Lebaran 2024 di Surabaya, Jawa Timur, tanpa kejahatan atau insiden serius yang mengganggu kehidupan sosial masyarakat.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Selama Ramadhan, kehidupan sosial dan ekonomi di Surabaya, Jawa Timur, berlangsung tanpa kejahatan serius atau luar biasa. Situasi ini perlu disyukuri dan harus dipertahankan demi kenyamanan hidup warga.
Saat Idul Fitri 1 Syawal 1445 Hijriah, Rabu (10/4/2024), situasi lalu lintas di Surabaya juga amat lengang. Kepadatan hanya terjadi di lokasi-lokasi shalat Idul Fitri. Namun, selepas itu, kepadatan mencair.
Diperkirakan hampir 1,5 juta jiwa atau separuh dari populasi 3 juta jiwa penduduk ibu kota Jatim ini pergi mudik. Aktivitas kota yang biasa hiruk pikuk, ingar bingar, dan kemacetan lalu lintas menjadi lengang dan lancar.
Selepas tengah hari, aktivitas warga mulai menggeliat. Namun, hal itu masih terpusat di pusat belanja, toko, kedai, restoran, dan obyek wisata.
Wali Kota SurabayaEri Cahyadi seusai shalat Idul Fitri di Taman Surya bersyukur dan berterima kasih kepada seluruh warganya. Selama Ramadhan tidak terjadi kejahatan serius, menonjol, atau luar biasa.
”Ada dari patroli gabungan mengamankan yang akan tawuran atau pesta miras, tetapi belum menjadi kejahatan serius,” ujar Eri.
Di tahun-tahun sebelumnya, suasana Ramadhan sempat atau pernah diwarnai tawuran, takbir keliling, konvoi kendaraan antarkelompok, serta bencana yang memakan korban jiwa.
Hal senada diutarakan Kepala Polrestabes Surabaya Komisaris Besar Pasma Royce. Perlu disyukuri belum ada insiden atau kejahatan luar biasa yang mengganggu ketertiban hidup.
”Kami bersama forum komunikasi pimpinan daerah berkepentingan memelihara suasana kehidupan yang aman dan tertib,” katanya.
Pasma melanjutkan, selama masa Lebaran, Surabaya ditinggal hampir separuh populasi. Pergerakan di dalam kota menjadi relatif lengang dan lancar.
Namun, kerentanan tetap berpotensi muncul. Hal itu seperti pencurian dan perusakan rumah yang ditinggal mudik pemiliknya.
Untuk itu, kata dia, polisi, terutama bhayangkara pembina keamanan ketertiban masyarakat (bhabinkamtibmas), telah diminta berkoordinasi dengan pengurus rukun tetangga dan rukun warga. Koordinasi itu untuk mendata dan menjaga rumah-rumah yang ditinggal mudik.
”Pusat aktivitas sosial, ekonomi, dan obyek wisata menjadi atensi. Tujuannya, menekan potensi pelanggaran hukum dan tindak pidana ringan,” kata Pasma.
Selain itu, seluruh polsek, untuk sementara berfungsi sebagai tempat penitipan kendaraan bermotor warga yang mudik. Hal itu dilakukan demi mencegah munculnya pencurian.
Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Akhmad Muzakki saat menjadi khatib shalat Idul Fitri di Taman Surya mengatakan, masyarakat sepatutnya tetap hidup lebih baik setelah Ramadhan. Selama bulan suci, warga telah menjalani puasa, ibadah, dan laku keagamaan untuk meningkatkan kualitas hidup sosial.
”Sepatutnya, kebaikan-kebaikan dalam ibadah sosial selama Ramadhan diteruskan dalam kehidupan sehari-hari meski bulan suci telah terlewati,” kata Muzakki, Mahaguru Sosiologi Pendidikan.