90 Persen Wilayah Jabar Lebihi Target Nasional Angka Kesakitan DBD
Angka kesakitan DBD di 26 kabupaten dan kota Jawa Barat melampaui target kasus nasional.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Angka kesakitandemam berdarah dengue 26 kabupaten dan kota atau sekitar 90 persen wilayah Jawa Barat di atas target nasional, yakni di bawah 10 kasus per 100.000 penduduk. Hanya Kabupaten Indramayu yang masih di bawah target, yakni enam kasus.
Data terakhir perkembangan kasus demam berdarah dengue (DBD) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat hingga April, jumlah kasus DBD sudah 17.438 orang. Terdapat empat daerah dengan angka kesakitan DBD atau incident rate yang sudah melewati 80 kasus per 100.000 orang.
Empat daerah ini adalah Kota Bogor sebanyak 136 kasus per 100.000 orang, Kota Sukabumi 130 kasus per 100.000 orang, Kabupaten Bandung 83 kasus per orang, dan Kota Banjar 81 kasus per orang. Angka ini berarti seperti di Kota Bogor terdapat 130 dari 100.000 orang yang terjangkit DBD.
Adapun untuk angka kematian atau case fatality rate hanya 11 dari 27 kabupaten dan kota yang lebih dari target nasional, yakni 1 persen. Tiga daerah angka kematian akibat DBD tertinggi adalah Kabupaten Bandung 2,54 persen, Kabupaten Majalengka 2,29 persen, dan Kota Cimahi 2,07 persen.
”Terjadi peningkatan kasus DBD pada Januari hingga Maret tahun 2024 jika dibandingkan periode waktu yang sama tahun 2023. Jumlah peningkatan lebih dari 2 kali lipat,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jawa Barat Rochady Hendra Setia Wibawa, di Bandung, Kamis (18/4/2024).
Rochady memaparkan, peningkatan risiko penularan DBD dipengaruhi fenomena cuaca El Nino pada tahun 2023 dan perubahan iklim menuju fenomena La Nina yang diperkirakan pada September. Fenomena ini memicu curah hujan yang tinggi sehingga banyak genangan air.
Genangan air yang terdapat di rumah dan area kompleks permukiman warga menjadi tempat ideal bagi reproduksi jentik nyamuk Aedes aegypti. Hanya dalam waktu seminggu di genangan air sudah terdapat nyamuk dewasa.
Ia menyebut gejala-gejala DBD, antara lain, demam, sakit kepala, ruam pada kulit, sakit pada persendian, muntah terus-menerus, dan mimisan. ”Kemungkinan kenaikan kasus DBD di Jawa Barat masih terjadi hingga musim pancaroba selesai, yakni pertengahan tahun 2024,” paparnya.
Rochady pun mengungkapkan, terjadi fenomena lonjakan kasus DBD di Jawa Barat setiap dua tahun. Hal ini terlihat dari lonjakan kasus DBD pada tahun 2022, sedangkan jumlah kasus menurun tahun 2023. Pada tahun ini jumlah kasus kembali meningkat.
Ia pun mengimbau orangtua untuk memberikan vitamin, makanan bergizi, dan memastikan lingkungan yang bebas nyamuk bagi anak-anak. Sebab, anak-anak yang paling banyak terjangkit dan meninggal akibat DBD.
Berdasarkan klasifikasi umur, penderita berusia 15-44 tahun yang terbanyak terjangkit DBD dari Januari hingga April tahun ini, sebanyak 7.478 kasus. Adapun jumlah kasus kematian didominasi anak-anak berusia 5-14 tahun sebanyak 83 orang.
”Harus ada anggota keluarga di setiap rumah sebagai juru pemantau jentik nyamuk. Ia berperan menguras tempat penampungan dan membersihkan wadah yang tergenang air karena menjadi tempat reproduksi nyamuk Aedes aegypti,” tuturnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Anhar Hadian mengatakan, terdapat sejumlah langkah yang dilakukan secara masif untuk mencegah penularan DBD. Diketahui Kota Bandung dengan jumlah kasus DBD terbanyak hingga bulan ini, yakni 1.741 kasus.
Langkah tersebut adalah menggiatkan kembali gerakan jumantik atau juru pemantau jentik. Idealnya, satu rumah memiliki satu orang jumantik yang bertugas memberantas sarang nyamuk.
”Pemda Kota Bandung juga melakukan rapid diagnosis test (RDT) sebagai upaya deteksi dini penyebaran penyakit demam berdarah. Hal ini juga simultan dengan pemberian serbuk abate pada tempat-tempat yang digenangi air termasuk bak mandi dan pot bunga,” ucap Anhar.