Hari terakhir uji coba pramusim MotoGP 2020 di Sirkuit Sepang, Malaysia, digunakan oleh para pebalap untuk mencari batas kemampuan motor yang akan digunakan pada musim ini.
Oleh
Agung Setyahadi
·4 menit baca
SEPANG, MINGGU – Para pebalap berlomba mencari batas kemampuan motor spesifikasi 2020 pada hari terakhir tes pramusim MotoGP di Sirkuit Sepang, Malaysia, Minggu (9/2/2020). Itu tercermin dari keberadaan 18 pebalap dengan selisih waktu hanya 0,820 detik, serta jatuhnya pebalap Repsol Honda Marc Marquez untuk kedua kalinya.
Marquez terkenal dengan caranya yang sangat berani untuk mencari limit motor yang masih bisa dikendalikan. Cara itu terus dia jalankan meskipun sempat dikritik oleh petinggi timnya karena berbahaya.
”Saya tidak terjatuh karena saya menghendaki itu. Saya terjatuh karena itu satu-satunya cara yang saya ketahui untuk menemukan batasan. Dan jika saya ingin menang, kita ingin menang, tidak ada jalan lain bagi kita untuk maju, menjadi lebih baik, lebih cepat. Saya akan terus mendorong diri, karena itulah gunanya latihan, untuk mengetahui batasannya, batasan saya dan batasan motor,” tegas Marquez dalam buku otobiografinya Marc Marquez Dreams Come True: My Story.
Pada awal musim 2020, meskipun belum 100 persen bugar setelah operasi bahu kanan, Marquez tidak mengubah pendekatannya itu. Dia sempat terjatuh pada hari kedua tes, Sabtu, pada tikungan 3 yang merupakan tikungan cepat. Juara dunia enam kali MotoGP itu kembali jatuh pada hari terakhir, tetapi di tikungan 15 yang merupakan tikungan lambat hairpin.
Marquez tampak ingin mencari celah pengendalian RC213V agar dapat ”mengalir” lebih cepat di tikungan. Cara itu adalah skenario yang terus dimatangkan para pebalap Honda yang selama ini menggunakan teknik stop and go saat melewati tikungan. Teknik menutup dan membuka bukaan gas itu dilakukan karena tenaga RC213V sangat besar dan agresif.
Sepanjang tiga hari uji coba resmi, Marquez tidak banyak melakukan putaran, hanya 131 lap. Dia maksimal hanya menyelesaikan target 47 lap pada hari kedua dan ketiga, agar pemulihan bahu kanannya tidak terganggu. Dia pun tidak memaksakan mencapai kecepatan puncak atau waktu tercepat satu putaran.
Catatan waktu terbaiknya pada hari ketiga adalah 1 menit 58,772 detik di posisi ke-12, selisih 0,423 dari pebalap Petronas Yamaha Fabio Quartararo yang menjadi pebalap tercepat. Quartararo mencetak waktu 1 menit 58,349 detik, hanya terpaut 0,1 detik dari lap tercepat Danilo Petrucci (Ducati) musim lalu.
Pada hari ketiga, para pebalap mulai lebih agresif mencari limit pengendalian motor spesifikasi 2020. Mereka memacu motor untuk mendapat gambaran lebih jelas apa yang perlu dibenahi lebih lanjut sebelum seri pertama di Qatar, pada 8 Maret. Mesin menjadi fokus utama, karena setelah balapan di Qatar semua tim tidak bisa mengganti mesin. Setelah itu setelan elektronik, sasis dan suspensi, serta jarak pengereman, menjadi fokus pengumpulan data telemetri.
“Dalam tiga hari ini kami bekerja sangat keras, mencoba beberapa hal berbeda, dua hingga tiga rangka baru, peningkatan suspensi dan elektronik. Dengan rangka baru saya merasa nyaman dan bisa sangat konstan, hari ini waktu lap saya selalu 1 menit 59 detik,” ujar pebalap Suzuki Alex Rins dikutip GPOne.
Ketat
Adaptasi dengan ban baru Michelin juga krusial karena memengaruhi setelan motor, juga cengkeraman pada aspal. Konstruksi baru ban belakang Michelin yang memiliki daya cengkeram lebih baik dibandingkan dengan musim 2019 juga berdampak pada kecepatan pada pebalap.
Rentang selisih waktu dari Quartararo hingga Vinales, di posisi ke-18, hanya 0,820 detik, pada hari terakhir tes. Adapun data gabungan tiga hari tes menunjukan 19 pebalap dalam rentang 0,755 detik. Jika dibandingkan dengan hasil gabungan tes pramusim 2019 di Sepang, selisih waktu pebalap pertama hingga ke-19 mencapai 1,710 detik.
“Ini sulit dipercaya karena semua orang sangat kuat, sangat cepat,” ujar pebalap Yamaha Valentino Rossi. Sepanjang tes pramusim ini Rossi menyelesaikan 159 lap, dan kemarin menempati posisi kelima dengan selisih 0,192 detik dari Quartararo.
Musim ini, ban belakang baru Michelin memberi gambaran umum akan adanya persaingan yang lebih ketat. Bagi motor dengan mesin empat silinder segaris–digunakan oleh Yamaha dan Suzuki–ban itu dinilai menguntungkan karena motor bisa lebih cepat saat memasuki dan keluar tikungan. Ini akan menjadi penyeimbang bagi keunggulan tenaga dan kecepatan puncak dari mesin V4-90 derajat yang dipakai oleh Honda, Ducati, dan Aprilia.
Pebalap Ducati Andrea Dovizioso menilai, ban baru ini menuntut perubahan setelan elektronik untuk mendapatkan traksi, juga penyesuaian gaya membalap. “Setelan yang ada sebelumnya, cara mendapatkan traksi, tidak berlaku lagi dengan ban ini,” tegasnya dikutip GPOne.
Pada hari terakhir itu, Yamaha juga mencoba perangkat mekanis holeshot untuk mencegah roda depan terangkat (wheelie) saat start. Alat ini terpasang pada motor Rossi dan Vinales dan keduanya mencoba saat latihan start. Sementara itu, motor Quartararo belum dipasangi holeshot yang menahan shock belakang dalam posisi tertekan, dan akan lepas setelah start. Pada ajang motokros, holeshot lazim digunakan dan dipasang pada suspensi depan. Suzuki belum mencoba holeshot di Sepang, tetapi Rins mengatakan, kemungkinan perangkat itu akan dicoba saat tes di Qatar pada Maret.