Bajakah, antara Mitos Dayak dan Harapan Terbebas dari Kanker
Bajakah, akar tanaman dari hutan gambut Kalimantan, naik daun setelah disebut bisa mencegah pertumbuhan kanker.
Kabar Kate Middleton (42), istri Putra Mahkota Kerajaan Inggris Pangeran William, yang mengaku mengidap kanker menyebar begitu cepat. Dunia ikut gempar.
Salah satu perawatan yang kini ia jalani adalah kemoterapi. Pengobatan yang satu itu tak mudah dijalani. Biayanya juga mahal.
Di tengah perbincangan orang tentang ini, bajakah, akar tanaman khas tanah gambut, kembali mencuat. Banyak terdapat di pelosok Kalimantan Tengah, akar itu disebut berpotensi menjadi terapi alami untuk kanker.
Dalam pengumuman resmi yang disampaikan melalui video, Princess of Wales menyampaikan didiagnosis kanker dan tengah menjalani kemoterapi. ”Ini merupakan beberapa bulan yang sangat sulit bagi seluruh keluarga kami,” ujar Kate dalam video yang diunggah pada Jumat (22/3/2024).
Baca juga: Ramai-ramai Meminta Maaf kepada Kate
Tidak mudah bagi Kate menyampaikan kabar itu. Kanker datang tiba-tiba. Tanpa pandang bulu, penyakit ini menyerang siapa saja. Bila dulu kerap diidap orang berusia di atas 50 tahun, kini banyak warga berumur lebih muda terpapar kanker.
Penelitian Zhao J dan tim di jurnal BMJ Oncology (2023) menyebut hal itu. Data dari 204 negara, ditemukan 3,26 juta kasus kanker dini pada 2019, meningkat 79,1 persen dibandingkan tahun 1990. Jumlah kematian akibat kanker di kalangan muda meningkat 27,7 persen. (Kompas, 20 Maret 2024).
Ahli penyakit dalam, Samsuridjal Djauzi, dalam tajuk Kesehatan yang dimuat di Kompas, 2 Maret 2024, menjelaskan, kanker merupakan masalah kesehatan yang penting. Keberadaannya mengakibatkan kematian dan memerlukan dana besar untuk pengobatannya.
Salah satu tantangannya, diagnosis kanker sering menemukan kanker sudah dalam stadium lanjut. Pencegahan hingga deteksi kerap terlupakan.
Baca juga: Banyak Dokter Masih Serampangan Meresepkan Antibiotik
Naik daun
Belakangan, saat bicara tentang mitigasi kanker, salah satu yang mencuat adalah fenomena bajakah. Meski belum benar-benar teruji klinis, pamor bajakah telanjur erat dengan metode pengobatan alternatif kanker.
Bajakah (Liana sp) adalah tanaman yang menggantung di pohon-pohon besar. Tanaman ini biasanya hidup di hutan gambut Kalimantan. Hutan gambut dengan ekosistemnya menyimpan cadangan air yang begitu besar sehingga bermanfaat banyak bagi hidup manusia dan juga alam.
Akan tetapi, lama melindungi lingkungan gambut, bajakah baru benar-benar naik daun sejak 2019. Saat itu, tiga siswa SMAN 2 Palangkaraya, Kalimantan Tengah, memenangi medali emas dalam sebuah kompetisi internasional bidang sains dengan mengusung manfaat bajakah.
Ketiganya adalah Yajid Rafli Akbar (16), Anggina Rafitri (17), dan Aysa Aurealya Maharani (17) dengan bimbingan Helita, guru Biologi SMAN 2 Palangkaraya. Mereka mengikuti kompetisi itu untuk membuktikan mitos suku Dayak tentang bajakah.
Helita, Senin (25/3/2024), menjelaskan, sebagian orang Dayak di Kalteng pernah mengonsumsi bajakah baik secara langsung maupun diolah. Para pemburu dari suku Dayak menggunakan air dari potongan bajakah yang melilit di pohon-pohon besar sebagai sumber air minum. Bajakah dipercaya bisa mengobati berbagai macam penyakit, salah satunya kanker.
Meski demikian, menurut Helita, selama belum ada penelitian, hal itu masih menjadi mitos. Ia pun memulai penelitian itu di sekolahnya bersama murid-muridnya.
Prosesnya, menurut Helita, bajakah yang dikumpulkan dipotong-potong dan dijemur. Setelah kering, dijadikan bubuk. Bubuk ini kemudian diseduh air panas dan diminum tanpa campuran apa pun.
Para siswa memberikan seduhan bajakah pada tikus putih yang dibuat menderita tumor. Setelah tiga bulan, ternyata benjolan tumor hilang. Bubuk dan tanaman bajakah dikirim ke laboratorium Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, untuk diperiksa kandungan zat aktifnya.
Pemerintah menyambut positif dengan melanjutkan penelitian itu ke uji klinis, ini tahap akhir uji ini ke manusia. Kalau itu sudah selesai semua, bisa dipastikan bajakah bisa menjadi obat kanker.
Ada enam zat bioaktif dalam bajakah, yakni saponin, flavonoid, terpenoid, steroid, tanin, dan fenolik. Tiga zat pertama, lanjut Helita, bisa memperkuat sistem kekebalan tubuh dan menangkal radikal bebas.
”Pemerintah menyambut positif dengan melanjutkan penelitian itu ke uji klinis, ini tahap akhir uji ini ke manusia. Kalau itu sudah selesai semua, bisa dipastikan bajakah bisa menjadi obat kanker,” ungkap Helita. Namun, belum bisa dipastikan kapan penelitian itu rampung.
Bajakah, menurut Helita, cocok dikonsumsi pengidap kanker yang belum masuk ke stadium lanjut. Bajakah menjadi terapi herbal atau alami yang sangat berguna bagi tubuh dan untuk mengatasi kanker.
Diminati
Meski penelitian ilmiah belum rampung, bajakah hingga kini masih diburu banyak kalangan. Mama Ani (30), penjual obat herbal dan tradisional Dayak di Palangkaraya, menuturkan, permintaan bajakah datang dari sejumlah daerah di Indonesia.
Ia menjualnya Rp 100.000 per kilogram untuk potongan 10-15 sentimeter. Ani mengaku setiap minggu selalu ada saja yang membeli bajakah.
Andri (25), pengusaha kecil menengah produk herbal di Palangkaraya, juga memanfatkan peluang. Dia membuat produk bajakah dalam kemasan teh seduh. Sejauh ini, peminatnya menjanjikan.
Dalam sebulan, ia mengirim 5-6 paket teh bajakah keluar Palangkaraya untuk sekitar Kota Palangkaraya. Harganya Rp 40.000 per kemasan atau Rp 100.000 untuk bajakah potong per kilogram.
Dari semua jenis obat-obatan herbal yang ia jual, bajakah adalah yang paling laris. Penikmatnya terang-terangan mengatakan, minum teh bajakah untuk mencegah kanker.
”BPOM belum izinkan kami menulis bajakah obat kanker karena uji klinis belum selesai, jadi dalam kemasan ditulis obat herbal. Tapi, tanpa perlu menulis itu, orang sudah tahu bajakah itu obat kanker,” ujar Andri.
Hingga kini belum ada satu pun obat yang ampuh membunuh sel kanker. Uji klinis tentang khasiat bajakah jelas ditunggu untuk meringankan beban hidup para penderita kanker.
Baca juga: Bajakah, Obat Tradisional Dayak, Kembali Raih Prestasi Dunia