Mereka yang Meninggalkan Kendaraan Pribadi lalu Berburu Mudik Gratis
Manfaat program mudik gratis diapresiasi warga. Pendaftaran satu pintu bisa diupayakan agar kuota tak mubazir.
Keselamatan bepergian saat mudik amat dipertimbangkan Serly Yuni (18). Jika sebelumnya ia mudik menggunakan mobil pribadi bersama ayah dan ibunya, tahun ini ia memutuskan mendaftarkan keluarganya dalam program mudik gratis Kementerian Perhubungan.
Tahun lalu, ayahnya menyetir seorang diri dari Jakarta Barat ke Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Setidaknya ayahnya menyetir selama 10 jam, menempuh jarak sekitar 600 kilometer. Kendati lebih banyak waktu dengan keluarga dalam perjalanan, Menurut Serly, menyetir selama 10 jam cukup berisiko karena kurang istirahat.
Sebab, ayahnya pasti lelah karena seorang diri mengemudi. Karena itu, tahun ini mereka memilih menggunakan mudik gratis. Sejak dibuka mulai 13 April 2024, ia mendaftarkan keluarganya ikut program mudik gratis Kementerian Perhubungan menggunakan bus.
Baca juga: Kereta Cepat Whoosh Didominasi Penumpang Wisata dan Bisnis Menjelang Lebaran
Setelah ticket war di aplikasi MitraDarat lebih dari tiga minggu, akhirnya pada Sabtu (30/3/2024) pagi keluarganya bisa dapat tiket mudik gratis. Mungkin, kata dia, ia telah melakukan percobaan mendaftar dan gagal sebanyak 10.000 kali.
”Senang banget akhirnya dapat tiket mudik gratis. Bapak sudah tua dan tidak kuat nyetir. Mobil sudah kami taruh di kampung,” kata Serly, ditemui sesudah verifikasi calon peserta mudik gratis di GOR Bulungan, Jakarta.
Di GOR Bulungan terdapat dua tenda untuk verifikasi peserta mudik. Tak ada antrean saat Serly datang sekitar pukul 13.00. Hanya terdapat lima orang yang bergantian verifikasi, kemudian mendapatkan tiket. Hal itu membuat proses verifikasi berjalan tak sampai lima menit.
Selain Serly, ada Joko Mursito (41) yang menggunakan program mudik gratis bersama istrinya menuju rumah mertua di Palembang, Sumatera Selatan. Ia ikut mudik gratis karena alasan ekonomi.
Baca juga: Pemudik Diminta Waspadai Jalur Rawan Macet di Jalan Arteri Jabar
Karyawan di perusahaan pengadaan barang dan jasa itu mengatakan, tiga kali ikut mudik gratis ternyata membantu keluarganya berhemat. Sebab, tiket bus menuju Palembang melonjak di hari libur Lebaran.
Di hari normal, tiket bus Jakarta-Palembang Rp 400.000-Rp 500.000. Setelah ia cek, harganya naik menjadi Rp 800.000-Rp 900.000 di libur Lebaran kali ini.
”Pulang ke Jakarta-nya memang enggak kebagian mudik gratis, tetapi lumayan THR bisa dipakai untuk kebutuhan lain. Bisa menabung minimal Rp 1 juta,” kata pria asal Cilacap itu.
Mengurangi kecelakaan
Kesadaran Serly dan keuntungan yang didapat Joko itu memang seiring dengan tujuan program mudik gratis. Mudik gratis populer dilakukan perusahaan jamu pada awal 1990-an. Program itu menyasar para penjual jamu yang dianggap turut menyokong berkembangnya bisnis perusahaan. Kini, program itu berkembang dan dijalankan pemerintah hingga perusahaan swasta lain.
Selain membantu biaya mudik warga kurang mampu, program mudik gratis juga untuk mengurangi angka kecelakaan. Program ini memfasilitasi warga yang kerap mudik dengan kendaraan pribadi, khususnya sepeda motor, agar beralih ke angkutan publik.
Berkurangnya kendaraan pribadi saat mudik akan membuat kepadatan di jalan berkurang dan angka kecelakaan saat mudik bisa ditekan.
Baca juga: Masyarakat Anggarkan Dana Lebaran 2024 Lebih Besar
Sebab, menurut catatan Polri, kecelakaan lalu lintas yang melibatkan sepeda motor ada di angka 74 persen. Akan tetapi, berdasarkan survei Kementerian Perhubungan tahun 2024, sepeda motor masih menjadi moda favorit untuk mudik, yakni di posisi keempat terbanyak.
Dalam survei itu, warga yang berencana mudik menggunakan sepeda motor berjumlah 31,12 juta (16,07 persen). Itu sekitar tiga kali jumlah warga Jakarta.
