Gempa Laut Jawa, 9.648 Warga Pulau Bawean Mengungsi
Mereka tidur di bawah naungan tenda atau tidak dalam ruang tertutup guna mempercepat evakuasi saat ada gempa susulan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·2 menit baca
BAWEAN, KOMPAS — Rentetan gempa tektonik di Laut Jawa memaksa 9.648 warga Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, mengungsi karena trauma.
Warga mengungsi karena masih trauma dengan gempa susulan. Gempa beruntun terjadi sejak Jumat (22/3/2024) dan sampai dengan Minggu (24/3/2024) masih terasa.
Pengungsi tidur di teras atau pelataran rumah, garasi atau ruang di samping rumah, lapangan, serta ruang terbuka di sekolah, balai desa, dan kantor pemerintah. Mereka tidur di bawah naungan tenda atau tidak dalam ruang tertutup guna mempercepat evakuasi saat terjadi gempa susulan.
Pulau Bawean merupakan daratan terdekat dari sumber gempa tektonik di Laut Jawa. Serangkaian gempa muncul dari kedalaman 10-15 kilometer di Laut Jawa yang berjarak 30-50 kilometer di barat Pulau Bawean yang berpopulasi 105.000 jiwa itu.
Populasi warga Pulau Bawean mencakup 7,9 persen dari 1,32 juta penduduk Kabupaten Gresik. Pulau Bawean berjarak 120-130 kilometer di utara Pelabuhan Gresik dan dapat dijangkau dengan perjalanan 3-4 jam memakai kapal cepat atau 8-9 jam memakai feri.
Menurut Sukardi, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gresik, pengungsi terdiri atas 1.187 warga lanjut usia, 2.952 anak, dan 5.509 orang dewasa.
”Korban gempa ada dua orang luka ringan, sedangkan korban jiwa meninggal nihil,” katanya.
Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani menyatakan, di ”Bumi Wali”, julukan Gresik, gempa paling dirasakan oleh warga Pulau Bawean. Namun, dampaknya juga dirasakan di tiga kecamatan lain di daratan Pulau Jawa, yakni Duduksampeyan, Cerme, dan Gresik.
”Kami berusaha menjaga kesehatan warga agar tidak banyak yang jatuh sakit,” ujar Fandi seusai mengunjungi para pengungsi di Pulau Bawean, Minggu dini hari.
Tim terpadu dari pemerintah pusat, provinsi, dan Gresik telah datang untuk penanganan dan pemulihan masyarakat terdampak gempa.
Adapun guncangan bertubi-tubi sejak Jumat juga mengakibatkan kerusakan 4.300 bangunan di Pulau Bawean. Kerusakan terbanyak terjadi di Kecamatan Tambak, yakni 2.200 bangunan. Di Kecamatan Sangkapura, gempa merusak 2.100 bangunan.
Kerusakan terparah menimpa rumah warga. Di Tambak, tercatat 1.051 rumah rusak ringan, 736 rumah rusak sedang, dan 269 rusak berat atau total 2.056 rumah. Di Sangkapura, tercatat 1.378 rumah rusak ringan, 272 rumah rusak sedang, dan 377 rumah rusak berat atau total 2.027 rumah.
Kerusakan juga menimpa 138 tempat ibadah, terutama masjid dan mushala, 68 sekolah dan pondok pesantren, 12 kantor dan balai desa, serta RSUD Umar Mas’ud.
Kami berusaha menjaga kesehatan warga agar tidak banyak yang jatuh sakit.
Direktur RSUD Umar Mas’ud Helizamah mengatakan, sampai Minggu dini hari, pasien yang dirawat berjumah sembilan orang, dua di antaranya bayi. Pasien menjalani rawat inap di tenda atau selasar depan untuk mengantisipasi gempa susulan.
”Ada tiga pasien yang dirujuk ke RSUD Ibnu Sina, Gresik,” kata Helizamah.
Layanan vital, terutama operasi, belum dapat diberikan karena adanya kerusakan sejumlah ruang akibat gempa. Pasien yang memerlukan tindakan kedaruratan, terutama operasi, terpaksa dirujuk ke Gresik atau Surabaya dengan kapal cepat.