Nyawa Melayang akibat Kecelakaan Subang dan Tuduhan pada Emen
Bus terguling di Ciater, Subang, menyebabkan empat tewas. Ada mitos tentang sosok Emen di sana.
Oleh
CORNELIUS HELMY HERLAMBANG
·4 menit baca
MELATI MEWANGI
Petugas melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) tergulingnya bus Purnama Sari di Jalur Bandung-Subang, Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Minggu (19/1/2020) siang. Alat 3D Laser Scanner digunakan untuk memindai kondisi di lapangan untuk dituangkan ke dalam simulasi dengan perangkat lunak.
Jalan Raya Subang-Bandung di Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, kembali memakan korban. Sabtu (11/5/2024), pukul 18.45 WIB, bus Trans Putera Fajar bernomor polisi AD 7524 OG yang membawa rombongan pelajar SMK Lingga Kencana Depok, terguling. Diduga rem bus blong.
Akibatnya fatal. Dari rekaman yang beredar, bus terguling. Selain kaca pecah, barang-barang berhamburan di jalan.
Warga setempat juga banyak berkerumun di sekitar lokasi kejadian. Hingga Sabtu pukul 21.50 WIB, polisi masih menyebut empat tewas. Namun, berseliweran kabar ada 9-10 tewas.
Lokasi kejadian tidak jauh dari jalur maut yang kerap disebut Tanjakan Emen, kurang lebih lima kilometer. Berjarak sekitar 20 km dari Kota Bandung, kawasan itu curam dengan tanjakan, turunan, dan penuh kelokan. Kecelakaan lalu lintas fatal rawan terjadi di sana.
Meski untuk kasus terakhir, penyebabnya belum dipastikan, kecelakaan di sana selalu dipicu kelalaian pengemudi dan rem blong. Saking seringnya jatuh korban jiwa, hidup mitos yang terus dipercaya sebagian orang jadi penyebabnya.
Dengan kejadian ini, dalam 12 tahun terakhir, total 52 tewas. Jumlahnya rawan bertambah. Kabarnya jumlah korban jiwa dalam kejadian terakhir rawan bertambah meski masih butuh konfirmasi.
MELATI MEWANGI
Sejumlah warga melihat dari dekat di lokasi tergulingnya bus Purnama Sari di Jalur Bandung-Subang, Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Minggu (19/1/2020) siang. Delapan orang tewas dan puluhan orang luka dalam musibah ini.
Pada Oktober 2012, bus pariwisata yang mengangkut wisatawan asal Taiwan menabrak sepeda motor dan terguling. Akibatnya, empat tewas dan belasan lainnya luka-luka.
Di lokasi yang sama, pada Juni 2014, sembilan tewas saat bus pariwisata menabrak mobil dari arah berlawanan. Bus tersebut berisi rombongan pelajar dari Jakarta.
Salah satu kecelakaan paling fatal terjadi pada Sabtu (10/2/2018). Sekitar pukul 17.00 WIB, bus pariwisata Premium Passion bernomor polisi F 7959 AA terguling setelah menabrak sepeda motor dan tebing.
Akibatnya, 27 penumpang bagian rombongan anggota dan pengurus Koperasi Simpan Pinjam Permata, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten, tewas.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Bus Pariwisata bernomor polisi F 7959 AA yang bermuatan rombongan wisatawan dari Ciputat, Tangerang Selatan, mengalami kecelakaan di Jalur Tanjakan Emen, Ciater, Subang, Jawa Barat, Sabtu (10/2/2018). Kecelakaan yang terjadi sekitar pukul 17.00 WIB ini mengakibatkan 27 tewas dan lebih dari 30 orang terluka.
Sekitar sebulan kemudian, kecelakaan kembali terjadi di kawasan yang sama. Kecelakaan tunggal melibatkan minibus Elf bernomor polisi E 7548 PB, Senin (12/3/2018) pukul 12.00 WIB. Akibatnya, empat penumpang luka berat dan 12 lainnya luka ringan.
