Surabaya Ditinggal Mudik, Warga Diminta Tingkatkan Pengamanan
Sebagian warga Surabaya, Jawa Timur, akan mudik Lebaran 2024 sehingga keamanan lingkungan tidak boleh diabaikan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
Suasana kedatangan pemudik dengan KM Gunung Dempo dari Makassar tiba di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Sabtu (30/3/2024). KM Gunung Dempo turun dengan membawa 2.300 penumpang yang naik dari berbagi pelabuhan di Indonesia timur.
SURABAYA, KOMPAS — Sekitar 1 juta jiwa warga Surabaya, Jawa Timur, akan mudik Lebaran 2024. Pengurus rukun tetangga dan rukun warga yang tak mudik agar menjaga keamanan lingkungan.
Menurut data konsolidasi bersih Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surabaya, jumlah penduduk 2023 sebanyak 3,01 juta jiwa. Berdasarkan proyeksi, jumlah penduduk semester I-2024 sebanyak 3,02 juta jiwa. Pemudik mencakup 33,1 persen dari populasi Bumi Pahlawan.
Perkiraan 1 juta jiwa warga mudik didapat dari pemesanan tiket angkutan umum dan catatan mudik 2023. Sampai dengan Senin (1/4/2024) atau H-10 Lebaran, pemesanan tiket bus dan kereta api dari Surabaya mendekati kapasitas 500.000 orang.
Dari catatan mudik tahun lalu, lebih dari 200.000 sepeda motor dan mobil berpelat L meninggalkan Surabaya dengan perkiraan daya angkutnya 500.000 jiwa.
Namun, rasanya tidak ada kampung yang benar-benar kosong, pasti ada warga yang tidak mudik.
Dengan asumsi yang sama, jumlah pemudik dari Surabaya diperkirakan tak jauh berbeda dari angka 1 juta jiwa. Mereka mudik dengan angkutan umum dan kendaraan pribadi. Tujuannya kabupaten/kota selain Surabaya di Jatim dan luar provinsi ini, terutama Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, mudik membuat mobilitas di jalan menurun. Biasanya, lalu lintas selama musim Lebaran lengang. Situasi serupa terjadi di permukiman masyarakat dalam kampung atau perumahan.
Kerentanan
Eri melanjutkan, boleh jadi ada kerentanan keamanan di permukiman yang banyak ditinggal mudik oleh warganya. ”Namun, rasanya tidak ada kampung yang benar-benar kosong, pasti ada warga yang tidak mudik,” ujarnya.
Nah, warga yang tak mudik itu, menurut Eri, sementara menjadi tulang punggung pengamanan dan keamanan permukiman. Lebih baik lagi jika yang tidak mudik ialah pengurus RT dan RW sehingga dapat berkoordinasi dengan aparatur pemerintah dan keamanan.
Warga yang akan mudik agar memberi tahu pengurus RT atau yang tak mudik. Jadwal kepulangan atau balik juga perlu diinformasikan. Tujuannya, pengurus RT dan warga yang menjaga keamanan lingkungan dapat merencanakan dan menjalankan pola pengamanan dengan baik.
Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya Komisaris Besar Pasma Royce menyatakan telah menyiapkan petugas untuk patroli rutin ke permukiman. Petugas terus berkoordinasi dengan pengurus RT dan RW untuk keamanan lingkungan selama musim Lebaran.
Royce mengimbau, warga sebelum meninggalkan rumah mencabut peralatan dan perlengkapan dari jaringan listrik, gas, dan air. Selain itu, memastikan rumah tidak ada yang dapat memunculkan sumber api yang memicu kebakaran.
Pengamatan Kompas, rukun tetangga (RT) atau rukun warga (RW), terutama di kompleks perumahan, umumnya sudah mempersiapkan pengamanan bagi rumah warga yang kosong karena ditinggal mudik atau ke luar kota selama libur Lebaran, Paling tidak akses masuk dan keluar dikurangi, dengan mengaktifkan portal.
Upaya pengamanan lain, RT pun mengumumkan kepada warga lewat grup medsos, terutama Whatsapp (WAG) kepada warga yang hendak mudik agar benar-benar mengecek segala sumber aliran energi, antara lain jaringan PLN dan gas.
Bagi warga yang meninggalkan rumahnya selama libur Lebaran diminta untuk menginformasikan kepada pengurus RT. ”Mudik bisa lebih aman dan nyaman karena rumah kosong sudah dicatat oleh pengurus RT untuk diberi pengawasan,” kata Erna Dukut, ibu rumah tangga tinggal di RT 004 Kelurahan Gunung Anyar Tambak.