Dua Kabupaten di Kalteng Terendam Banjir Saat Peralihan Musim
Ribuan warga terdampak banjir di dua kabupaten di Kalteng pada masa peralihan musim hujan ke musim kemarau.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKA RAYA, KOMPAS — Memasuki masa peralihan musim hujan ke musim kemarau, banjir terjadi di dua kabupaten di Kalimantan Tengah, yakni Kotawaringin Timur dan Kotawaringin Barat. Sejumlah sungai meluap karena intensitas hujan yang tinggi. Ribuan warga pun terdampak.
Di Kotawaringin Barat, banjir terjadi sejak dua hari lalu. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Barat Syahruni menjelaskan, banjir terjadi akibat intensitas hujan yang tinggi. Hal itu menyebabkan Sungai Arut dan Sungai Lamandau meluap.
Dari data yang dihimpun BPBD Kotawaringin Barat, Syahruni mengatakan, banjir merendam sebagian besar wilayah di dua kecamatan, yakni Kecamatan Arut Selatan dan Kecamatan Arut Utara. Setidaknya 2.589 warga terdampak banjir.
Di Kecamatan Arut Utara, dari total 11 desa dan kelurahan di sana, lima kelurahan dan desa terendam banjir, yakni Kelurahan Pangkut, Desa Nanga Mua, Desa Sukarami, Desa Gandis, dan Desa Kerabu.
Menurut Syahruni, banjir di Kecamatan Arut Utara muncul pertama kali pada 17 April 2024. Banjir sempat surut, tetapi kembali merendam permukiman warga sejak dua hari lalu.
Di Kecamatan Arut Selatan, dari total 20 desa dan kelurahan, sebanyak tujuh desa dan kelurahan terendam banjir, yakni Kelurahan Baru, Kelurahan Mendawai, Kelurahan Raja Seberang, Desa Kumpai Batu Atas, Desa Runtu, Desa Umpang, dan Desa Tanjung Terantang. Ketinggian air di wilayah ini mencapai 60 cm.
”Kami terus memantau titik-titik rawan banjir dan terus berkoordinasi dengan pejabat desa dan kelurahan. Jika membutuhkan armada atau perahu untuk mengungsi, segera kami kirim,” kata Syahruni saat dihubungi dari Palangka Raya, Jumat (3/5/2024).
Syahruni menambahkan, banjir tak hanya merendam permukiman warga, tetapi juga kebun dan ladang milik warga. Panen komoditas hortikultura yang direncanakan dalam waktu dekat pun terancam gagal.
”Areal pertanian di Desa Tanjung Terantang nyaris gagal panen. Tanaman sayur-mayur, seperti tomat, sawi, daun bawang, timun, ubi jalar, ataupun singkong, saat ini kondisinya terendam banjir,” ungkap Syahruni.
Banjir tak hanya merendam Kotawaringin Barat, tetapi juga meluas hingga ke Kotawaringin Timur. Banjir merendam empat kecamatan di Kotawaringin Timur dengan total 14 desa dan kelurahan. Empat kecamatan itu adalah Mentawa Baru Ketapang, Baamang, Mentaya Hilir Utara, dan Antang Kalang.
Kecamatan Antang Kalang menjadi wilayah dengan jumlah desa yang paling banyak terendam banjir. Di kecamatan itu terdapat delapan desa yang terkena banjir. Banjir akibat luapan Sungai Mentaya itu tak hanya merendam permukiman warga, tetapi juga sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan Kotawaringin Timur Muhammad Irfansyah mengatakan, salah satu sekolah dasar di Antang Kalang terpaksa meniadakan kegiatan belajar-mengajar di sekolah akibat banjir. Bangunan sekolah dan jalan menuju sekolah tersebut terendam banjir.
”Mereka tidak diliburkan, tetapi diterapkan program pembelajaran jarak jauh (PJJ). Jadi, proses belajar-mengajar masih tetap berjalan,” kata Irfansyah.
Irfansyah menambahkan, SD Negeri 3 Sawahan di Kecamatan Mentawa Baru juga menerapkan PJJ. Hal ini disebabkan jalan menuju sekolah itu tidak bisa dilewati lantaran tergenang banjir.
Kepala BPBD Kotawaringin Timur Multazam menjelaskan, pihaknya memberikan bantuan air bersih ke sejumlah lokasi banjir. Setidaknya 8.000 liter air bersih dibawa dari Kota Sampit menuju lokasi banjir.
”Masyarakat yang terdampak banjir membutuhkan air bersih sehingga kami langsung kirim ke lokasi terdampak untuk korban banjir,” kata Multazam.
Tanaman sayur-mayur, seperti tomat, sawi, daun bawang, timun, ubi jalar, ataupun singkong, saat ini kondisinya terendam banjir.
Peralihan
Prakirawan Stasiun Meteorologi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Palangka Raya Ika Priti menjelaskan, saat ini sebagian besar wilayah Kalteng sedang memasuki masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.
Ika menambahkan, pada masa peralihan itu, kerap terjadi cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang dan kilat yang menyambar. Masa peralihan itu terjadi sejak awal Mei hingga akhir Juni 2024. Pada pertengahan Juni, diprediksi seluruh wilayah Kalteng sudah memasuki musim kemarau.
”Semua prediksi cuaca juga bisa dicek ke situs resmi BMKG di Kalteng. Kami juga terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mengantisipasi dampak dari cuaca pada masa peralihan,” ungkap Ika.