Rangkaian gempa tektonik yang berpusat di perairan Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, berpotensi terus berlanjut.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
Rangkaian gempa tektonik yang berpusat di perairan Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, berpotensi terus berlanjut. Belum bisa dipastikan kapan gempa susulan akan berhenti. Tim survei telah diterjunkan untuk meneliti penyebab gempa yang tidak lazim tersebut.
Walakin, masyarakat diminta tetap waspada dan memperkuat mitigasi untuk mengurangi risiko bencana. Sejauh ini belum ada laporan terkait korban jiwa. Namun, sudah banyak daerah yang melaporkan kerusakan bangunan rumah serta sejumlah fasilitas publik.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa pertama terjadi pada Jumat (22/3/2024) pukul 11.22 dengan kekuatan atau magnitudo 5,9. Pusat gempa atau episenter berada di kedalaman 10 kilometer (km). Lokasinya berada di laut pada jarak 37 km arah barat Pulau Bawean dan 126 km arah timur laut Tuban.
Beberapa jam setelahnya, tepatnya pukul 15.52, terjadi gempa bumi berkekuatan 6,5. Pusat gempa berada di kedalaman 12 km dengan lokasi di laut pada jarak 114 km arah timur laut Tuban. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, jarak antara kedua lokasi pusat gempa itu hanya 15 km sehingga bisa dikatakan bahwa dua gempa tersebut merupakan satu rangkaian.
”Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi Bawean merupakan gempa dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif di laut. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip),” ujar Daryono, Jumat malam.
Apakah rangkaian gempa Bawean dipicu oleh aktivitas Sesar Meratus, Daryono belum berani memastikannya. Sesar Meratus merupakan sesar aktif di bagian selatan Pulau Kalimantan dengan panjang 105 km yang mengarah dari utara timur laut ke selatan barat daya.
Menurut Daryono, gempa di Bawean ini tidak lazim karena kawasan tersebut termasuk low seismicity atau memiliki seismisitas yang rendah. Artinya, masih sedikit data yang mencakup kejadian kegempaan, mekanisme, di lokasi geografis tersebut.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi Bawean merupakan gempa dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif di laut.
Menariknya lagi, dua gempa bumi di Laut Jawa itu diikuti gempa susulan yang jumlahnya sangat banyak. Hasil pemantauan BMKG menunjukkan, hingga pukul 20.49, telah terjadi gempa sebanyak 95 kali. Jumlah tersebut akan bertambah karena masih ada potensi gempa lanjutan.
Menurut Daryono, banyaknya jumlah gempa susulan dengan kekuatan beragam tak lepas dari tipe gempa kerak dangkal yang banyak dipengaruhi oleh kondisi batuan di permukaan yang lapuk. Hanya, lokasinya berada di dasar laut.
Selain itu, banyaknya jumlah gempa susulan juga bisa dipicu adanya pelepasan energi akibat pergerakan lempeng bumi dalam upayanya mencapai keseimbangan. Kapan gempa susulan itu akan berhenti sulit dipastikan karena tergantung pada jumlah energi yang dilepaskan.
”Hingga saat ini belum bisa dipastikan tipe gempa apakah tipe satu atau tipe tiga karena proses gempa belum selesai. Belum bisa mengatakan mana yang gempa pembuka, gempa utama, dan gempa susulan. Akan dipantau selama 24 jam,” kata Daryono.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial, dan Tanda Waktu Setyoajie Prayodhie mengatakan akan melakukan survei makroseismik terkait gempa Bawean. Untuk melakukan survei itu, pihaknya akan menurunkan dua tim.
”Tim pertama sudah berangkat ke Bawean malam ini. Untuk besok, ada tim lain yang akan berangkat. Mereka akan melakukan survei di wilayah pantai utara (pantura),” ucap Setyoajie.
Rekomendasi
Daryono menambahkan, hasil pemodelan yang dilakukan oleh BMKG menunjukkan, rangkaian gempa Bawean tidak berpotensi tsunami. Namun, gempa bumi ini dirasakan hingga Kuta (Bali), Jakarta, Pekalongan, bahkan Pulau Kalimantan. Guncangan terbesar dirasakan di Tuban dan Bawean.
Menurut dia, BMKG telah mengeluarkan sejumlah rekomendasi yang bisa dijadikan acuan masyarakat dalam beraktivitas. Salah satunya, mengimbau masyarakat yang terdampak gempa Bawean tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
”Masyarakat diimbau menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa atau tidak ada kerusakan yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah,” ujar Daryono.
Adapun warga yang rumahnya rusak, baik sebagian maupun miring akibat gempa, diimbau tidak menempati bangunan tersebut. Lebih baik tinggal di pengungsian yang disiapkan oleh pemerintah. Tidak hanya itu, BMKG juga meminta masyarakat mewaspadai aktivitas gempa susulan signifikan yang mungkin terjadi.
Daryono menyampaikan, rangkaian gempa bumi yang terjadi tidak berpotensi tsunami sehingga masyarakat diimbau tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa di pantai, laut, serta penyeberangan.
Jaringan listrik
Sementara itu, General Manager PT PLN (Persero) UID Jawa Timur Agus Kuswardoyo mengatakan, rangkaian gempa Bawean tidak berdampak pada kondisi kelistrikan di wilayahnya, terutama Tuban dan Gresik. Pihaknya telah mengerahkan petugas lapangan untuk memantau dan memastikan tidak ada infrastruktur kelistrikan yang terdampak.
”Sistem kelistrikan normal, baik di Tuban, Bawean, maupun Surabaya. Petugas kami terus memantau perkembangan situasi di lapangan,” ucap Agus.
Dia mengimbau masyarakat selalu waspada terhadap bahaya kelistrikan saat terjadi bencana. Warga secara mandiri bisa mematikan listrik dari mini circuit breaker (MCB) pada kWh meter.