Barcelona membuka kesempatan bagi para sponsor membeli hak penamaan Stadion Camp Nou untuk musim 2020/2021. Meskipun diawali membantu program amal, kebijakan itu mengancam eksistensi nama ”Camp Nou”.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
BARCELONA, RABU — Klub raksasa Spanyol, FC Barcelona, mengambil langkah tidak populer dengan berencana menjual hak nama atas stadion sakral mereka, Camp Nou, untuk musim 2020/2021. Dana dari sponsor itu akan digunakan untuk mendukung riset penanganan wabah Covid-19 di Catalunya dan dunia.
Langkah penjualan hak penamaan Camp Nou itu telah disetujui oleh anggota direksi dan Presiden Josep Maria Bartomeu melalui rapat Selasa (21/4/2020). Dalam kesepakatan itu, Bartomeu setuju agar Barcelona mencari dana segar baru untuk investasi dalam proyek penelitian untuk mencegah dan mengantisipasi virus korona baru.
Dana dari sponsor itu seluruhnya akan diserahkan kepada Barca Foundation yang akan langsung menyalurkan kepada badan-badan riset penanganan wabah Covid-19. Sebelum fokus dalam penanganan Covid-19, Barca Foundation telah berkontribusi membantu 1,6 juta anak di seluruh dunia mendapatkan akses pendidikan.
”Kami sangat senang memulai inisiatif untuk menawarkan sesuatu yang simbolis seperti nama stadion kami sehingga institusi, organisasi, atau pebisnis yang bijak terlibat dalam proyek ini bisa mengaitkan diri dengan FC Barcelona dan upaya melawan Covid-19,” ujar Wakil Presiden Barcelona Jordi Cardoner, Selasa (21/4/2020).
Keputusan menjual hak penamaan Stadion Camp Nou dan berkontribusi dalam penanganan Covid-19 merupakan wujud nyata dari slogan tim ”Mes que un Club” atau lebih dari sekedar klub. Menurut Cardoner, Barcelona berupaya menunjukkan komitmen nyata untuk mengerahkan seluruh kemampuan klub untuk menyelesaikan krisis kemanusiaan akibat pagebluk secepatnya.
”Kita menghadapi krisis global tanpa preseden di sejarah modern kita sehingga kita harus berani dan tenang untuk memikul tanggung jawab yang kita miliki. Atas dasar itu, FC Barcelona dan Barca Foundation menganggap momen ini adalah saat yang tepat untuk menggunakan seluruh sumber daya yang ada guna melawan virus korona dan segala konsekuensinya,” ucap Cardoner.
Sebelum memutuskan menjual hak nama Stadion Camp Nou, Barcelona juga telah memotong 70 persen gaji dari seluruh pemain dan pelatih tim utama. Langkah itu dilakukan agar klub bisa membayar penuh gaji seluruh staf klub.
Cardoner menekankan, penjualan hak nama Camp Nou hanya untuk musim 2020/2021. Pasalnya, Barcelona mengategorikan Camp Nou bukan ladang komersial bagi klub, kecuali untuk membantu penggalangan dana bagi klub dalam menghadapi situasi darurat dalam wabah Covid-19. Cardoner menargetkan pencarian dan kesepakatan dengan sponsor dapat terlaksana hingga satu bulan mendatang.
Apabila merujuk pengalaman sejumlah klub menjual hak nama stadion, dana segar yang diterima Barcelona minimal mencapai belasan juta Euro. Sebagai contoh, pada 2017, Juventus menjual hak nama Stadion Juventus kepada perusahaan asuransi Allianz seharga 75 juta euro (Rp 1,26 triliun) untuk enam tahun atau 12,5 juta euro (Rp 211,5 milar) per tahun. Adapun Manchester City menerima 20,6 juta euro per tahun dari maskapai penerbangan Uni Emirat Arab, Etihad, atas hak nama stadion.
Adapun Bolton Wanderes menjadi pionir menjual hak nama stadium di Eropa dengan menjalin kemitraan bersama perusahaan produsen olahraga Reebok pada 1997. Hingga kini terdapat 66 klub Eropa yang telah menjual hak nama stadion kepada sponsor. Sementara itu, Atletico Madrid menjadi klub pertama yang menjual hak penamaan stadion di Liga Spanyol. Hak penamaan stadion baru Atletico yang diresmikan musim lalu itu dimiliki perusahaan asal China, Dalian Wanda Group, selama 10 tahun dengan nilai kontrak 10 juta euro (Rp 169 miliar) per tahun.
Langgar tradisi
Langkah bermotif amal juga telah dilakukan Barcelona ketika ”melanggar” tradisi klub untuk meniadakan sponsor di kostum mereka sejak 1899. Pada 2006, Barcelona memulai kerja sama dengan Unicef untuk menghiasai kostum mereka. Bersama Unicef, Barcelona tidak menerima dana sponsor, tetapi justru ”El Barca” yang menyumbangkan 1,6 juta euro (Rp 27,07 miliar) per tahun untuk membantu kegiatan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk dana sosial anak-anak itu di seluruh dunia.
”Logo (Unicef) bukan nama merek sebuah perusahaan. Kami tidak akan melakukan langkah komersial di kostum untuk mempromosikan bisnis tertentu,” ujar Joan Laporta, Presiden Barcelona periode 2003-2010, ketika meluncurkan kerja sama dengan Unicef itu.
Nyatanya ketika suksesor Laporta, yakni Sandro Rosell, memimpin Barcelona, klub itu akhirnya benar-benar menggunakan sponsor komersial di kostum mereka. Periode 2011-2013, Barcelona bekerja sama dengan Qatar Foundation, lalu logo Qatar Airways yang menghiasi bagian dada kostum Barcelona pada medio 2013-2017. Dari kedua sponsor itu, Barcelona menerima sekitar 40 juta euro (Rp 677 miliar) per musim.
Kemudian, mulai musim 2017/2018, El Barca memulai kerja sama dengan firma daring asal Jepang, Rakuten, dengan nilai kontrak 55 juta euro (Rp 932,2 miliar) per musim. Jumlah itu bisa bertambah seiring adanya klausul dana tambahan sesuai prestasi Barcelona. Durasi kesepakatan Barcelona dan Rakuten berjalan selama empat musim dengan opsi perpanjangan lima musim.
”Kesepakatan dengan Rakuten menjadikan kami terdepan dalam nilai sponsor yang didapatkan klub olahraga. Kami berharap kemitraan ini membawa kesuksesan dalam bidang olahraga dan komersial serta membantu klub meraih tujuan untuk menjadi referensi poin di seluruh dunia,” ucap Bartomeu, Desember 2016.
Selain Rakuten, sejak 2017 lalu, Unicef dan perusahaan elektronik Turki, Beko, terpampang di kostum El Barca.
Terkait langkah komersial Barcelona yang ”melanggar” tradisi klub, sejak awal sejumlah pihak menentang kebijakan itu. ”Logo sponsor itu menodai kostum kebanggaan Barcelona dan warga Catalunya,” ucap mendiang Johan Cruyff, 2010. (REUTERS/AFP)