Membuka Peluang Baru bagi Warga Mataram dari Suvenir
Pelatihan pembuatan suvenir seperti lampu hias dan wadah hamper membuka peluang usaha baru bagi warga Mataram.
Kota Mataram tidak ingin sekadar menjadi ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat, tetapi juga rumah bagi berbagai komunitas kreatif. Oleh karena itu, pemerintah setempat mendorong sederet upaya. Salah satunya pelatihan pembuatan suvenir yang diharapkan bisa membuka peluang baru bagi peningkatan kesejahteraan warganya.
Suara riuh terdengar di Mandalika II, salah satu ballroom di Hotel Lombok Astoria Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa (7/5/2024) sekitar pukul 10.30 Wita. Di atas lantai karpet, puluhan orang terlihat sibuk dengan bolpoin, penggaris, dan kertas karton masing-masing.
Di samping mereka terdapat tiga lembar kertas bergambar pola garis beserta ukurannya. Kertas itu menjadi panduan yang harus diikuti. Dengan demikian, tugas mereka bisa sesuai dengan harapan Ika Asni Susanthi, pemilik Galeri Kerajinan Bale Creative yang menjadi pelatih pagi itu.
”Membuat garis ini menantang sekali. Harus tepat. Kalau tidak tepat, nanti memotongnya susah,” kata Sonia Swastika (28).
Meski menantang, mereka terlihat antusias mengerjakan setiap tahapan. Suasana juga terlihat cair karena mereka menyelingi dengan mengobrol dan bercanda. Saat ada kesulitan, mereka tidak sungkan untuk meminta arahan dari Ika yang juga tidak kalah antusias.
Baca juga: Mataram Bergerak Menjadi Kota Ekonomi Kreatif
Setelah selesai menggambar pola, mereka mengambil gunting dan cutter, lalu mulai memotong kertas karton mengikuti pola garis yang dibuat. Kemudian, dengan tambahan perekat, mereka ”menyulap” kertas karton itu menjadi tiga kotak berbeda ukuran.
Tugas mereka tidak selesai sampai di situ. Masih ada beberapa sentuhan lagi, seperti melapisi kotak itu dengan kain spunbond. Kain spunbond adalah kain yang relatif kuat dan sering ditemukan pada tas-tas belanja.
Setelah melapisi kotak dengan spunbond, mereka menambahkan lapisan terakhir, yakni potongan anyaman atau tikar pandan. Tambahan anyaman pandan membuat kotak karton yang awalnya masih biasa terlihat lebih premium. Ada lagi sentuhan terakhir, yakni penutup dari mika dan pita.
”Senang sekali, tidak menyangka saya bisa membuat tas hamper seperti ini,” kata Desak (39) penuh semangat sambil menunjukkan tas hamper yang telah ditambahkan tali dari kulit sintetis.
Baca juga: Kota Mataram dalam Secangkir Kopi
Pagi itu Sonia dan Desak bersama 38 peserta lain mengikuti Pelatihan Pembuatan Suvenir Tahap 1 yang diselenggarakan Dinas Pariwisata Kota Mataram. Pelatihan tersebut berlangsung tiga hari, yakni 6-8 Mei 2024.
Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata Dinas Pariwisata Kota Mataram Mutiara Linda Sartika Nasution mengatakan, peserta pelatihan yang berjumlah 40 orang berasal dari berbagai kelurahan di Kota Mataram.
Senang sekali, tidak menyangka saya bisa membuat tas hamper seperti ini. (Desak)
Peserta berasal dari berbagai latar belakang, seperti warga yang masuk dalam kategori miskin ekstrem, warga yang tidak punya usaha, para pedagang rokok ilegal, juga pemilik usaha yang ingin meningkatkan kapasitas.
Menurut Mutiara, anggaran pelatihan berasal dari dana bagi hasil cukai tembakau. Harapannya, melalui pelatihan ini, peserta yang masuk kategori miskin ekstrem bisa memperbaiki kehidupannya. Begitu juga mereka yang menjual rokok ilegal beralih sehingga punya usaha baru.
Baca juga: Warga Mataram, ”Dong Ayok Lari!”
Menurunkan angka kemiskinan memang menjadi salah satu prioritas Pemerintah Kota Mataram. Menurut data Badan Pusat Statisik Kota Mataram, pada 2023 persentase penduduk miskin di Mataram mencapai 9 persen atau 46.210 jiwa. Berbagai intervensi dilakukan, termasuk pemberdayaan untuk meningkatkan pendapatan dan kemandirian masyarakat miskin.
Dalam tiga hari para peserta belajar sejumlah kerajinan atau suvenir. Mutiara mengatakan, pada hari pertama, peserta belajar membuat lampu hias, lalu hari kedua membuat wadah hamper, dan hari ketiga kerajinan dari benang serat daun nanas.
