Status Bandara Supadio Pontianak Berubah, Warga Dirugikan
Perubahan status Bandara Supadio dari internasional menjadi domestik menghambat akses kesehatan ke Kuching, Malaysia.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Status Bandar Udara Supadio Pontianak, Kalimantan Barat, berubah dari bandar udara internasional dikembalikan menjadi bandar udara domestik oleh Kementerian Perhubungan. Sejumlah warga Kalbar menyayangkan hal itu karena penerbangan internasional ke Kuching, Malaysia, diperlukan, khususnya untuk hal-hal kedaruratan.
Penjabat Gubernur Kalimantan Barat Harisson, saat ditemui, Sabtu (27/4/2024) pagi, menuturkan, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 2024, Bandar Udara Supadio Pontianak termasuk bandara yang dikembalikan statusnya menjadi domestik, bukan lagi bandara internasional. Sekarang, bandara internasional se-Indonesia hanya ada 17.
Harisson beberapa waktu lalu telah berdiskusi dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi terkait hal tersebut. Salah satu penyebab bandara internasional dikembalikan menjadi bandara domestik adalah karena banyak bandara internasional di Indonesia mempermudah warga negara Indonesia ke luar negeri.
Warga Indonesia ke luar negeri sebetulnya dalam rangka berwisata dan berbelanja oleh-oleh serta menginap di destinasi wisata di luar negeri. Hal tersebut dinilai tidak sesuai dengan amanat Presiden bahwa sebenarnya bandara (internasional) dibuka untuk mempermudah wisatawan luar negeri untuk ke Indonesia untuk menginap dan berbelanja di Indonesia.
”Dengan demikian, uang mereka (wisatawan asing) berputar di kita (dalam negeri). Namun, yang terjadi kebalikannya. Dengan adanya bandara internasional, warga negara kita malah mudah ke luar negeri dan hal itu menggerus devisa negara kita,” kata Harisson.
Harrison juga telah membahas dengan Menteri Perhubungan bahwa sebagian besar masyarakat Kalbar telanjur percaya pada pelayanan kesehatan di Kuching, Sarawak, Malaysia. Terkadang, warga Kalbar memerlukan pelayanan kedaruratan. Jika harus menggunakan jalur darat dari Kota Pontianak, ibu kota Provinsi Kalbar, menuju Kuching, diperlukan waktu enam hingga delapan jam.
”Sementara kalau lewat udara, penerbangan dari Kota Pontianak menuju Kuching hanya sekitar 30 menit. Saya telah meminta kepada Menteri Perhubungan agar hal itu juga dipertimbangkan. Namun, saya kira, kita ikuti saja dulu Keputusan Menteri Perhubungan yang mengembalikan status Bandara Supadio dari internasional menjadi bandara domestik,” kata Harisson.
Wisatawan luar negeri lebih sedikit datang ke Indonesia dibandingkan warga Indonesia ke luar negeri karena kegagalan pemerintah menstimulan perputaran ekonomi di dalam negeri.
Catatan Kompas, penerbangan internasional dari Bandara Supadio, Pontianak, menuju Kuching dan Kuala Lumpur, Malaysia, sudah tidak ada sejak pandemi Covid-19 melanda pada 2020. Pemerintah Provinsi Kalbar kala itu mengirim surat kepada Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang intinya mengusulkan untuk menutup sementara penerbangan Pontianak-Malaysia, Jumat (13/3/2020). Hal itu dilakukan pada waktu itu sebagai upaya mencegah masuknya Covid-19 dari Malaysia ke Kalbar.
Selama periode 2019, di Bandara Supadio tercatat 1.101 kedatangan internasional dengan 109.388 penumpang dan 1.088 keberangkatan internasional dengan 110.155 penumpang. Total pergerakan pesawat 2.189 kali dengan 219.543 penumpang.
Selama periode Januari-Februari 2020 tercatat sebanyak 181 keberangkatan internasional dengan 17.171 penumpang dan sebanyak 182 keberangkatan internasional dengan 16.379 penumpang. Total pergerakan pesawat periode Januari-Februari 2020 adalah 363 kali dengan 33.547 penumpang.
Berdasarkan data resmi yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 12 Maret 2020, di Malaysia kala itu terdapat 129 kasus Covid-19 terkonfirmasi. Kementerian Kesehatan Malaysia mencatat ada 158 kasus terkonfirmasi dan masih terdapat 319 orang menunggu pemeriksaan laboratorium. Jumlah kasus di Malaysia kala itu kecenderungannya meningkat setiap hari.
Saat pandemi usai, publik Kalbar pun mulai menanti kapan penerbangan internasional dibuka kembali. Namun, penerbangan Pontianak menuju Kuching dan Kuala Lumpur tak kunjung dibuka, malah status bandara berubah dari internasional menjadi domestik.
Sangat disayangkan
Perubahan status Bandara Supadio dari bandara internasional menjadi domestik mendapat respons dari sejumlah warga. Loren (50), salah satu warga Kelurahan Batu Layang, Kecamatan Pontianak Utara, Kota Pontianak, menuturkan, dengan menutup akses penerbangan langsung dari Pontianak ke Kuching dan Kuala Lumpur, hal itu akan menimbulkan biaya mahal. Sebab, warga Kalbar, jika ingin ke luar negeri, harus ke Jakarta.
”Wisatawan luar negeri lebih sedikit datang ke Indonesia dibandingkan warga Indonesia ke luar negeri karena kegagalan pemerintah menstimulan perputaran ekonomi di dalam negeri, misalnya di sektor pariwisata. Jadi, bukan karena status bandara internasional,” ujar Loren.
Pemerintah tidak mampu menciptakan ekonomi yang kompetitif di daerah sehingga tidak memancing orang luar negeri datang. Untuk memancing orang luar negeri datang, daya tarik wisata ataupun ekonomi lainnya perlu diperkuat.
”Saya sangat terbantu saat masih ada penerbangan Pontianak-Kuching untuk pelayanan kesehatan dan bisnis. Saya berharap kembalikan lagi status Supadio menjadi bandara internasional,” tuturnya.
Agapitus (42), warga Desa Arang Limbung, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, menuturkan, dirinya juga menyayangkan terjadinya perubahan status pada Bandara Supadio. Adanya penerbangan internasional ke Kuching sangat membantu dirinya dan keluarganya dalam kondisi darurat, dalam hal kesehatan, beberapa tahun lalu.
”Kami pernah merujuk keluarga ke Kuching untuk berobat. Saya berharap statusnya kembali lagi menjadi internasional. Dalam hal kesehatan, misalnya, di Kuching, ada kepastian diagnosis penyakit. Kalau harus ke Jakarta, biaya penerbangan mahal,” kata Agapitus.
Yustinus (46), warga yang berdomisili di Kelurahan Sungai Bangkong, Kecamatan Pontianak Kota, Kota Pontianak, menuturkan, rute penerbangan internasional dari Pontianak ke luar negeri justru harus ditambah, misalnya ke Singapura. Dengan demikian, penumpang dari luar negeri ke Pontianak dan sebaliknya tidak direpotkan dengan transit.
”Apalagi di Kalbar ada agenda pariwisata budaya, misalnya Cap Go Meh. Wisatawan dari China bisa langsung ke Kalbar jika ada penerbangan internasional,” kata Yustinus.