Pemimpin Negara Diajak Bangun Gerakan Keadilan untuk Air
Krisis air menjadi isu global, yang perlu diperhatikan semua negara. Dalam Forum Air Sedunia Ke-10 di Bali tahun 2024, para pemimpin dunia dan pemimpin politik diingatkan untuk memperhatikan air.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·2 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Para pemimpin negara diajak aktif membangun gerakan keadilan air (water justice). Semua demi keselamatan serta kesejahteraan manusia dan dunia.
Hal itu disuarakan dalam Pertemuan Ke-2 Konsultasi Para Pemangku Kepentingan di Badung, Bali, 12-13 Oktober 2023. Acara ini digelar menyongsong Forum Air Sedunia Ke-10 di Bali pada tahun 2024.
”Kami membawa Spirit of Bandung 1955, semangat Bandung untuk kerja sama Asia Afrika, kerja sama Selatan Selatan, dan kerja sama Utara Selatan, untuk berkeadilan tentang air di World Water Forum,” kata Wakil Ketua Komite Penyelenggara Nasional Forum Air Sedunia Ke-10 Basuki Hadimuldjono di Badung.
Presiden Dewan Air Dunia Loic Fauchon mengatakan, pertemuan Forum Air Sedunia 2024 bakal menjadi ajang menunjukkan situasi dan kondisi manajemen air. Ajang itu juga menjadi respons untuk mencari solusi nyata.
”Saat ini air sedang dalam ancaman global karena pengaruh perubahan iklim dan juga perkembangan demografi,” kata Fauchon.
Ia juga mengungkapkan pertemuan kali ini menjadi bagian dari proses kesepakatan air (water deal) dalam diplomasi air. Semua untuk meyakinkan pentingnya perhatian terhadap isu politik air dari para pemimpin negara dan politik.
Fauchon menambahkan, manusia harus terus beradaptasi dan membangun hubungan baru dengan air demi kehidupan manusia. Dunia mengalami krisis air dan butuh aksi nyata mengatasinya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati menyebutkan, penting manusia menghargai dan menjaga harmoni dengan alam.
”Seluruh kalangan agar cerdas dan berkolaborasi dengan alam demi menyelamatkan peradaban manusia,” katanya.
Penjabat Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya menyebutkan, masyarakat Bali punya keterikatan budaya dan kearifan lokal dengan air. ”Masyarakat Bali memiliki budaya memuliakan air sebagai sumber kehidupan,” kata Mahendra.
Mahendra mengatakan, masyarakat Bali menyakralkan dan menjaga kesucian sumber air terkait pemanfaatan air sebagai air suci (tirta) dan pembersihan atau penyucian jiwa (pelukatan).
”Jika air tidak dikelola dengan baik, petaka di depan mata,” ujarnya.