Sebanyak 33.745 warga Pulau Bawean di Kabupaten Gresik yang terdampak gempa tektonik Laut Jawa bertahan di pengungsian.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·2 menit baca
BAWEAN, KOMPAS — Sampai dengan Minggu (24/3/2024) malam, warga Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, yang terdampak rentetan gempa tektonik Laut Jawa bertahan hidup di pengungsian. Jumlah pengungsi mencapai 33.745 jiwa dari dua kecamatan, yakni Tambak dan Sangkapura, di Pulau Bawean.
Berdasarkan pendataan terkini pos penanganan korban gempa di Kecamatan Sangkapura, pengungsi terdiri dari 4.975 warga lanjut usia, 9.539 anak-anak, dan 19.231 warga dewasa. Jumlah pengungsi mencakup 32,1 persen dari populasi Pulau Bawean yang seluas 197 kilometer persegi, yakni 105.000 jiwa.
Menurut catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa sejak Jumat (22/3/2024) pukul 11.22 sampai dengan Minggu malam sudah terjadi sebanyak 239 kali. Gempa merusak 5.333 bangunan, dengan 5.078 unit di antaranya ialah rumah warga. Karena rumah rusak ditambah trauma gempa susulan, warga Pulau Bawean mengungsi ke ruang terbuka.
Warga mendirikan tenda di halaman depan atau samping rumah, lapangan, atau ruang terbuka yang terdekat. Ada yang memanfaatkan pondok di halaman rumah atau garasi. Ada juga yang mengungsi secara berkelompok di lapangan atau halaman bangunan.
Sesekali para pengungsi kembali ke rumah untuk merapikan reruntuhan atau mengambil perlengkapan yang dibutuhkan. Mereka juga mengambil barang berharga agar tidak kebobolan pencuri.
Kami menyiapkan tim psikologi untuk membantu pemulihan trauma bagi masyarakat.
Rumah-rumah yang rusak ringan dan masih bisa ditinggali akan ditempati. Namun, masyarakat pindah tidur ke teras atau halaman sehingga bisa cepat menyelamatkan diri jika terjadi gempa susulan yang kencang.
Di pengungsian, masyarakat bertahan hidup dari bantuan bahan pangan yang diberikan dan persediaan dari rumah. Mereka yang kehilangan rumah akibat kerusakan berat memerlukan bantuan bahan pangan, makanan-minuman siap konsumsi, obat-obatan, selimut, pakaian, tenda, dan tempat tidur lipat.
Menurut Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani, masa tanggap darurat bencana gempa di Pulau Bawean berlaku seminggu sejak gempa pertama pada Jumat pukul 11.22. Dalam masa tanggap darurat, warga yang harus hidup di pengungsian akan mendapat bahan makanan dan dijaga kesehatannya.
”Kami menyiapkan tim psikologi untuk membantu pemulihan trauma bagi masyarakat,” kata Fandi.
Pemerintah mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mengirim atau mendatangkan bantuan untuk warga terdampak gempa di Pulau Bawean. Bantuan masih diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup warga dengan baik.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gresik Sukardi menambahkan, pendataan kerusakan bangunan masih dilakukan untuk penentuan program rehabilitasi. Masyarakat akan dibantu dalam perbaikan hunian yang rusak.
Dalam kunjungan ke Pulau Bawean, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal Suharyanto mengatakan, pemerintah membantu pendanaan renovasi rumah. Sesuai instruksi Presiden Joko Widodo, pendanaan rumah rusak berat Rp 60 juta, rusak sedang Rp 30 juta, dan rusak ringan Rp 15 juta.
”Penilaian kerusakan terus dilakukan oleh tim, sedangkan biaya akan disalurkan setelah masa tanggap darurat,” ujar Suharyanto.