KAI Ralat Jumlah Korban Tewas akibat Tabrakan Kereta dan Bus di Martapura
KAI meminta maaf atas kesalahan data jumlah korban tewas. Jumlah korban tewas bukan empat, melainkan satu penumpang.
Oleh
VINA OKTAVIA, ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS —PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional IV Tanjungkarang meralat jumlah korban tewas dalam kecelakaan di Kilometer 193+7 petak jalan Way Pisang dan Martapura di Kecamatan Martapura, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan. Kecelakaan itu menyebabkan satu orang meninggal, bukan empat orang sebagaimana diinformasikan pihak KAI sebelumnya.
”Setelah kami konfirmasi ke RSUD yang menangani korban kecelakaan lalu lintas pada pukul 21.30 WIB, ada satu korban meninggal,” kata Manajer Humas KAI Divre IV Tanjungkarang Azhar Zaki Assjari, Minggu (21/4/2024) pukul 23.00 WIB.
Zaki mengungkapkan permohonan maaf atas kesalahan data yang diinformasikan kepada publik. Sebelumnya, KAI mendapatkan informasi bahwa ada satu penumpang bus yang meninggal di lokasi kejadian, sedangkan tiga korban lainnya meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Ternyata tiga korban yang dibawa ke rumah sakit masih dirawat hingga Senin (22/4/2024). Ketiga korban dirawat di RS DKT Baturaja.
Kepala Kepolisian Resor OKU Timur Ajun Komisaris Besar Dwi Agung Setyono saat dihubungi dari Palembang mengatakan, berdasarkan data yang diterima kepolisian, kecelakaan itu menyebabkan 1 penumpang meninggal, 2 penumpang luka berat, dan 15 penumpang luka ringan.
”Dua penumpang luka berat dirujuk ke rumah sakit di kawasan Baturaja, OKU (Sumsel), sedangkan 15 orang luka ringan yang berupa luka bentur dan lecet dirawat di rumah sakit terdekat di Martapura,” ujar Agung.
Ia mengatakan, kecelakaan itu bermula saat bus Putra Sulung bertolak dari Belitang menuju Jakarta melalui jalan nontol melewati Lampung. Para penumpangnya merupakan penumpang umum, termasuk kemungkinan ada penumpang yang baru selesai mudik Idul Fitri.
Saat akan melalui pelintasan kereta api di Jalan Pertanian, Desa Kotabaru, Martapura, sekitar pukul 13.00, mesin bus itu mati. Saat bersamaan, kereta api dari Bandar Lampung tujuan Palembang sudah dekat. Akhirnya, kecelakaan tidak bisa dihindari.
Agung menuturkan, pelintasan kereta api itu sejatinya ada palangnya, tetapi tidak berfungsi. Pelintasan hanya dijaga oleh sejumlah petugas sukarelawan. Saat bus hendak menuju pelintasan, petugas sukarelawan sudah memperingatkan akan ada kereta api yang melintas.
Ternyata tiga korban yang dibawa ke rumah sakit masih dirawat hingga Senin (22/4/2024). Ketiga korban dirawat di RS DKT Baturaja.
Namun, bus sudah telanjur masuk dan mengalami mati mesin di tengah pelintasan. ”Saat bus mengalami mati mesin, para penumpang bus panik dan ada beberapa yang berhasil keluar sebelum bus tertabrak kereta api,” katanya.
Saat ini, polisi masih mendalami peristiwa tersebut. Tidak tertutup kemungkinan ada unsur kelalaian dari sopir bus ataupun pihak PT KAI Divre IV Tanjungkarang yang membawahkan pelintasan di lokasi kejadian tersebut.
Yang pasti, palang di pelintasan itu tidak berfungsi, tetapi ada petugas sukarelawan yang berjaga dan mengingatkan sopir bus sebelum melintas. Di sisi lain, setiap pengendara yang akan melalui pelintasan kereta api wajib untuk lebih waspada dengan melihat kanan-kiri dan tidak memaksa menerobos pelintasan.
”Kami akan meminta keterangan dari semua pihak, baik dari sopir bus maupun PT KAI. Tetapi, hingga kini, sopir bus belum bisa dimintai keterangan,” tutur Agung.
Zaki mengatakan, masinis kereta telah membunyikan semboyan 35 secara berulang saat akan memasuki pelintasan tersebut. Namun, tanda peringatan kereta akan melintas itu tidak diindahkan oleh pengemudi bus sehingga temperan tidak bisa dihindari.
”Masinis kami sudah mencoba menghentikan kereta api, namun dikarenakan jarak yang sudah dekat serta laju tonase kereta api, bus akhirnya terseret sekitar 50 meter,” katanya.
Keterlambatan
Menurut dia, insiden tersebut membuat perjalanan beberapa KA Rajabasa dan KA Kuala Stabas terganggu dan mengalami keterlambatan. Perjalanan kereta api barang juga tertahan. Namun, petugas telah berhasil mengevakuasi bus yang terlibat kecelakaan dengan kereta pada Minggu pukul 15.24 WIB. Saat ini, perjalanan KA dari Lampung menuju Sumatera Selatan atau sebaliknya sudah kembali normal.
”Saya mengingatkan agar masyarakat, baik pengendara kendaraan bermotor ataupun pejalan kaki, untuk tetap berhati-hati saat melintas di pelintasan sebidang,” katanya.
Dalam tiga bulan terakhir, terjadi dua kali kecelakaan di pelintasan tersebut. Sebelumnya, pada 10 Februari 2024, tabrakan antara bus dan kereta barang juga terjadi di pelintasan tersebut. Tidak ada korban jiwa dalam insiden kecelakaan itu.
KAI akan berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan OKU Timur untuk meningkatkan keamanan di pelintasan tersebut. Hal ini dilakukan agar masyarakat lebih berhati-hati dan mencegah terjadinya insiden kecelakaan serupa.
Saat ini, setidaknya ada 24 pelintasan rawan kecelakaan di wilayah Lampung dan Sumsel. Dari jumlah itu, sembilan pelintasan dijaga petugas, sedangkan 15 pelintasan lainnya tidak dijaga.