Setelah 17 Tahun, Mangga Gedong Gincu dari Jabar Tembus Pasar Jepang
Mangga varietas asli ”Tanah Pasundan” ini siap untuk masuk ke pasar ”Negeri Sakura”. Kualitas menjadi perhatian utama.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pasar ekspormangga gedong gincu asal Jawa Barat ke Jepang telah terbuka setelah negosiasi selama 17 tahun. Peluang menembus pasar dunia diharapkan semakin terbuka lebar karena Jepang menerapkan standar yang tinggi terhadap barang-barang yang masuk ke negaranya.
Pelaksana Tugas Deputi Bidang Karantina Tumbuhan Badan Karantina Indonesia (Barantin), Bambang mengatakan, Jepang memiliki persyaratan dengan standar yang ketat, saintifik, dan berkualitas. Keran ekspor untuk mangga gedong gincu yang terbuka ini perlu ditindaklanjuti oleh semua pihak, mulai dari petani, pengusaha, hingga yang lainnya.
Barantin mencatat, mangga gedong gincu (Mangifera indica L) merupakan varietas mangga spesifik dari tanah Jabar. Buah manis bergizi ini tersebar di Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka, hingga Kabupaten Indramayu.
”Izin yang keluar tidak serta-merta membuat mangga gedong gincu bisa langsung diekspor ke Jepang. Masih ada proses kajian dari tim MAFF (Kementerian Agrikultur, Kehutanan dan Perikanan Jepang). Salah satunya alat perlakuan uap panas terhadap hama mangga,” ujarnya dalam keterangan yang diterima di Bandung, Senin (25/3/2024).
Menurut Bambang, MAFF telah menyampaikan proposal ekspor mangga gedong gincu kepada Barantin sebagai national plant protection organization (NPPO) di Indonesia pada akhir Februari 2024. Setelah itu, tim Jepang akan melakukan verifikasi secara menyeluruh, mulai dari kondisi kebun dan pemeliharaannya, pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, hingga pascapanen.
Sejumlah syarat ekspor ini, antara lain, kepastian untuk bebas dari organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) dan penyediaan fasilitas perlakuan uap panas (vapour heat treatment/VHT) yang perlu dipenuhi dalam percepatan ekspor ke Jepang. OPTK yang menjadi penghambat keran ekspor mangga gedong gincu ke Jepang adalah lalat buah Bactrocera occipitalis yang dianggap masih ditemukan di Jabar.
Bambang mengatakan, untuk membuktikan Jabar bebas dari hewan ini secara ilmiah, Universitas Padjadjaran melakukan riset di Jabar dan Kalimantan yang dianggap menjadi lokasi temuan lalat buah jenis ini. Dia mengklaim, selama ini tidak ada lalu lintas mangga dari Kalimantan ke Pulau Jawa dan mitigasi telah dilakukan agar tidak terjadi penyebaran di luar Kalimantan.
Jepang memiliki persyaratan dengan standar yang ketat, saintifik, dan berkualitas.
Direktur Utama Institut Pembangunan Jabar Universitas Padjadjaran Profesor Keri Lestari mengatakan, penelitian dilakukan selama lima bulan karena pihaknya sulit menemukan lalat buah B occipitalis. Bahkan, lalat buah jenis ini ditemukan pada inang jambu, bukan mangga. ”Hasil penelitian yang menjadi disertasi dengan memberikan bukti ilmiah ini dapat meyakinkan pihak Jepang bahwa lalat buah tidak ditemukan pada mangga, tetapi inang jambu,” katanya.
Investasi
Bambang berharap persiapan matang juga dilakukan sebelum tim dari Jepang akan melakukan verifikasi. Salah satunya terkait fasilitas VHT yang menjadi salah satu syarat penting agar mangga gedong gincu bisa menembus pasar Jepang.
”Tim Jepang masih belum memberi tahu akan memilih lokasi di Sumedang, Majalengka, Cirebon, atau yang lain. Yang terpenting, saat ini Jepang hanya menginginkan mangga jenis gedong asal Jabar dan harus dapat perlakuan VHT,” ujarnya.
Menurut Bambang, hal ini bisa menjadi momen untuk meningkatkan kualitas petani di Jabar. Apalagi, pengamatan yang dilakukan tim dari Jepang ini termasuk sanitasi kebun, produktivitas untuk keberlanjutan ekspor, VHT, serta mitigasi risiko gagal panen.
”Kami mengajak implementasi good agriculture practice di tingkat petani. Apalagi, peluang ekspor mangga ke negara tujuan lainnya, seperti Korea dan Australia, bakal lebih mudah jika sudah bisa menembus pasar Jepang,” kata Bambang.
Penjabat Gubernur Jabar Bey Machmudin menyambut baik kesempatan ini dan berupaya mencari investor untuk mendukung upaya ekspor mangga gedong gincu. Potensi yang besar ini diharapkan bisa membuka kesempatan pasar ekspor komoditas buah-buahan asal Jabar yang lain.
”Kami akan mencoba menggandeng badan usaha milik daerah perbankan melalui dana CSR (tanggung jawab sosial perusahaan) dan investor lain untuk bisa turut serta sehingga percepatan dapat terlaksana. Jika ekspor ke Jepang ini tembus, saya yakin ke negara yang lain juga bisa. Mohon dijaga kualitas dan mutunya untuk menjaga kepercayaan pembeli,” ujarnya.