Mobilitas Tetap Tinggi, Tekan Potensi Kecelakaan Pemudik Sepeda Motor Jatim
Waspadai potensi kecelakaan pada jutaan jiwa warga Jawa Timur yang mudik dan balik Lebaran 2024 memakai sepeda motor.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Jutaan warga Jawa Timur diperkirakan masih akan mudik dan balik Lebaran dengan sepeda motor. Operasi Ketupat Semeru pada 3-15 April 2024 diharapkan bisa menekan potensi kecelakaan fatal pengguna sepeda motor.
Atensi pada pergerakan warga pengguna sepeda motor itu dilatarbelakangi pengalaman kecelakaan fatal selama masa angkutan hari raya tahun lalu. Catatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), dari evaluasi Lebaran 2023, terjadi 5.894 kecelakaan dengan 726 kematian. Dalam masa Operasi Ketupat kurun H-5 sampai H+4 Lebaran 2023, mayoritas kecelakaan atau 76,9 persen di antaranya melibatkan sepeda motor.
Di sisi lain, pilihan memakai sepeda motor tidak terhindarkan. Kendaraan roda dua dipilih saat pemudik kehabisan tiket atau harga tiket angkutan umum (kapal, pesawat, kereta api, dan bus) lebih mahal. Padahal, perjalanan jarak jauh dengan sepeda motor tidak disarankan karena berisiko melelahkan pengemudi yang memicu kecelakaan.
”Saya tetap mudik dengan sepeda motor, tetapi sendiri karena istri dan dua anak saya akan naik bus,” kata Sugianto, buruh pabrik di Sidoarjo, yang berencana mudik ke Magetan saat ditemui pada Rabu (3/4/2024).
Di kampung halaman, Sugianto memerlukan kendaraan untuk mobilitas selama masa hari raya. ”Saya belum mampu membeli sepeda motor tambahan untuk ditaruh di rumah orangtua di kampung, Mas. Makanya, saya mudik dengan sepeda motor, tetapi sendiri,” kata Sugianto.
Saat ditanya potensi kecelakaan jika mengendarai sepeda motor jarak jauh, Sugianto menjawab hidup dan nasib ada pada Sang Pencipta.
Di sisi lain, larangan membawa penumpang lebih dari satu orang dengan sepeda motor tanpa kereta samping juga ada dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ). Dalam kenyataan, sepeda motor untuk mudik dan balik dinaiki lebih dari dua orang meski berisiko kecelakaan fatal.
Penggunaan sepeda motor untuk tujuan mudik dan balik ternyata terakomodasi oleh program pemerintah dengan pengangkutan secara cuma-cuma memakai kereta dan kapal. Program ini perlu dilihat secara kritis dari aspek potensi pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas oleh pengguna sepeda motor.
Berdasarkan survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan, potensi pergerakan selama masa Lebaran 2024 akan melibatkan 193,6 juta jiwa. Pergerakan tertinggi berasal dari Jatim dengan 31,3 juta jiwa. Berikutnya ialah Jabodetabek dengan 28,4 juta jiwa, Jateng dengan 26,1 juta jiwa, dan Jabar dengan 22,8 juta jiwa.
Masih menurut survei, 16 persen dari pergerakan itu atau 31,1 juta jiwa dengan sepeda motor. Dengan persentase yang sama atau 16 persen, untuk pergerakan dari Jatim yang 31,3 juta jiwa, pengguna sepeda motor melibatkan 5 juta jiwa.
Dengan asumsi satu sepeda motor dinaiki dua orang, pergerakannya dari dan di Jatim sebanyak 2,5 juta unit. Jumlah itu setara populasi Jember, urutan ketiga terpadat penduduk di Jatim atau setelah Surabaya dan Kabupaten Malang.
Direktur Lalu Lintas Polda Jatim Komisaris Besar Komarudin mengatakan, pergerakan luar biasa pengguna sepeda motor selama Lebaran tidak bisa dicegah, tetapi potensi kecelakaan, terutama yang fatal, bisa ditekan. ”Dengan imbauan dan yang utama kesadaran pengguna sepeda motor untuk waspada dan mematuhi aturan,” ujarnya.
Komarudin melanjutkan, pergerakan pengguna sepeda motor bukan sekadar saat perjalanan menuju kampung halaman. Aktivitas selama di daerah asal dengan sepeda motor juga berisiko kecelakaan, apalagi jika pengguna abai terhadap keselamatan dan keamanan. Misalnya, saat pergi shalat, silaturahmi, atau wisata, pengguna enggan memakai helm, atau berbusana kain panjang yang berkemungkinan melilit di rantai atau roda.
”Hal-hal kecil, tetapi penting untuk keselamatan dan keamanan berkendara jangan diabaikan,” kata Komarudin. Aparatur dalam hal ini Polda Jatim telah mendirikan 256 pos pantau mudik dan balik serta menugaskan 16.358 anggota untuk kelancaran Operasi Ketupat Semeru.
Secara terpisah, Ketua Harian MTI Jatim Bambang Haryo Soekartono pernah mengatakan, perlu terus didorong optimalisasi angkutan umum untuk pergerakan masyarakat selama masa Idul Fitri guna menekan potensi kecelakaan. Pergerakan dengan sepeda motor di kabupaten/kota tujuan menjadi bukti pemerintah daerah belum secara optimal menyediakan angkutan umum.