Arus Mudik dan Balik di Tol Jangan Hanya Lancar, Paling Penting Selamat
Rekayasa lalu lintas masih minim untuk keselamatan di tol. Mitigasi keselamatan lalu lintas harus diutamakan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
Jalan tol di Indonesia belum mampu menampung jutaan kendaraan yang bergerak dalam waktu bersamaan, seperti saat arus mudik dan balik Lebaran. Kemacetan pun sangat mungkin terjadi. Itu sebabnya, rekayasa lalu lintas dibutuhkan untuk kelancaran dan paling penting, keselamatan.
Dua kecelakaan menonjol yang menelan belasan korban jiwa di jalan tol pada mudik Lebaran tahun 2024 menjadi alarm pentingnya keselamatan berkendara. Pertama, insiden di Jalan Tol Jakarta-Cikampek Kilometer 58, Senin (8/4/2024), yang melibatkan dua mobil dan satu bus.
Mulanya, minibus Gran Max melaju jalur contraflow atau lawan arus dari arah Jakarta. Ketika melaju di Km 58, mobil melipir ke lajur kanan yang seharusnya tidak dilintasi.
Minibus ini pun menghantam bus Primajasa yang melintas di arah sebaliknya. Seketika, minibus terbakar dan hangus.
Satu mobil Toyota Rush yang sedang melaju di belakang bus tidak mampu menghindari tabrakan dua kendaraan di depannya.
Mobil tersebut ikut terbakar, sedangkan bagian depas bus rusak. Akibat kecelakaan itu, 12 orang meninggal, seorang luka berat, dan seorang lainnya luka ringan.
Sopir yang mengendarai mobil tersebut juga menyetir melebihi waktu sehingga menyebabkan kelelahan.
Dia mengemudi terus-menerus tanpa istirahat cukup selama empat hari. Sejak Jumat (5/4/2024) hingga kecelakaan terjadi, Senin, dia pergi-pulang Jakarta-Ciamis. Dalam kondisi ini, pengendara sangat mudah mengalami microsleep atau ketiduran dalam waktu sekejap.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menjelaskan, minibus merupakan angkutan gelap atau tidak resmi dan membawa penumpang melebihi kapasitas. Seharusnya, minibus itu berkapasitas 9 orang, bukan 12 orang. Hampir seluruh penumpang juga tidak memakai sabuk pengaman.
Tiga hari setelah petaka di Km 58, insiden maut kembali terjadi di Km 370 Jalan Tol Batang-Semarang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Kamis (11/4/2024). Kecelakaan tunggal yang menimpa bus Rosalia Indah itu menyebabkan tujuh nyawa melayang.
Kecelakaan bermula saat bus bernomor polisi AD 7019 OA itu melaju dari Jakarta ke Semarang. Sesampainya di Km 370+ 50, Jalur Widodo (40), pengemudi bus, mengantuk sehingga bus oleng melaju keluar jalur dan masuk ke parit. Di parit, bus sempat berjalan sekitar 150 meter.
Contraflow, one way, gage di tol adalah diskresi polisi. Semua demi kelancaran arus mudik. Sepertinya ’lancar mudik’ tetap menjadi prioritas daripada ’selamat mudik’.
Pengamat transportasi publik dari Institut Teknologi Bandung, Sony Sulaksono, Sabtu (13/4/2024) menilai, dua kecelakaan itu harus menjadi bahan evaluasi terhadap arus mudik dan balik Lebaran. Terlebih untuk insiden di Km 58 yang terjadi saat penerapan rekayasa contraflow.
”Contraflow adalah manajemen arus lalu lintas di tol yang memiliki risiko keselamatan yang lebih tinggi dibandingkan one way (sistem satu arah) dan gage (ganjil-genap),” ungkap Sony. Saat penerapan sistem lawan arah, kendaraan dari arah berlawananan akan berpapasan.
Minim mitigasi
Sony menganggap pemberlakuan contraflow selama ini masih minim mitigasi untuk keselamatan. Misalnya, pengemudi belum seluruhnya teredukasi terkait sistem itu.
Pembatas di lajur contraflow juga hanya dipisahkan traffic cone yang mudah terjatuh dan memicu tabrakan.
Celah untuk mobil keluar masuk lajur contraflow pun masih minim. Padahal, kendaraan yang bermasalah atau pengemudi yang mengantuk butuh pindah lajur untuk ke bahu jalan serta area istirahat.
”Saat ini, kendaraan yang masuk contraflow hanya bisa keluar di ujungnya,” ucapnya.
Padahal, saat arus mudik, Korps Lalu Lintas Polri menerapkan sistem lawan arus di Tol Japek Km 36 hingga Km 72, Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), atau sepanjang 36 km. Ia mendorong polisi membenahi berbagai masalah itu sebelum menerapkan kembali contraflow saat arus balik.
”Contraflow, one way, gage di tol adalah diskresi polisi. Semua demi kelancaran arus mudik. Sepertinya ’lancar mudik’ tetap menjadi prioritas daripada ’selamat mudik’,” ungkap Sony.
Menurut dia, keselamatan saat mudik dan arus balik jauh lebih penting dari sekadar arus lancar.
Apalagi, menurut dia, jalan tol di Indonesia tidak didesain untuk menampung jutaan kendaraan pemudik dalam waktu bersamaan, seperti saat libur Lebaran.
Ketika arus balik pada Sabtu-Selasa (16/4/2024), misalnya, lebih dari 1 juta kendaraan akan masuk ke Jakarta via jalur tol.
”Mudik pasti macet. Pemudik harus paham itu. Pengambil keputusan juga. Kemacetan perlu dikendalikan, tapi tidak bisa dihilangkan. Apalagi, sampai mengabaikan keselamatan,” ungkap Sony. Bagi pemudik, ada sejumlah strategi agar arus mudik dan balik tetap aman.
Selain memastikan kondisi pengemudi dan kendaraan prima, pemudik juga perlu memilih waktu pulang.
Sebelumnya, Korlantas Polri memprediksi puncak arus balik pada Minggu dan Senin ini. Pemudik pun bisa memilih waktu perjalanan sebelum atau sesudah hari puncak itu.
Sony juga menyarankan pemudik menikmati perjalanan dan tidak mengandalkan jalur tol saja. ”Misalnya, jangan memaksakan diri untuk masuk ke rest area (tempat istirahat) yang padat. Pengendara bisa keluar tol dan menikmati kuliner daerah di jalan arteri,” ungkapnya.
Sebelumnya, Direktur Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor Korlantas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Yusri Yunus mengatakan, jalan tol menjadi favorit pemudik. Rekayasa lalu lintas pun disiapkan untuk mencegah kemacetan. Pemberlakuannya dilakukan secara bertahap.
Apabila tercatat 4.400 kendaraan melalui tol setiap jam, sistem lawan arah diterapkan di satu lajur. Ketika lebih dari 5.200 mobil melintas per jam, rekayasa menjadi dua lajur.
”Jadi, (rekayasa) ini sebenarnya SOP (prosedur standar operasi)-nya sudah berjalan,” ucapnya.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, rekayasa lalu lintas, seperti contraflow, masih dibutuhkan.
”Jujur, kita sedang memitigasi (kecelakaan). Yang pasti, apa yang kita lakukan untuk memberikan keselamatan bagi masyarakat yang mudik,” ungkapnya.