Ekonomi Syariah Harta Karun ”Bumi Sriwijaya” untuk Mencengkeram Sumatera
Sumsel berpeluang unggul dalam ekonomi syariah di Sumatera karena memiliki penduduk Muslim besar dan ekonomi stabil.
Dengan warisan budaya Islam yang beragam dan penduduk Muslim yang besar, Sumatera Selatan berpeluang mengembangkan dan unggul dalam bidang ekonomi syariah. Segenap potensi itu adalah harta karun yang bisa membawa provinsi berjuluk ”Bumi Sriwijaya” itu menyalip Sumatera Utara dalam mendominasi perekonomian Pulau Sumatera.
Jamilah Komalasari dan suaminya, Ongky Prafito, tak bisa duduk santai. Silih berganti pengunjung datang melihat dan bertanya mengenai ragam bentuk model busana perempuan dan laki-laki yang mereka jual dalam stan Jamilah x Prafito by Tujuh Saudara. Stan itu menjadi salah satu dari 25 stan peserta Syariah Festival Sriwijaya 2024 yang diselenggarakan Bank Indonesia Sumatera Selatan (Sumsel) di Palembang Indah Mall, Kamis (28/3/2024).
Baca juga: Inklusivitas Ekonomi Syariah Tecermin di Sulawesi Utara
Mereka menjajakan produk busana bernuansa Islam yang unik sehingga cukup menyedot perhatian para pengunjung mal tersebut. Produk-produk itu memadukan motif khas wastra alias kain tradisional Palembang, seperti songket dan jumputan dengan mode busana Muslim yang kekinian. Motif itu diaplikasikan dengan teknik batik prada atau membatik menggunakan tinta emas.
”Kami mengusung tema Prada Milenial, yakni memadukan unsur wastra lokal dalam mode busana Muslim kekinian. Dengan begitu, keanggunan dari wastra lokal yang identik untuk acara-acara sakral, seperti pernikahan, bisa dinikmati dalam busana kekinian yang ready to wear (siap pakai) untuk berbagai kegiatan sehari-hari,” ujar Jamilah.
Jamilah dan Ongky mulai menekuni usaha busana Muslim itu sejak mereka diterima sebagai binaan Bank Indonesia Sumsel pada 2022. Sebelumnya, mereka hanya terlibat dalam usaha produksi dan penjualan kain-kain tradisional Palembang, seperti songket yang dirintis oleh ibu Jamilah, Romlah Dungtjik, pada 1990. Lewat pengembangan usaha itu, omzet bersih mereka naik dua-tiga kali lipat dibandingkan saat hanya mengandakan penjualan kain.
Respons positif
Jamilah mengatakan, tema Prada Milenial langsung mendapat respons positif saat dibawa oleh Bank Indonesia Sumsel mengikuti pameran di Jakarta medio 2022. Tak heran, hingga kini, pelanggan mereka 60 persen berasal dari luar Sumsel, terutama dari Jakarta.
Baca juga: Meneropong Gagasan Ekonomi Syariah Para Capres
Itu karena tren berbusana Muslim di luar Sumsel, terlebih Jakarta sudah sangat berkembang sehingga berani dalam menerima model busana baru, antara lain, yang mengombinasikan unsur tradisional dan kekinian. Sebaliknya, tren di Palembang masih cenderung kaku. ”Masyarakat Palembang maupun Sumsel masih bingung dalam mix and match outer (memadukan beberapa pasang busana, khususnya di kalangan pengguna hijab),” tutur Jamilah.
Meski demikian, Jamilah optimistis tren berbusana Muslim, baik di Palembang maupun Sumsel, bisa berkembang pesat jika para pelaku usaha diberi dukungan oleh pemerintah, antara lain, difasilitasi ikut pameran di dalam maupun luar Sumsel secara konsisten. Dengan begitu, masyarakat pun akan lebih mengenal potensi dan perkembangan tren berbusana yang ada di sekitarnya.
Bahkan, Jamilah menilai, Palembang sangat mampu menjadi kilbat busana Muslim di Indonesia. Apalagi, sejak dahulu, Palembang dikenal sebagai daerah penghasil salah satu wastra terbaik di Nusantara, yakni kain songket yang dijuluki ”Ratunya Kain”. Perajin wastra dari Palembang dikenal pandai menciptakan motif yang unik dan menarik, serta pintar memainkan warna.
