Angelique Kerber Teruskan Jejak Steffi Graf
Angelique Kerber tumbuh dengan menyaksikan idolanya, Steffi Graf, menjadi bintang tenis pada era 1990-an, termasuk ketika Graf menjuarai Wimbledon untuk terakhir kalinya pada 1996. Kini, 22 tahun kemudian, Kerber menjadi petenis putri kedua Jerman dengan gelar juara Wimbledon pada era terbuka.
"Tidak mungkin!" kata Kerber ketika melihat namanya terukir pada honour board, papan yang mencetak daftar nama juara Wimbledon, di All England Club, London, Inggris. Wimbledon adalah turnamen tenis tertua di dunia yan didigelar sejak 1877, meski tunggal putri baru dipertandingkan pada 1884.
Nama Kerber terukir dengan tinta emas pada papan berwarna hijau itu setelah mengalahkan Serena Williams, 6-3, 6-3, dalam final, Sabtu (14/7/2018). Nama sang idola, Graf, tertulis sebagai juara 1988, 1989, 1991, 1992, 1993, 1995, dan 1996.
Dua nama itulah yang mewakili petenis putri Jerman sebagai juara Wimbledon sejak era terbuka pada 1968. Sebelum memasuki era terbuka (gabungan amatir dan profesional), ada nama Cilly Aussem, juara 1931.
"Setelah hasil memalukan pada Piala Dunia, kami butuh sesuatu yang lebih baik," kata Boris Becker, juara tunggal putra Wimbledon 1985, 1986, dan 1989 pada BBC. Mantan petenis Jerman itu merujuk pada tersingkirnya tim nasional sepak bola negaranya dalam penyisihan grup Piala Dunia Rusia 2018 meski berstatus juara bertahan.
"Juara Wimbledon selalu menjadi impian saya. Diawali dengan Australia, lalu New York, saya belajar dari pengalaman itu. Juga dari final saya sebelumnya di sini," kata Kerber, yang dikalahkan Serena pada final Wimbledon 2016.
Gelar di All England Club menjadi gelar grand slam ketiga bagi Kerber setelah juara Australia dan AS Terbuka pada 2016. Pada 12 September di tahun yang sama, untuk pertama kalinya Kerber menjadi petenis nomor satu dunia. Bergantian dengan Serena, Kerber terakhir kali berada pada puncak peringkat dunia pada 16 Juli 2017.
Namun, musim 2017 menjadi musim yang sempat ingin dilupakannya. Dia kesulitan mempertahankan konsistensi permainan hingga gagal mempertahankan gelar juara Australia Terbuka. Di AS Terbuka, Kerber bahkan tersingkir pada babak pertama. Musim itu diakhirinya dengan hanya menjadi petenis berperingkat ke-21 dunia.
Pada Desember 2017, petenis berusia 30 tahun ini mengganti Torben Beltz, pelatihnya sejak tahun 2003, dengan Wim Fisette, mantan melatih Kim Clijsters, Victoria Azarenka, dan Simona Halep. Namun, musim itu pada akhirnya memberi pengalaman berharga bagi Kerber.
"Tanpa 2017, saya tak bisa memenangi turnamen ini. Saya belajar banyak dari tahun lalu untuk menjadi seseorang dan petenis yang lebih baik. Tahun lalu atau dua minggu lalu, mungkin tak ada yang menilai bahwa saya bisa menjadi juara Wimbledon," ujar Kerber.
Di Wimbledon, perubahan pada Kerber mulai terlihat setelah melewati babak kedua. Alih-alih hanya mengandalkan semangat dan bermain bertahan, dia tampil lebih agresif. "Dia sadar, dengan hanya bermain bertahan, dia tak akan bisa juara. Dia pun mengubah permainannya," kata Fisette pada The New York Times.
Statistik memperlihatkan itu. Kerber empat kali mematahkan servis Serena dari tujuh kesempatan, melalui 80 persen keberhasilan mengembalikan servis Serena. Umumnya, petenis lain hanya bisa mengembalikan kurang dari 60 persen servis keras tujuh kali juara Wimbledon itu.
Dia juga berusaha membuat Serena banyak bergerak, bertahan dengan baik, hingga Serena membuat kesalahan. Salah satunya ketika bola dari overhead volley di depan net jatuh di luar baseline.
"Melawan petenis juara seperti Serena, saya harus tampil sebaik mungkin. Dia punya banyak pengalaman di sini dan Wimbledon menjadi bagian dari permainannya," ujar Kerber yang hanya membuat lima unforced error, sedangkan Serena membuat 24 unforced error.
Selain itu, Kerber juga berhasil menjaga emosinya, termasuk ketika arah pukulan Serena hampir mengenai badannya. Meski merasa gugup selalu memasuki lapangan, tak terlihat ekspresi gentar seperti yang sering dialami petenis lain saat berhadapan dengan Serena. “Angie bisa saja marah dengan bola yang hampir mengenai tubuhnya, tetapi dia tak bereaksi dan tetap fokus pada pertandingan. Itu bagus,” kata Fisette.
Terinspirasi Serena
Selain Graf yang menjadi idolanya, Kerber mengatakan, dia juga terinspirasi dengan Serena yang tampil baik meski telah beristirahat dari kompetisi sejak Januari 2017 hingga Maret 2018 karena hamil dan melahirkan.
"Serena, kamu telah menjadi inspirasi bagi saya, bagi semua petenis. Setelah memiliki bayi dan mengalami masa sulit, kamu masih bisa bermain seperti ini. Selamat datang kembali," kata Kerber yang dipeluk erat Serena sesaat setelah memenangi poin terakhir.
Sambil menahan tangis, dalam wawancara di lapangan, Serena mengatakan, apa yang dia lakukan saat ini didedikasikan untuk semua ibu. "Saya telah berusaha. Saya memang kecewa karena kalah, tetapi saya juga tak bisa kecewa karena telah tampil hingga tahap ini. Ternyata saya masih bisa bersaing dengan yang lain. Ini menjadi awal perjalanan lagi bagi saya," ujar Serena.
Kebangkitan kembali
Kembalinya Kerber ke permainan terbaik, dan lolosnya Serena ke final, menandai turnamen Wimbledon 2018 sebagai ajang kebangkitan petenis yang pernah terpuruk. Di bagian putra, petenis Serbia Novak Djokovic tampil cemerlang dan mengalahkan petenis jangkung Afrika Selatan, Kevin Anderson, 6-2, 6-2, 7-6 (7-3).
Sukses ini ini menjadi gelar grand slamnya yang ke-13, termasuk Wimbledon 2011, 2014, dan 2015, tetapi menjadi yang pertama sejak Perancis Terbuka 2016. Setelah itu, penampilannya terus merosot karena merasa kehilangan motivasi setelah memenangi keempat gelar grand salam. Apalagi, dia harus absen selama paruh kedua kedua musim 2017 karena cedera siku kanan, dan tertatih-tatih saat kembali bermain pada awal musim ini.
Djokovic pun terlihat emosional setelah meraih poin terakhir ketika servisnya tak bisa dikembalikan Anderson. Dia berlutut, lalu berteriak sambil mengangkat kedua lengan, lalu memakan beberapa helai rumput yang dipetiknya di lapangan. "Ini adalah final grand slam pertama saya dalam dua tahun. Tidak ada tempat yang lebih baik untuk bangkit kembali selain di sini," ujar Djokovic. (Reuters/AFP/AP)