Ritual Penghormatan Air dan Satwa Buka Forum Air Sedunia Ke-10 di Bali
Forum Air Sedunia Ke-10 resmi dibuka. Forum itu dibuka dengan berbagai ritual penghormatan air.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Salah satu tarian dalam rangkaian acara pembukaan Forum Air Sedunia Ke-10 di Kawasan ekonomi khusus (KEK) Kura Kura Bali, Sabtu (18/5/2024). Forum itu dijadwalkan diikuti oleh setidaknya 35.000 orang delegasi dari 193 negara.
DENPASAR, BALI — Forum Air Sedunia Ke-10 resmi dibuka di Bali pada Sabtu (18/5/2024). Forum yang diikuti 35.000 delegasi dari 193 negara itu dibuka dengan tradisi Bali yang merupakan penghormatan terhadap alam dan lingkungan, khususnya air.
Bali menjadi daerah yang dipilih untuk menjadi tuan rumah Forum Air Sedunia (World Water Forum/WWF) Ke-10 pada 18-25 Mei 2024. Acara pembukaannya diselenggarakan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali, Denpasar, pada Sabtu sore hingga petang.
Acara pembukaan yang bertajuk ”Balinese Water Purification” itu diisi oleh dua upacara adat, yakni Segara Kerthi untuk menghormati laut atau air dan Tumpak Uye untuk menghormati satwa. Ribuan orang dari sejumlah negara hadir di acara yang dilaksanakan persis di bibir Pantai Serangan.
Dalam Segara Kerthi, air merupakan elemen sakral yang digunakan untuk membersihkan jiwa. Upacara tradisional itu memperlihatkan para pemuka agama Hindu berdoa bersama umat Hindu yang hadir menghadap ke pantai.
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memberikan sambutan di sela-sela acara pembukaan Forum Air Sedunia Ke-10 di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali, Sabtu (18/5/2024).
Setelah ritual itu, dilaksanakan juga ritual Tumpak Uye yang merupakan penghormatan terhadap hewan atau satwa. Satwa dinilai membantu umat manusia dalam menjaga alam dan menjadi kunci untuk kelangsungan hidup sehingga perlu dihormati. Dalam ritual ini, selain merapal doa, juga diselingi berbagai macam tarian khas, antara lain, tari Sang Hyang Dedari, tari Rejang Putri Maya, dan tari Baris.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan hadir untuk membuka acara tersebut bersama dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Menpan RB Abdullah Azwar Anas, dan Penjabat Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya bersama dengan Presiden Dewan Air Dunia Loic Fauchon.
Dalam sambutannya, Luhut mengungkapkan, dari dua tradisi itu membuktikan jika Indonesia dengan kearifan lokalnya peduli terhadap lingkungan, perubahan iklim dan alam secara umum. Ia meyakinkan para delegasi bahwa Indonesia tidak hanya bicara soal menjaga lingkungan, tetapi juga berupaya.
”Ketika Anda menghadiri upacara ini, bisa dilihat bagaimana kami (Indonesia) peduli terhadap lingkungan, kami peduli terhadap perubahan iklim, dan Anda juga melihat bagaimana kami menghormati alam, bahkan hewan. Kami tunjukkan juga lewat ritual yang Anda hadiri,” kata Luhut kepada para delegasi.
Luhut menyampaikan, ritual dari adat Bali merupakan salah satu dari berbagai macam kearifan lokal di Indonesia yang begitu menghormati dan menjaga alam. ”Indonesia selalu berusaha melakukan perawatan lingkungan agar tetap menjaga kondisi dan kualitas air,” ungkapnya.
Menanggapi hal itu, Loic Fauchon mengucapkan terima kasih kepada Indonesia, khususnya semua orang yang menyiapkan upacara pembukaan di Pantai Serangan, Kura Kura Bali. Upacara ritual itu menginspirasi semua tamu dan delegasi yang hadir untuk bersama-sama menjaga dan menghormati air.
”Mari bersama-sama, dari tangan ke tangan, agar semua orang bisa mengakses air yang sehat dan aman untuk kehidupan manusia,” kata Loic.
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Salah satu tarian dalam rangkaian acara pembukaan Forum Air Sedunia Ke-10 di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali, Sabtu (18/5/2024).
Air, lanjut Loic, merupakan barang paling berharga di satu-satunya planet yang menjadi tempat tinggal manusia. Untuk itu, forum ini menjadi kesempatan penting untuk merumuskan kebijakan yang akan dipatuhi bersama dan dijalankan bersama untuk kesejahteraan sesuai tema Forum Air Sedunia Ke-10, yaitu ”Air untuk Kesejahteraan Bersama”.
Mari bersama-sama, dari tangan ke tangan, agar semua orang bisa mengakses air yang sehat dan aman untuk kehidupan manusia
Presiden Direktur PT Bali Turtle Island Development Tuti Hadiputranto, sebagai pengelola Kura Kura Bali, mengungkapkan, KEK Kura Kura Bali menjunjung tinggi pentingnya menjaga keseimbangan dengan alam melalui kearifan lokal karenanya akan terus berupaya mendukung, memelihara, dan meningkatkan kesakralan budaya serta tempat-tempat suci di dalam dan sekitar kawasan.
”Dengan diadakannya upacara Segara Kerthi dan Tumpak Uye di Kawasan Kura Kura Bali, kami mengharapkan adanya restu dari alam bagi Pulau Serangan dan Bali secara keseluruhan, atas upaya yang kita lakukan bersama untuk memajukan dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat Bali,” kata Tuti.
Di akhir acara, para delegasi melepasliarkan 1.000 ekor tukik, 1.000 ekor burung, 5 ekor penyu. Para petinggi Dewan Air Sedunia bersama para menteri dan pejabat daerah melepaskan hewan-hewan itu ke laut dan ke udara.