Korban kali ini adalah rombongan wisatawan dari Indramayu, Jabar. Mereka baru saja pulang dari Taman Wisata Alam Gunung Tangkubanparahu berjarak sekitar 8 km dari lokasi kejadian. Semua korban telah dievakuasi dan dirawat di RS Umum Daerah Subang.
Tidak berhenti, kecelakaan tunggal kembali terjadi di jalur itu. Bus Purnama Sari bernomor polisi E 7508 W terguling Sabtu (18/1/2020) pukul 17.15 WIB. Delapan tewas dalam kecelakaan itu.
Bus berisi 57 penumpang asal Depok, Jawa Barat, yang hendak pulang wisata dari Tangkuban Parahu. Kondisi bagian depan bus remuk, sedangkan kaca jendela sisi kanan pecah. Semua kejadian itu membuktikan, bagi sebagian pengemudi, Tanjakan Emen terlalu sulit untuk dilintasi.
Tuduhan pada Emen
KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA
Personel Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Barat melakukan olah tempat kejadian perkara di lokasi kecelakaan mini bus di Tanjakan Emen, Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Senin (12/3). Kecelakaan tunggal tersebut mengakibatkan 4 korban luka berat dan 12 korban luka ringan.
Setiap terjadi kecelakaan di Jalan Raya Subang-Bandung, sosok Emen sering menjadi kambing hitam. Cerita horornya melegenda di kalangan masyarakat sekitar dan pengemudi yang sering melintasi jalur tersebut.
Dalam arsip Kompas.id pada 13 Maret 2018, biasanya, pengemudi melemparkan rokok yang telah dibakar atau uang koin di Tanjakan Emen. Hal itu dilakukan agar mereka tidak ”diganggu” Emen.
Ibaratnya, rokok dan uang koin itu untuk buang sial saja.
Cerita Emen mempunyai beragam versi. Namun, semuanya dikaitkan dengan kejadian kecelakaan di lokasi itu pada 1960-an.
Ada yang mengatakan Emen adalah sopir pengangkut sayur. Versi lainnya menyebutkan Emen sebagai kernet angkutan umum Subang-Bandung. Namun, semua versi menceritakan Emen meninggal dalam kecelakaan itu. Arwahnya gentayangan di lokasi itu.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Kecelakaan Bus - Bus Pariwisata bernomor polisi F 7959 AA yang bermuatan rombongan wisatawan dari Ciputat, Jakarta Selatan, mengalami kecelakaan di Jalur Tanjakan Emen, Ciater, Subang, Jawa Barat, Sabtu (10/2/2018)
Ada yang percaya, ada juga yang tidak. Namun, faktanya, tidak sulit menemukan puntung rokok dan uang koin di Tanjakan Emen. Ibaratnya, rokok dan uang koin itu untuk buang sial saja. Biar selamat.
Selain itu, semua kecelakaan melibatkan pengemudi kendaraan merupakan warga luar Bandung dan Subang atau yang belum berpengalaman melintasi jalan itu. Hal ini membuat sopir tidak terlalu memahami medan di Tanjakan Emen.
Padahal, sejumlah papan informasi mengenai lokasi rawan kecelakaan sudah terpasang sekitar 3,5 km sebelum Tanjakan Emen. Bahkan, sebuah bangkai mobil bekas kecelakaan dijadikan tugu untuk mengingatkan pengendara agar lebih berhati-hati.
Terlepas dari cerita Emen yang dituduh suka menganggu pengemudi, penyebab kecelakaan di Tanjakan Emen mempunyai penjelasan logis. Salah satu faktor utamanya adalah medan jalan yang banyak menanjak, menurun, dan berkelok.
Kisah Emen dengan segala kontroversinya seperti memberi rambu tegas. Tanpa persiapan matang, baik kondisi kendaraan dan mental pengemudinya, kecelakaan bisa terjadi kapan saja.