Untuk mengurangi jumlah warga yang mudik menggunakan sepeda motor, pemerintah menambah kuota pengiriman motor gratis ke kampung halaman. Program itu memberikan layanan pengiriman sepeda motor pemudik dengan kereta api.
Sejumlah perusahaan kendaraan juga membuat program serupa. Motor pemudik dikirim menggunakan truk, sedangkan pemudiknya menggunakan bus.
Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Perhubungan, banyaknya pilihan mudik gratis itu membuat sejumlah warga mendaftar ke banyak tempat. Akibatnya, di hari keberangkatan, banyak kursi-kursi kosong di program mudik gratis yang tak terpakai. Sebab, seseorang yang mendaftar mudik gratis ke banyak tempat hanya mengambil mudik gratis di satu penyelenggara.
”Tahun lalu, ada 1.500 orang daftar mudik gratis di penyelenggara berbeda,” ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Amirullah (Kompas, 23/3/2024).
Satu pintu
Untuk mengantisipasi kejadian berulang, Kementerian Perhubungan mengatur agar pendaftar yang tidak jadi ikut mudik gratis dimasukkan ke catatan hitam (blacklist). Hal itu bisa ditandai dengan nomor induk kependudukan (NIK) warga yang mendaftar ke banyak program mudik gratis.
Kejadian di tahun sebelumnya itu terjadi karena banyak aplikasi atau situs tempat mendaftar mudik gratis. Akibatnya, warga bisa leluasa mendaftar program mudik gratis ke banyak tempat. Persoalan ini bisa menjadi evaluasi pemerintah dan penyelenggara mudik gratis.
Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno mengatakan, pendaftaran program mudik gratis, baik yang diselenggarakan perusahaan maupun pemerintah, di tahun selanjutnya bisa dibuat satu pintu di Kementerian Perhubungan.
”Buat satu pintu. Bisa (melalui) satu aplikasi yang digunakan. Di aplikasi itu warga bisa memilih mudik gratis yang mana, tetapi tidak bisa dobel,” katanya melalui telepon.
Baca juga: Kiat Mudik dengan Bus ”Sleeper” yang Nyaman
Dengan satu pintu, lanjut Djoko, itu lebih memudahkan pemerintah untuk mendata warga yang mudik. Data itu bisa digunakan untuk menyusun kebijakan mudik di tahun selanjutnya.
Hal itu juga perlu ditunjang dengan teknologi yang mumpuni. Tujuannya agar pengalaman Serly yang sulit mendaftar mudik gratis tak terulang.
Transportasi publik di daerah
Kendati banyak pilihan mudik gratis, masih ada warga yang memutuskan untuk mengendarai sepeda motor saat mudik. Salah satunya Waluyo (37), warga Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Petugas keamanan di salah satu perumahan di Bekasi itu ingin lebih leluasa berjalan-jalan menggunakan sepeda motor di kampung.
Sebab, rumahnya berada lereng Gunung Slamet yang tak dilewati transportasi umum. Dengan membawa sepeda motor, ia berniat berjalan-jalan ke rumah saudara atau kenalannya selama libur Lebaran.
”Enggakada motor lagi di rumah soalnya. Tapi ini masih coba juga daftar mudik motor gratis,” katanya.
Baca juga: Panduan Mudik dengan Kendaraan Pribadi
Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang berpendapat, alasan Waluyo itu kerap diungkapkan oleh warga yang mudik dengan mengendarai sepeda motor. Menurut dia, program motor gratis selama mudik bisa lebih menyasar warga yang kampung halamannya jauh dari akses transportasi publik.
”Lebih baik program mudik motor gratis (motis) ini dapat diprioritaskan kepada pemudik yang tujuan mudiknya di pelosok desa,” kata Deddy.
Melihat fenomena itu, Djoko Setijowarno mengatakan, pemerintah dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan bisa fokus menyediakan angkutan umum di daerah-daerah. Angkutan umum yang merata di daerah bisa memudahkan warga bepergian selama mudik.
Selain itu, lanjut Djoko, itu bisa mengurangi kepadatan jalan di daerah selama masa mudik. ”Makanya, segeralah Presiden yang akan datang, sesuai janjinya, menyediakan angkutan umum di daerah juga sebagus di Jakarta,” ujar Djoko.
Ia mengatakan, mudik gratis mengalami banyak kemajuan untuk mengurangi kemacetan dan kecelakaan. Hal ini juga perlu dibarengi dengan pengamanan dan pengaturan jalan yang baik. Jika hal itu diperbaiki dari tahun ke tahun, kata Djoko, program mudik gratis akan berbuah manis.