”Para pelaku wastra di sini hanya butuh dukungan untuk bisa berkembang, terutama ke arah bisnis busana yang kekinian. Selebihnya, dengan pengalaman membuat wastra, mereka tidak akan kesulitan untuk menuangkan kreativitas mereka guna melahirkan model-model busana kekinian,” tutur Jamilah.
Para pelaku wastra di sini hanya butuh dukungan untuk bisa berkembang, terutama ke arah bisnis busana yang kekinian.
Jamilah dan Ongky fokus kepada busana Muslim karena terpanggil untuk menyebarkan tren berbusana yang sesuai syariat Islam. Selain itu, unsur tradisional yang mereka usung berasal dari warisan kebudayaan Islam yang berkembang di Palembang. ”Pangsa pasar busana Muslim pun sangat besar karena penduduk Indonesia yang mayoritas pemeluk Islam,” kata Ongky.
Potensi besar
Kepala Bank Indonesia Sumsel Ricky Perdana Gozali menuturkan, busana Muslim adalah salah satu dari sekian banyak potensi untuk mengembangkan ekonomi syariah (ekonomi yang didasarkan pada prinsip hukum Islam), baik di Palembang maupun Sumsel.
Selain busana Muslim, Palembang juga memiliki kuliner halal yang beragam dan sudah banyak dikenal masyakarat dari luar Sumsel hingga mancanegara, kesenian dan budaya Islam, serta jejak peradaban Islam yang berasal dari era Kesultanan Palembang Darussalam (abad XVII-XIX).
Penduduk Palembang dan Sumsel pun mayoritas Muslim sehingga mereka sudah terbiasa mempraktikkan dan mudah menerima norma-norma Islam dalam kehidupan sehari-hari. ”Itu semua adalah potensi luar biasa yang bisa dikembangkan menjadi sumber ekonomi baru, yakni ekonomi syariah yang mengalami pertumbuhan pesat dalam satu dekade terakhir secara nasional,” tuturnya.
Saat ini, lanjut Ricky, pekerjaan rumah Sumsel adalah mengubah pola pikir ekonominya. Selama ini, Sumsel masih sangat bergantung pada sektor penggalian dan pertambangan, serta industri pengolahan. Sektor penggalian dan pertambangan dianggap rentan untuk jangka panjang karena bersifat tidak berkelanjutan atau ada masa berakhirnya.
Baca juga: Wapres Minta Masyarakat Ekonomi Syariah Menyasar Literasi dan Pangsa Pasar
Untuk itu, Sumsel harus menggeser arah ekonominya ke sektor yang lebih berkelanjutan, seperti pariwisata, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), dan hilirisasi industri. Dengan segala potensi ekonomi syariah yang ada, Sumsel sangat mungkin untuk mengemas industri pariwisatanya ke arah wisata halal.
Paling tidak, Palembang sudah memenuhi syarat 3A dalam pariwisata, yakni akses, atraksi, dan akomodiasi. Akses dari dan ke Palembang tergolong banyak, mulai dari darat, laut, dan udara. Untuk akses darat, selain ada kereta api, Palembang pun sudah terhubung dengan sejumlah ruas jalan tol. Di dalam kota, Palembang juga memiliki jaringan kereta api ringan terpadu (LRT) dan bus raya terpadu (BRT).
Meski perlu diperbanyak, Palembang sudah rutin menyelenggarakan berbagai atraksi untuk menyedot animo pelancong berkunjung, antara lain, dengan berbagai kegiatan dalam kalender wisata tahunan. Untuk akomodasi, Palembang tidak perlu disangsikan karena tidak sulit mencari hotel berbintang di sana.
Praktis, Palembang hanya butuh membenahi syarat 2P, yakni promosi dan pelakunya, termasuk masyarakat. Akhir-akhir ini, Palembang berulang kali dilanda isu kriminalitas di lokasi-lokasi wisata yang sangat sensitif untuk wisatawan. ”Kalau penerimaan masyarakat bisa lebih baik, saya rasa pariwisata dengan konsep wisata halal bisa berkembang di sini,” ujar Ricky.
