Presiden Jokowi: Hujan Ekstrem dan Alih Fungsi Lahan Picu Banjir di Demak
Berbagai upaya darurat bakal dilakukan untuk mencegah banjir di Demak meluas. Pemulihan wilayah hulu juga dilakukan.
Oleh
NINA SUSILO, KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Curah hujan ekstrem ditambah kondisi lahan yang rusak menjadi beberapa faktor yang membuat banjir besar melanda Demak dan sebagian Kudus, Jawa Tengah. Beberapa langkah penanganan darurat dinilai akan mencegah banjir meluas.
Presiden Joko Widodo menyebutkan beberapa penyebab, antara lain, curah hujan yang ekstrem, sedimentasi sungai, dan alih fungsi lahan sebagai penyebab banjir di Demak.
Hal ini disampaikan setelah Presiden meninjau lokasi banjir di Kabupaten Demak bersama Menteri Pekerjaan Umun dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Jumat (22/3/2024) pagi.
”Ini memang hujannya sangat ekstrem, karena hujan ekstrem itu 150 milimeter. Yang di (Demak) sini sudah 238 milimeter. Sangat ekstrem sekali sehingga tanggul yang ada tidak muat dan menggerus dan jebol tanggulnya,” tuturnya.
Tanggul jebol ini dikerjakan empat hari berturut-turut. Kerusakan pada tanggul sepanjang 15 meter itu akhirnya rampung pada Kamis (21/3/2024) malam.
Sedimentasi sungai juga diakui terjadi. ”Semua waduk, semua sungai, itu problemnya selalu sedimentasi. Kenapa itu terjadi, karena juga tidak dihambat di hulunya, tanaman banyak yang ditebang. Problemnya semua di situ. Kalau enggak terjadi banjir bandang, ya banjir. Problemnya di situ,” kata Presiden.
Pembalakan liar dan alih fungsi lahan menjadi penyebab sedimentasi dan ketidakmampuan hulu menahan air hujan. Hal ini, menurut Presiden, tak hanya terjadi di Indonesia. Pembalakan liar dan alih fungsi lahan seharusnya dicegah.
Dalam jangka panjang, pemerintah daerah dinilai perlu melakukan penghutanan kembali. Dengan demikian, hutan dan lahan yang rusak di hulu sungai bisa diperbaiki.
Untuk mencegah dampak banjir meluas sementara ini, lanjut Presiden, dilakukan rekayasa cuaca (TMC). Awan yang memuat hujan digeser ke arah laut. Dengan demikian, awan ini akan menjadi hujan saat di laut dan tidak menambah banjir di Demak.
Wilayah yang tergenang terus dikeringkan dengan pompa. Sejauh ini, kata Presiden, wilayah yang sebelumnya terendam banjir sampai 2 meter kini mulai surut. Genangan tinggal setinggi 50 sentimeter.
”Tapi, (genangan) apa pun itu tetap mengganggu aktivitas warga sehingga yang ketiga nanti akan dilakukan pemompaan,” tambah Presiden.
Adapun rumah dan bangunan sekolah termasuk tanaman yang rusak akan dicek terlebih dahulu oleh Kementerian PUPR dan BNPB. Dengan demikian, menurut Presiden, bantuan perbaikan termasuk bibit dari Kementerian Pertanian akan disiapkan.
Dihubungi terpisah, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana Harya Muldianto mengatakan, dua tanggul yang jebol, baik di Bugel, Grobogan, maupun di Norowito, Demak, telah tertutup pada Jumat.
”Untuk saat ini, kami masih menangani secara darurat dengan timbunan tanah dalam jumbo bag. Kami juga memperkuat tanggul dengan steel sheet pile,” ujar Harya.
Menurut Harya, penanganan yang dilakukan terhadap tanggul jebol itu merupakan penanganan darurat. Saat kemarau tiba, pihaknya bakal melakukan perbaikan tanggul secara permanen.
Saat ini, BBWS Pemali Juana masih berfokus pada upaya pengurangan genangan, terutama di jalur pantura Demak-Kudus dan permukiman warga. Sebanyak 17 pompa air dengan kapasitas 6 meter kubik per detik dikerahkan dalam upaya itu.
Wilayah lain
Selain Demak, banjir juga masih merendam sejumlah wilayah di Jateng, yakni Kudus, Pati, dan Kota Tegal. Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Jateng Muhamad Chomsul mengatakan, di Demak, banjir masih merendam 97 desa di 11 kecamatan pada Jumat.
”Di Kudus, banjir masih merendam 31 desa di 5 kecamatan. Sebanyak 5.802 jiwa yang merupakan korban banjir asal Demak dan Kudus juga masih mengungsi di Kudus,” kata Chomsul.
Saat ini, BBWS Pemali Juana masih berfokus pada upaya pengurangan genangan, terutama di jalur pantura Demak-Kudus dan permukiman warga. Sebanyak 17 pompa air dengan kapasitas 6 meter kubik per detik dikerahkan dalam upaya itu.
Sementara itu, di Pati, banjir juga masih merendam 51 desa yang ada di tujuh kecamatan di wilayah tersebut. Akibat bencana itu, sebanyak 389 jiwa masih mengungsi.
Di Kota Tegal, banjir merendam delapan kelurahan yang ada di dua kecamatan. Sebanyak 4.086 rumah yang ditinggali 16.129 jiwa terendam. Pada Jumat, genangan di sejumlah titik dilaporkan telah surut.