Khusus hamper, kata Ika, ia mengajarkan cara membuat tiga jenis hamper. Mulai dari tas hamper, hamper untuk tiga stoples, dan hamper untuk empat stoples.
Peluang baru
Desak yang berasal dari Cakranegara Timur menuturkan, ia sangat antusias mengikuti pelatihan ini karena berharap bisa memiliki usaha baru. ”Senang sekali karena ada tambahan keterampilan baru. Harapannya ini menjadi usaha baru setelah usaha ingke yang sebelumnya saya jalani,” kata Desak.
Baca juga: Menengok Geliat Pagi Kota Tua Ampenan
Menurut Desak, pada 2008 ia mengikuti pelatihan pembuatan ingke atau piring dari lidi yang kemudian menjadi bidang usahanya. Setelah berjalan sekian tahun, usaha itu terhenti. Selain karena hamil dan melahirkan, ia juga kesulitan bahan baku.
Saat ini Desak kembali ingin terjun ke usaha kerajinan. Gayung bersambut karena ada pelatihan suvenir. ”Dibandingkan dengan lampu hias yang hari pertama, saya lebih tertarik ke wadah hamper ini. Peluangnya besar karena akan banyak dibutuhkan di berbagai acara,” kata Desak.
Karena itu, kata Desak, setelah bisa membuat kerajinan tersebut, tugasnya adalah mencari rekan yang bisa menggunakan produknya. ”Tadi juga sudah ada peserta dari usaha kuliner yang mungkin akan menerima wadah hamper dari saya. Selain juga nanti mencari yang lain,” kata Desak.
Gilang Putra Gemilang (31), peserta lain, mengatakan, pelatihan hamper akan sangat membantu usahanya. Gilang sejak 2019 memiliki usaha bernama Good Craft yang bergerak pada pembuatan kerajinan dari pelepah kelapa.
Menurut Gilang, kemasan adalah salah satu hal penting dalam usaha suvenir, bahkan menjadi salah satu penentu bagi konsumen untuk membeli produk suvenir. ”Produk kami sudah bagus. Tetapi, kalau kemasannya tidak bagus, konsumen bisa pikir-pikir untuk membeli,” kata Gilang.
Gilang mengatakan, usahanya termasuk menghadapi tantangan soal kemasan. Di saat ia harus menekan biaya dengan cara menggunakan kemasan dus biasa, permintaan dengan kemasan premium banyak yang datang.
”Tetapi, harga kemasan premium mahal banget. Di Lombok saja bisa Rp 90.000-Rp 150.000. Sama dengan harga produk saya. Kalau dari luar, memang lebih murah, tetapi masih ditambah ongkos kirim,” kata Gilang.
Karena itu, ujar Gilang, pelatihan pembuatan kotak hamper sangat menarik. Dengan demikian, ia bisa membuat sendiri kemasan premium bagi usahanya.
Sonia juga berharap, dengan bisa membuat wadah yang lebih bagus akan berdampak ke usaha piza dan kue yang ia jalankan. ”Terutama kue, ya. Selama ini pakai kotak biasa ditambah pita. Semoga nanti bisa bikin hamper Lebaran pakai wadah seperti ini,” kata Sonia.
Sebagai mentor, Ika juga antusias melihat respons peserta. ”Mungkin belum terbiasa. Jadi masih ada yang salah saat memotong. Tetapi, itu bisa dilatih. Semua butuh proses,” kata Ika.
Menurut dia, peluang usaha hamper termasuk besar saat ini. Tidak hanya untuk hari-hari besar seperti Lebaran, tetapi juga di luar Lebaran. Apalagi, semakin banyak orang yang butuh wadah untuk bingkisan kepada kerabat pada acara lain.
Mutiara menambahkan, setelah pelatihan, peserta tidak akan dilepas begitu saja. Selain membantu menghubungkan mereka dengan penampung produk, peserta juga akan terus dipantau.
Baca juga: Umat Hindu di Mataram Rayakan Galungan
Misalnya dengan membuat grup obrolan bersama yang bisa digunakan peserta untuk melaporkan perkembangan usahanya. Hal serupa juga dilakukan pada pelatihan kreatif sebelumnya. ”Hal itu sejalan dengan komitmen Pemerintah Kota Mataram yang memang besar untuk ekonomi kreatif dan pariwisata,” kata Ika.
Pelatihan bidang kreatif tidak hanya meningkatkan kapasitas, tetapi juga membuka jalan dan harapan baru bagi masyarakat. Kota Mataram terus melakukan hal itu, salah satunya lewat pelatihan pembuatan suvenir.