Sedu Sedan Lebaran di Tengah Genangan
Lebaran di Sayung, Demak, Jateng, berlangsung sendu akibat banjir. Warga berharap segera ada penanganan genangan.
Pada tahun-tahun sebelumnya, Lebaran merupakan hari paling membahagiakan untuk Sopiyah (59), warga Desa Sayung, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Tahun ini, kebahagiaan tidak datang, justru kemuraman yang merundungnya. Banjir yang sejak awal Maret merendam permukimannya itu belum juga surut sampai hari kemenangan tiba.
Sopiyah duduk termenung di teras rumahnya, Rabu (10/4/2024) pagi. Pandangan matanya kosong. Sesekali, ia mengusap wajahnya yang basah karena air mata terus mengalir dari kedua matanya.
”Selama puluhan tahun saya hidup di sini, baru kali ini Lebaran (dalam kondisi) banjir-banjiran seperti ini. Rasanya seperti ada yang beda, sedih sekali,” kata Sopiyah dengan suara bergetar.
Baca juga: Banjir Demak dan Kudus Berangsur Surut, Pengungsi Pulang
Bagaimana tidak sedih, sudah sejak lama, Sopiyah menantikan Idul Fitri karena pada momen tesebut, biasanya, anak-anak dan adik-adiknya datang berkunjung untuk bersilaturahmi sekaligus melepas rindu. Tahun ini, kebiasaan rutin itu pun tak bisa mereka lakoni karena rumah Sopiyah masih tergenang. Rindu pun harus kembali ditahan.
Selain kehilangan momentum silaturahmi dan kumpul bersama keluarga, Sopiyah juga harus menanggung kesedihan lantaran tidak bisa memasak opor ayam, ketupat, dan sambal goreng ati kesukaan anak-anaknya. Makanan wajib bagi keluarga Sopiyah di hari Lebaran itu tak bisa dihidangkan karena satu-satunya kompor yang ada di dapurnya terendam banjir.
”Anak saya bilang, kangen makan masakan saya. Saya juga kangen masak-masak makanan Lebaran. (Tapi) mau bagaimana lagi, kondisinya sedang seperti ini,” tuturnya.
Kesedihan juga dirasakan oleh Muad (45), tetangga Sopiyah. Menurut dia, banjir yang terjadi selama lebih kurang sebulan itu mengganggu perayaan Idul Fitri beserta rangkaiannya. Pada shalat Idul Fitri, Rabu pagi, misalnya, jemaah yang datang, kata Muad, hanya sedikit.
”Biasanya, yang ikut shalat itu banyak banget, sampai ke halaman dan jalanan yang ada di depan masjid. Kalau hari ini, cuma sampai halaman. Mungkin, orang-orang enggan karena akses menuju ke masjid terendam air yang cukup dalam,” ujar Muad.
Tak hanya itu, takbiran yang biasanya dilakukan dengan berkeliling kampung, pada Selasa (9/4/2024) hanya bisa dilakukan di dalam masjid. Padahal, momen itu merupakan salah satu yang ditunggu-tunggu masyarakat Desa Sayung. Di samping mengagungkan kebesaran Allah SWT, kegiatan itu juga sekaligus memperkuat solidaritas antarwarga.
Biasanya, yang ikut shalat itu banyak banget, sampai ke halaman dan jalanan yang ada di depan masjid. Kalau hari ini, cuma sampai halaman.
Kreativitas warga juga turut diasah dalam kegiatan takbiran tersebut. Sebab, dalam kegiatan itu, warga biasanya membawa sejumlah hasta karya, seperti miniatur masjid, miniatur kubah, hingga kembang manggar.
”Membuat (hasta karya) semacam itu biasanya butuh waktu selama beberapa hari. Jadi, setelah shalat Tarawih kami cicil. Bahkan, semalam sebelum takbiran, biasanya kami sampai harus lembur mengerjakan itu. Sayangnya, tahun ini tidak bisa seperti itu,” tutur Muad disusul tawa getir.
