Terdampak Erupsi Ruang, Wilayah Sekitar Sitaro Diminta Tetapkan Status Siaga
Semua pihak diminta meningkatkan kewaspadaan untuk situasi terburuk walau saat ini erupsi Gunung Ruang agak mereda.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS —Pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana meminta pemerintah daerah yang berada di sekitar Kabupaten Kepulauan Sitaro menetapkan status siaga darurat. Dengan status ini, BNPB bisa segera turun tangan dan memberi bantuan jika dampak erupsi Gunung Ruang meluas.
Sebelumnya Pemerintah Kabupaten Sitaro telah menetapkan status tanggap darurat menyusul peningkatan status Gunung Ruang dari Waspada menjadi Awas sejak Rabu (17/4/2014) malam. Wilayah yang berbatasan dengan Sitaro adalah Kabupaten Kepulauan Sangihe di sebelah utara dan Kabupaten Minahasa Utara di sebelah selatan. Sejumlah informasi dari Likupang, Minahasa utara, abu vulkanik sampai ke wilayah ini.
”Jika kondisi erupsi gunung terus meningkat, bukan hanya Sitaro yang harus menetapkan status tanggap darurat. Jika bisa, daerah atau kabupaten sekitarnya juga menetapkan status siaga darurat. Tak perlu tanggap darurat. Hal ini agar jika terjadi dampak meluas, BNPB bisa segera melakukan pengendalian dan memberikan bantuan,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto dalam rapat koordinasi daring terkait erupsi Gunung Ruang, Kamis (18/4/2014).
Pertemuan ini dihadiri sejumlah pihak terkait, di antaranya dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Pemprov Sulawesi Utara, Kodam XIII Merdeka, Polda Sulut, Lantamal VIII Manado, hingga Angkatan Udara dan Bandar Udara Sam Ratulangi, serta Kantor Basarnas Manado.
Suharyanto mengingatkan, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 yang menjadi payung hukum penanganan darurat saat terjadi bencana.
Terkait dengan kondisi Gunung Ruang yang sulit diprediksi, dia meminta semua pihak meningkatkan kewaspadaan. Hal ini mengingat dalam kondisi darurat, ada 11.000-an warga di Sitaro yang harus dievakuasi.
”Kondisi ini mengharuskan tim gabungan membentuk tim khusus evakuasi. Saat ini, secara bertahap, warga sudah dievakuasi, terutama yang berada dalam radius berbahaya. Memang, saat ini kondisinya mulai reda, tapi kita harus selalu bersiap untuk situasi terburuk,” katanya.
Pangdam XIII Merdeka Mayjen TNI Candra Wijaya menyatakan telah menurunkan tim berikut bantuan untuk warga. Hanya saja, karena kondisi yang belum memungkinkan, kapal tersebut terpaksa bersandar dulu di Pulau Siau.
”Kami kesulitan alat transportasi. Kami tak punya heli (helikopter). Saya sedang mempertimbangkan urnuk meminta bantuan heli kepada panglima. Adapun kapal yang masih berada di Pulau Siau, kami lihat jika kondisinya memungkinkan, akan melanjutkan ke Tagulandang,” katanya.
Pihak Lantamal VIII Manado sudah mengerahkan kapal yang membawa bantuan makanan, obat-obatan, serta pasukan dan tim sukarelawan. Hal yang sama dilakukan Polda Sulut dengan mengirim pasukan Brimob, Dokkes, berikut obat-obatan, hingga bahan makanan berupa beras, ikan kaleng, telur, dan lainnya.
Saat ini akibat erupsi Gunung Raung, Bandara Sam Ratulangi ditutup sementara. Pihak Bandara Sam Ratulangi mengatakan, bandara terdekat dari Sam Ratulangi untuk keperluan pergerakan logistik berada di Pulau Siau yang berjarak sekitar 30 kilometer dari Pulau Tagulandang.
Sejak erupsi pertama terjadi pada Selasa (16/4/2024) malam, sebagian warga dievakuasi ke tempat aman di daratan Pulau Tagulandang. Pasca-ditingkatkannya status Gunung Ruang dari Waspada ke Awas, evakuasi terus dilakukan.
Sejak Kamis pagi, tim SAR menyisir pesisir Pulau Tagulandang untuk menjemput warga. Seusai letusan besar pada Rabu malam, banyak warga yang melakukan evakuasi mandiri.
”Namun, mereka kocar-kacir tak tentu arah. Karena itu, kami menggunakan perahu karet dan dikawal KN Bima Sena menyisir pesisir dan menjemput warga yang harus dievakuasi. Kapal dan pasukan juga kami pindahkan karena semalam jangkauan material dari gunung sudah melewati batas aman,” kata Kepala Seksi Operasi Kantor Basarnas Manado Jandry S Paendong.
Gilbert Santoso (28), seorang warga Desa Boto, Kecamatan Tagulandang, mengatakan, hingga saat ini mereka masih berkumpul di lokasi pengungsian di wilayah tersebut.
”Kami mau evakuasi, tetapi belum tahu ke mana dan siapa yang menjemput. Jadi, untuk sementara kami di sini. Semalam saat letusan, rumah saya kena. Gentengnya sampai bocor-bocor kena batu. Sekarang situasi agak reda karena hujan turun,” katanya saat dihubungi pada Kamis siang.