indonesia tidak serta merta melakukan aktivitas seperti sebelum muncul pandemi Covid-19. Kesehatan ataupun keselamatan atlet, pelatih, maupun perangkat terkait harus tetap yang diutamakan, terutama di fase awal normal baru olahraga.
Catatan itu lebih-lebih tertuju kepada pengelola kompetisi olahraga profesional Indonesia, seperti liga bola basket utama Indonesia atau IBL dan liga sepak bola kasta tertinggi Indonesia Liga 1. Mereka diharapkan berpegang teguh untuk meminimalkan potensi penyebaran Covid-19, antara lain meniadakan penonton di arena pertandingan. Tanpa komitmen kuat, kompetisi itu bisa menjadi kluster baru penyebaran Covid-19.
”Kami serahkan penuh keputusan melanjutkan kompetisi olahraga profesional nasional kepada pengurus olahraga terkait. Namun, mereka harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Kalau terjadi penularan Covid-19 saat kompetisi berlangsung, bukan tidak mungkin mereka dapat sanksi dari otoritas bertanggungjawab, yakni Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dengan potensi terburuk menghentikan dan melarang kompetisi itu dilanjutkan lagi,” ujar Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga, Gatot S Dewa Broto ketika dihubungi dari Jakarta, Sabtu (6/6/2020).
Gatot mengatakan, pemerintah terutama lewat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 telah memberi lampu hijau untuk dunia olahraga melakukan aktivitas normal dalam waktu dekat pasca berlakunya normal baru setelah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah Indonesia. Namun, itu harus dilakukan dengan batas-batasan tertentu, yakni protokol kesehatan yang berlaku untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Menindaklanjuti sinyal itu, Kemenpora menyusun dokumen normal baru olahraga nasional yang segera disahkan oleh Menpora Zainudin Amali dalam waktu dekat. Dokumen yang bersifat panduan umum untuk pengurus cabang olahraga itu membagi tiga tahapan penyelenggaraan normal baru olahraga di Indonesia, mulai untuk kegiatan olahraga masyarakat, prestasi (pelatnas maupun pelatda), hingga profesional (liga atau turnamen).
Pengejawantahan tahapan-tahapan itu tidak bersifat statis atau permanen melainkan dinamis atau mengikuti perkembangan situasi yang ada. Namun, yang pasti di tahap awal, pemerintah menganjurkan kegiatan olahraga dilakukan tertutup atau tidak melibatkan orang banyak, seperti tidak ada penonton dalam kompetisi olahraga profesional.
”Setelah situasi sudah kondusif, penonton bisa hadir tetapi itu pun dengan jumlah terbatas. Mereka juga harus dipastikan dengan ketat kesehatannya, dari diukur suhu tubuh dan dipastikan penggunaan alat pelindung diri (APD) sebelum masuk ke arena pertandingan, hingga pengaturan jaga jarak di dalam arena,” kata Gatot.
Dilema penerapan
Untuk kegiatan olahraga prestasi di pelatnas maupun pelatda, protokol normal baru olahraga itu mungkin bisa diterapkan optimal. Sebab, pelatihan jarang ataupun tidak dihadiri oleh masyarakat umum. Bahkan, tiga cabang olahraga Olimpiade, yakni angkat besi, bulu tangkis, dan menembak tetap menjalankan pelatnas dengan tertutup sejak wabah Covid-19 terkonfirmasi ada di Indonesia pada Maret hingga saat ini.
Akan tetapi, protokol normal baru itu belum tentu bisa diterapkan penuh pada kompetisi olahraga profesional nasional. Sejauh ini, operator IBL dan Liga 1 sudah mengkonfirmasi untuk melanjutkan kembali kompetisi musim ini jelang akhir tahun nanti. Mereka pun berkomitmen akan menggelar kompetisi tanpa penonton.
Kendati demikian, merujuk sejarah olahraga nasional kehadiran penonton sulit dikendalikan. Pada Liga 1 misalnya. Beberapa kali Komisi Disiplin PSSI memberi sanksi klub berlaga tanpa penonton. Faktanya, pendukung klub bersangkutan tetap berdatangan ke sekitar stadion. Apalagi kalau itu melibatkan klub dengan basis pendukung besar yang akan melangsungkan laga besar (big match).
Bahkan, Presiden Persiraja Banda Aceh Nazaruddin Dek Gam menyampaikan, pihaknya ingin Liga 1 2020 bisa dilanjutkan dan disaksikan penonton. ”Sebab, Persiraja adalah hiburan bagi masyarakat Aceh,” tuturnya dikutip dari situs resmi klub promosi Liga 1 tersebut. (Kompas, Jumat, 5/6/2020).
Dalam situasi itu, Gatot menuturkan, pengurus cabang olahraga atau operator kompetisi terkait harus berkomitmen kuat menerapkan protokol normal baru yang ada. Kalau tidak, mereka sendiri yang akan menanggung risikonya. ”Kalau mereka offside (melanggar aturan), Gugus Tugas Covid-19 pasti meniup pluit (memperingatkan). Bahkan, tidak menutup kemungkinan ada sanksi tegas, seperti Gugus Tugas Covid-19 ataupun Pemprov DKI Jakarta melarang warga keluar-masuk DKI Jakarta jika tidak memenuhi syarat berlaku,” ujarnya.
Perlu hati-hati
Wakil I Ketua Umum KONI Pusat Bidang Pembinaan Prestasi, Sport Science & Iptek, dan Pembinaan Organisasi, Suwarno mengutarakan, perlu perencanaan matang dan penerapan yang hati-hati untuk memulai atau melaksanakan normal baru olahraga Indonesia. Salah satu usulan KONI Pusat, yakni melarang semua cabang olahraga untuk melakukan aktivitas normal secara serentak saat normal baru olahraga nasional sudah diizinkan.
Mereka minta cabang-cabang individu yang lebih dahulu melakukan aktivitas normal. Sebab, mereka minim kontak fisik secara langsung sehingga minim pula potensi penularan Covid-19. Ketika situasi sudah lebih baik, cabang-cabang beregu bisa menyusul melakukan aktivitas normal tetapi dengan protokol kesehatan ketat, terutama tidak dihadiri atau pembatasan penonton atau nurhasmasyarakat umum.
”Di masa pandemi Covid-19 ini, kesehatan tetap menjadi yang utama. Penerapan protokol kesehatan secara ketat adalah harga mati. Sebab, kalau ada atlet ataupun pelatih tertular Covid-19, itu akan menjadi kerugian besar. Apalagi mencetak atlet itu tidak mudah karena butuh modal besar dan waktu yang lama,” pesannya.
Rektor Universitas Negeri Surabaya Nurhasan mengingatkan, dunia olahraga Indonesia harus segera bergerak kembali karena wabah Covid-19 tak terprediksi kapan berakhir. Kalau mau menunggu vaksin tersedia, menurut para ahli, vaksi tersebut baru ada pada akhir tahun depan. Artinya, kalau dunia olahraga Indonesia harus menunggu Covid-19 berakhir atau vaksin tersedia, itu akan menjadi kerugian besar untuk pembinaan atlet.
Indonesia akan kian tertinggal dengan negara-negara lain yang sudah berani untuk memulai lagi latihan maupun kompetisi reguler di tengah wabah Covid-19, seperti liga sepak bola di Eropa, Korea Selatan, dan Vietnam. ”Namun, memulai lagi latihan maupun kompetisi reguler di tengah wabah Covid-19 ini pun harus disiapkan dengan matang. Jangan sampai tempat latihan ataupun kompetisi olahraga menjadi klaster baru penyebaran Covid-19 di Indonesia,” pungkasnya.