Berisiko
Banjir yang melanda Desa Sayung tak hanya menganggu warga setempat, tetapi juga warga dari wilayah lain yang ingin berkunjung ke desa tersebut. Indra (32), warga Kecamatan Genuk, Kota Semarang yang berencana berkunjung ke rumah saudaranya untuk bersilaturahmi, Rabu pagi, harus putar balik lantaran banjir. Menurut rencana, Indra, istri, dan kedua anak balita mereka akan bersilaturahmi ke rumah bibinya.
”Saya pikir banjirnya tidak terlalu dalam, tapi ternyata sedalam ini. Karena saya bawa anak-anak kecil, saya tunda saja (silaturahminya). Terlalu berisiko mengajak anak-anak kalau banjir seperti ini,” ucap Indra.
Indra menuturkan, dirinya memang selalu berkunjung ke rumah bibinya itu setiap Lebaran. Oleh karena banjir, ia harus menunda kunjungannya hingga banjir di desa bibinya itu surut.
Makayaroh (35), warga Kecamatan Demak, juga mengaku terganggu akibat peristiwa banjir di Desa Sayung. Banjir tersebut membuat rencana silaturahm nya di desa tersebut berantakan.
”Sebenarnya mau silaturahmi ke rumah saudara-saudara yang lain juga, tapi malah banjir seperti ini. Akhirnya, cuma bisa silaturahmi di rumah mertua saja,” kata Makayaroh.
Pada Lebaran di tahun-tahun sebelumnya, Makayaroh selalu berkunjung dan menginap di rumah mertuanya sejak dua hari sebelum Lebaran. Hal itu dilakukan supaya mereka bisa menjalani puasa terakhir, Tarawih terakhir, takbiran, hingga shalat Idul Fitri bersama. Namun, tahun ini, Makayaroh baru bisa menyambangi rumah mertuanya itu tepat di hari Lebaran karena banjir.
”Biasanya kalau menginap bisa tidur di lantai, ramai-ramai sama suami dan anak. Karena lantainya tergenang, jadi tidak bisa menginap, nanti sore harus pulang lagi,” ujar Makayaroh.
Limpas
Banjir yang terjadi di Desa Sayung terjadi akibat luapan Sungai Dombo-Sayung. Aliran air yang deras dari wilayah hulu ditambah dengan hujan deras yang turun di wilayah itu membuat air di sungai itu limpas. Kondisi kian sulit saat petang hari tiba. Kala itu, air dari Sungai Dombo-Sayung yang seharusnya bisa langsung mengalir ke laut harus kembali ke darat karena air laut sedang pasang.
”Apalagi, kondisi geografis Desa Sayung ini cekung, seperti mangkuk. Jadi, air itu tidak bisa keluar tanpa bantuan pompa air. Kering atau tidaknya wilayah ini sangat tergantung dengan pompa,” tutur Kiswanto (44), warga Desa Sayung.
Kiswanto berharap, pemerintah segera menambah jumlah pompa air yang beroperasi di desa yang ditinggali oleh lebih dari 3.000 keluarga tersebut. Dengan demikian, banjir yang hampir sebulan merendam wilayah itu bisa segera kering dan aktivitas warga bisa kembali normal.
Baca juga: Beban Berat dan Setumpuk Masalah yang ”Menenggelamkan” Demak
Bupati Demak Eistianah mengatakan, pihaknya terus berupaya menangani banjir yang masih merendam Desa Sayung. Penyedotan genangan banjir juga terus dilakukan menggunakan pompa-pompa air yang ada.
Selain dari Pemerintah Kabupaten Demak, pompa-pompa air dari sejumlah instansi juga telah dikerahkan untuk membantu penyedotan genangan. Pompa-pompa itu, antara lain, dari Pemerintah Provinsi Jateng dan Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana.
Lebaran yang seharusnya menjadi momen untuk bersukacita bersama kerabat dan handai taulan, kini redup oleh bencana banjir di Demak.