Mengawali karier di tengah persaingan dua petenis besar, Roger Federer dan Rafael Nadal, menjadi tantangan bagi Novak Djokovic. Dia berjuang mengungguli kedua petenis itu, meskipun membuatnya tidak disukai penggemar.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
Selama lebih dari satu dekade, penggemar tenis telah disuguhi menariknya persaingan tiga petenis elite, Roger Federer, Rafael Nadal, dan Novak Djokovic, yang dikenal dengan “Big 3”. Meski telah melampaui beberapa pencapaian dua pesaingnya itu, Djokovic masih kesulitan untuk menarik simpati penonton seperti Federer dan Nadal. Itu dirasakannya hingga saat ini.
Curahan hatinya itu diutarakan pada petenis Swiss, Stan Wawrinka, melalui Instagram Live, Sabtu (18/4/2020). Berbicara dari rumah masing-masing, Djokovic dan Wawrinka bercerita tentang kegiatan dalam masa pandemi Covid-19, hubungan dengan masing-masing pelatih, dan momen-momen berkesan lainnya sebagai petenis profesional.
Seperti semua petenis di dunia, Djokovic dan Wawrinka hanya bisa beraktivitas di rumah dengan dihentikannya turnamen sejak Maret. “Untuk pertama kalinya sejak menjadi petenis profesional, saya berada di rumah dalam waktu dua bulan beruntun,” kata Djokovic.
Pada pertengahan perbincangan yang berlangsung sekitar satu jam, Djokovic pun mengungkapkan perasaannya dalam persaingan dengan Federer dan Nadal, dua rival terberat. Dia bercerita setelah Wawrinka bertanya, “Bagaimana kamu beradaptasi dengan situasi ketika melawan Roger dan Rafa, karena sebagian besar penonton pasti mendukung mereka?”
“Tentu, tidak mudah saat penonton mendukung lawan, tetapi ketika mereka masih menghormati saya, saya tidak masalah. Jika ada yang menunjukkan rasa tidak hormat, saya sedih,” katanya.
Memulai karier tenis profesional sejak 2003, Djokovic memulai persaingan dengan Federer dan Nadal pada tahun yang sama, yaitu 2006. Dia dikalahkan Federer pada babak pertama ATP Masters Monte Carlo, lalu kalah pada perempat final Perancis Terbuka dari Nadal, sebulan kemudian.
Periode awal pertemuan dengan Federer dan Nadal itu tak hanya membuat Djokovic kesulitan untuk meraih kemenangan. Petenis Serbia, yang enam tahun lebih muda dari Federer dan setahun lebih muda dari Nadal itu, tak pernah menjadi favorit penonton.
“Pada awa karier, selalu terasa berat. Perlahan, saya belajar menerima situasi tersebut dengan memfokuskan energi saya pada pertandingan. Tetapi, saya juga manusia, bisa terganggu dengan situasi tersebut. Apalagi, ini adalah olahraga individu, tak ada orang lain (di lapangan), tempat menyandarkan diri,” ujar petenis berusia 32 tahun tersebut.
Tekanan dari penonton itu, bahkan, dirasakan hingga saat ini. Terakhir, Djokovic mendapat “teror” pendukung Federer ketika bertemu pada final Wimbledon 2019. Djokovic harus menerima fakta bahwa Federer selalu menjadi kesayangan penonton dari berbagai kalangan yang hadir di All England Club, London, Inggris.
Setelah menang, 7-6 (7-5), 1-6, 7-6 (7-4), 4-6, 13-12, dalam waktu 4 jam 57 menit, Djokovic bercerita caranya mengendalikan diri. “Penonton selalu meneriakkan ‘Roger! Roger!’ Saya membayangkan sebaliknya, penonton menyebut nama saya,” katanya.
Djokovic memaklumi ketika lebih banyak penggemar tenis yang menyukai Federer dan Nadal. Hal itu karena keduanya itu adalah sosok besar, tak hanya sebagai atlet, melainkan juga sebagai manusia. “Mereka adalah orang rendah hati dan karismatik. Roger juga sangat dikenal karena sering melakukan perjalanan untuk berbagai kegiatan. Banyak orang menyukainya”.
Persaingan
Djokovic muncul ketika penggemar tenis telah menikmati persaingan yang teramat menarik antara Federer dan Nadal. Permainan Federer yang indah dengan gerakan efektif, serta Nadal yang mengandalkan permainan fisik, membuat pertemuan mereka selalu melahirkan pertandingan memukau.
Maka, ketika Djokovic muncul dan merusak hubungan Fedal, julukan untuk persaingan Federer dan Nadal, banyak penonton tenis tak begitu menyukainya. Apalagi, Djokovic pun unggul dalam pertemuan dengan keduanya sejak memperlihatkan dominasi pada 2011.
Atas Nadal, Djokovic unggul 29-26. Nadal bahkan tak bisa mengalahkan Djokovic pada tujuh pertemuan yang terjadi dalam dua tahun, 2015 dan 2016. Adapun dari Federer, Djokovic unggul 27-23.
Dia pun mendekati jumlah gelar Grand Slam Federer (20 gelar) dan Nadal (19) dengan perolehan 17 gelar. Djokovic juga telah melampaui Nadal pada posisi teratas peringkat dunia.
Menempati puncak peringkat dunia untuk pertama kalinya pada 4 Juli 2011, tiga tahun setelah Nadal melakukannya pada 18 Agustus 2008, Djokovic telah menjadi petenis nomor satu dunia selama 282 pekan. Nadal tertinggal dengan 209 pekan. Adapun Federer, dengan 310 pekan, menjadi tunggal putra terlama di posisi teratas, diikuti Pete Sampras (286 pekan).
Mantan petenis nomor satu dunia, Mats Wilander, bahkan memprediksi Djokovic bisa melampaui semua pencapaian Federer dan Nadal karena bisa tampil baik pada semua jenis lapangan. ”Djokovic jarang kesulitan menghadapi Federer atau Nadal. Dia bisa menghadapi petenis dengan berbagai gaya main, di tanah liat, rumput, atau lapangan keras. Menurut saya, dia tak akan terkalahkan untuk waktu yang lama,” kata Wilander setelah final Wimbledon 2019.
Meski masih merasakan tekanan dari penggemar Federer dan Nadal hingga saat ini, persaingan itu juga memunculkan sisi positif Djokovic.”Saya sangat senang ketika meraih gelar Grand Slam pertama di Australia Terbuka 2008. Setelah itu, saya selalu kalah selama tiga tahun saat bertemua Roger atau Rafa pada semifinal atau final Grand Slam. Namun, persaingan itu justru membuat saya seperti sekarang. Berkat mereka, saya punya mental kuat dan bisa menjadi pejuang,” tuturnya.