Cuaca Buruk Diperkirakan Terjadi Saat Arus Mudik, Modifikasi Cuaca Disiapkan
Cuaca buruk diperkirakan akan terjadi saat puncak arus mudik di Jawa Barat. Teknologi modifikasi cuaca disiapkan.
Oleh
RAYNARD KRISTIAN BONANIO PARDEDE
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Cuaca buruk berupa hujan sedang diperkirakan melanda wilayah Jawa Barat selama arus mudik, 3-9 April ini. Cuaca diperkirakan membaik saat Idul Fitri hingga arus balik. Teknologi Modifikasi Cuaca pun disiagakan untuk mengantisipasi dampak cuara buruk pada puncak arus mudik.
Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Guswanto, dalam dialog Forum Merdeka Barat 9, di Jakarta, Senin (1/4/2024), mengatakan, hujan dengan intensitas ringan hingga sedang akan melanda sejumlah wilayah saat puncak arus mudik.
Selain Jawa Barat yang menjadi simpul arus mudik di Jawa, hujan dengan intensitas ringan hingga sedang juga diperkirakan terjadi di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, dan Papua. Hujan sedang dikategorikan sebagai cuaca ekstrem karena bisa menimbulkan banjir.
Pada tanggal 10-16 April 2024 atau saat Idul Fitri 2024 hingga arus balik, cuaca diperkirakan membaik. Hal ini karena sejumlah wilayah di Indonesia akan memasuki musim pancaroba. Hal ini terlihat dari arah perubahan angin yang sebelumnya datang dari barat berubah menjadi angin dari timur di ketinggian 3.000 kaki.
“Sejak 23 Maret 2024 lalu sudah terlihat ada perubahan angin sehingga Indonesia mulai memasuki masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Walau hujan berpotensi mereda, cuaca ekstrem seminggu sebelum Lebaran masih harus diwaspadai,” ucapnya.
Cuaca buruk lainnya yang perlu diwaspadai adalah angin kencang yang berpotensi membentuk gelombang tinggi. Gelombang ombak setinggi 1,25 meter hingga 2 meter diprediksi akan terjadi di daerah Selat Sunda yang bisa mengganggu penyeberangan dari Pelabuhan Merak, Banten, ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung.
Selain di perbatasan Jawa-Sumatera, gelombang setinggi 2 meter juga berpotensi melanda penyeberangan dari Pelabuhan Ketapang, Jawa Timur, ke Gilimanuk, Bali. Khusus di daerah Bali, banjir rob juga diperkirakan terjadi pada tanggal 3-4 Maret 2024 mendatang.
Untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem, pihak BMKG sudah menyiagakan teknologi modifikasi cuaca (TMC). Pada periode Lebaran 2024, wilayah Jawa Barat menjadi salah satu daerah yang rencananya akan dilakukan modifikasi cuaca. Implementasi teknologi ini dilakukan dengan menebar Natrium Klorida (NaCl) ke awan hujan sebelum masuk ke wilayah daratan Jawa Barat.
Guswanto menambahkan, hujan dengan intensitas sedang bisa menimbulkan menganggu perjalanan mudik dan meningkatkan risiko kecelakaan lalu-lintas. Hal itu karena daya cengkeram ban terhadap permukaan jalan bisa hilang (aquaplaning) akibat genangan air hujan di jalan.
“Kami berencana membendung awan lokal pembentuk hujan sebelum sampai ke Jawa Barat. Modifikasi cuaca disiagakan 24 jam,” ucapnya.
Pasokan pangan
Ketersediaan dan distribusi pangan selama Lebaran perlu dijaga agar tidak menimbulkan kenaikan harga. Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Rachmi Widiriani menjelaskan, sejak awal tahun lalu, pihaknya sudah mengantisipasi dampak cuaca ekstrem dengan menyebar komoditas pangan secara merata di seluruh wilayah Indonesia.
Fasilitas pengiriman menggunakan tol laut pun sudah dioptimalkan untuk membantu distribusi. Bapanas juga sudah meminta adanya penambahan rute tol laut agar distribusi pangan dapat menjangkau daerah yang lebih banyak.
Badan Pangan juga menggagas penerapan rantai pasok dingin dengan Air Blast Freezer dan Cold Storage Freezer di 30 titik untuk komoditas bawang merah, cabai, dan daging. Gudang Bulog pun sudah disiapkan. Langkah ini diharapkan bisa menjamin ketersediaan stok dan menjaga harga pangan.
Hujan mereda pada pertengahan April 2024 karena mulai memasuki musim kemarau.
Rachmi mengatakan, harga beras kualitas medium sudah menurun dari Rp 14.000 - Rp 15.000 menjadi Rp 12.800 – Rp 13.000 per kilogram. Harga diprediksi akan kembali menurun karena beberapa daerah akan memasuki masa panen pada April.
Selain itu, program penyaluran bantuan pangan bagi 22 juta kelompok penerima manfaat yang masih berlangsung hingga Juni mendatang diharapkan membuat distribusi berjalan baik..
“Dengan adanya hal ini warga bisa mendapatkan komoditas dengan harga pertama karena dari hulu hingga hilir sudah dikelola dengan baik,” ucapnya.