Galakkan sertifikasi halal
Terakhir, pemangku kepentingan terkait harus menggalakkan sertifikasi halal untuk produk-produk dalam ekosistem ekonomi syariah tersebut. Di sektor kuliner, misalnya. Terkadang, karena merasa diri seorang Muslim, pemilik usaha kuliner enggan mendapatkan sertifikat halal resmi. Produk halal yang ditawarkan hanya berdasarkan kepercayaan antara produsen dan konsumen. ”Padahal, bagi wisatawan dari luar negeri, sertifikat itu sangat penting untuk memberikan kepastian halal dari suatu produk,” kata Ricky.
Jika semua pekerjaan rumah itu teratasi, Ricky cukup percaya diri potensi ekonomi syariah Sumsel bisa membawa daerah ini unggul atas Sumatera Utara (Sumut) yang secara umum masih mendominasi perekonomian Sumatera. Itu karena lingkungan Muslim yang lebih kental di Sumsel dan secara ekonomi Sumsel mendekati Sumut.
Baca juga: Program Ekonomi Syariah Didorong Masuk Dalam Penganggaran Pembangunan Daerah
Merujuk Visualisasi Data Kependudukan, Kementerian Dalam Negeri yang diakses 4 April 2024, jumlah penduduk Muslim di Sumsel 8,642 juta jiwa (97,212 persen dari total populasi 8,889 juta jiwa). Di Sumatera, angka itu hanya berada di bawah Lampung dengan penduduk Muslim sebesar 8,7 juta jiwa (96,12 persen dari total populasi 9,051 juta jiwa) dan Sumut dengan penduduk Muslim 10,334 juta jiwa (67 persen dari total populasi 15,471 juta jiwa).
Namun, lingkungan Muslim di Sumsel lebih dominan dibandingkan di Sumut walau berada di bawah Lampung. Sebaliknya, secara ekonomi, Sumsel lebih unggul atas Lampung meski berada di bawah Sumut. Sebagai gambaran, dari analisis Datanesia.id dengan data tahun 2022, pendapatan asli daerah (Sumsel) sebesar 7,946 triliun atau yang terbesar kedua di Sumatera setelah Sumut dengan 12,933 triliun. ”Saya rasa Sumsel punya potensi besar untuk unggul dalam ekonomi syariah di Sumatera,” kata Ricky.
Kita tahu Sumsel memiliki potensi besar untuk mengembangkan ekonomi syariah, mulai dari sektor kuliner, fashion, hingga wisata halal. Itu adalah peluang besar untuk Sumsel yang harus dioptimalkan.
Penjabat Gubernur Sumsel Agus Fatoni menyampaikan, melihat potensi yang ada, dirinya mendorong integrasi, sinergi, dan kolaborasi antara lembaga terkait untuk mewujudkan ekonomi syariah yang mampu berdaya saing. Salah satu bentuknya adalah mendorong pemangku kebijakan memberikan dukungan regulasi dan insentif kepada para pelaku ekonomi syariah, terlebih dalam mempermudah akses kepada keuangan syariah dan sertifikasi halal bagi UMKM.
Setidaknya, Pemprov Sumsel berkomitmen akan memberikan 1.000 sertifikat halal secara gratis kepada para pelaku UMKM. ”Kita tahu Sumsel memiliki potensi besar untuk mengembangkan ekonomi syariah, mulai dari sektor kuliner, fashion, hingga wisata halal. Itu adalah peluang besar untuk Sumsel yang harus dioptimalkan,” ujar Agus.
Selepas era Kerajaan Sriwijaya, Palembang ataupun Sumsel menjadi pusat kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam yang bercorak Islam. Kesultanan meninggalkan warisan budaya Islam yang tak terbilang, dari kuliner, busana, kesenian, hingga budaya.
Dengan segala sumber daya yang ada, Kesultanan Palembang sempat menjadi salah satu kerajaan Melayu terkaya. Kini, melalui ekonomi syariah, bukan tidak mungkin daerah berjuluk ”Bumi Sriwijaya” itu kembali mencengkeram perekonomian Sumatera.