Promosi dan pemasaran destinasi penting dijalankan seiring upaya pemulihan pariwisata. ASITA Bali menggelar BBTF 2024.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Aktivitas berwisata pascapandemi Covid-19 dinilai sudah membaik, tetapi belum sepenuhnya pulih. Tren berwisata secara global diperkirakan berubah karena berwisata bukan lagi sekadar liburan.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali/Bali Tourism Board (BTB) Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengatakan, industri pariwisata diperkirakan masih tahap pemulihan pascapandemi Covid-19. Seiring proses pemulihan itu, menurut Partha, aktivitas berwisata juga menunjukkan pembaruan.
”Edutrip, perjalanan bisnis, dan leisure masih menjadi tren global,” kata Partha dalam sesi jumpa pers menyongsong pelaksanaan ajang 10th Bali and Beyond Travel Fair (BBTF), yang diadakan DPD Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Bali, di The Westin Resort Nusa Dua, kawasan ITDC The Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (21/3/2024).
Oleh karena itu, menurut Partha, kalangan pelaku usaha pariwisata, khususnya di Bali, juga harus beradaptasi dan menyiapkan diri menghadapi perubahan tren berwisata secara global. Para wisatawan ke depannya diperkirakan akan lebih meminati destinasi, yang mengimplementasikan pariwisata berkelanjutan dan pariwisata berwawasan lingkungan.
Pandangan Partha dalam sesi jumpa pers menjelang 10 BBTF itu sejalan dengan pemaparan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno dalam sesi ”The Weekly Brief With Sandi Uno” di Jakarta, Senin (19/3/2024). Dalam siaran pers Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif disebutkan, fenomena revenge travel atau perjalanan wisata secara masif setelah tertunda selama pandemi Covid-19 diperkirakan akan menurun pada 2024.
Lebih lanjut Sandiaga menyebutkan, industri pariwisata diperkirakan kembali pulih pada 2025. Meskipun pariwisata diperkirakan mulai normal, pariwisata akan menghadapi sejumlah tantangan. Tantangan bagi industri pariwisata ke depannya, di antaranya, masih terjadinya ketegangan geopolitik, perlambatan ekonomi, dan inflasi.
Terkait hal itu, promosi dan pemasaran destinasi menjadi penting. Ajang promosi dan pemasaran destinasi melalui Bali and Beyond Travel Fair (BBTF), menurut Partha, menjadi penting untuk didukung seluruh pemangku kepentingan terkait industri pariwisata, khususnya di Bali. ”BBTF ini penting untuk pemosisian Bali dalam industri pariwisata dunia,” ujar Partha menambahkan.
Ketua Komite 10th BBTF, yang juga Ketua DPD ASITA Bali, I Putu Winastra mengatakan, penyelenggaraan BBTF hingga tahun ke-10 itu menunjukkan kepercayaan para pelaku pasar utama pariwisata terhadap ajang travel fair, yang diinisiasi ASITA Bali itu. Winastra menambahkan, BBTF juga menjadi upaya menjaga Bali sebagai jenama destinasi dunia, selain menjadi ajang temu bisnis antara penjual (seller) dan pembeli (buyer) dalam pameran dagang.
”Tahun ini, pemerintah mencanangkan kunjungan 14,3 juta wisatawan mancanegara dan 1,5 miliar pergerakan wisatawan Nusantara, di mana Bali diharapkan mengambil peran dengan kontribusi hampir 50 persennya,” kata Winastra serangkaian jumpa pers menuju ajang 10th BBTF di The Westin Resort Nusa Dua, Badung, Kamis (21/3/2024).
Untuk tahun 2023, jumlah wisatawan mancanegara ke Bali sudah mencapai 5,3 juta kunjungan atau hampir menyamai jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada 2019 yang sebanyak 6,3 juta kunjungan.
Winastra menerangkan, dalam pelaksanaan BBTF 2024, yang bertemakan ”Exploring and Experiencing Sense of Indonesia’s Beauty”, ditargetkan 400 buyers dari 51 negara akan bertemu 250 sellers dari seluruh Indonesia. Selama ajang temu bisnis, yang dilaksanakan mulai 12 Juni sampai 14 Juni 2024, diharapkan dapat menghasilkan kontrak bisnis mencapai nilai Rp 8,1 triliun. Pelaksanaan BBTF 2023 dinyatakan mampu menghasilkan kontrak bisnis senilai Rp 6,7 triliun.
Dalam sesi jumpa pers menyongsong ajang 10th BBTF, Kamis (21/3/2024), Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata di Dinas Pariwisata Provinsi Bali Ida Ayu Indah Yustikarini mengatakan, jumlah kedatangan penumpang penerbangan rute internasional ke Bali melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai berkisar 16.000 orang setiap harinya. Terdapat 39 maskapai yang sudah mengoperasikan penerbangan rute internasional ke Bali.
Dari keterangan pihak PT Angkasa Pura I Cabang Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, dalam kurun dua bulan sejak Januari 2024, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai sudah melayani 1,002 juta penumpang internasional, yang datang maupun yang berangkat, dengan 5.520 pergerakan pesawat, yang mendarat maupun yang bertolak.
Secara keseluruhan, berdasarkan siaran pers itu, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai melayani 3,555 juta penumpang domestik maupun penumpang internasional sampai Februari 2024.
“Untuk tahun 2023, jumlah wisatawan mancanegara ke Bali sudah mencapai 5,3 juta kunjungan, atau hampir menyamai jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada 2019, yang sebanyak 6,3 juta kunjungan,” kata Dayu Indah dalam sesi jumpa pers menyambut ajang 10th BBTF di The Westin Resort Nusa Dua, Kamis (21/3).
Dayu Indah menambahkan, lima negara asal wisman terbanyak ke Bali pada 2023 adalah Australia, India, China, Inggris, dan Amerika Serikat. “Untuk tahun (2024) ini, kami menargetkan jumlah kunjungan wisman ke Bali sebanyak 6 juta kunjungan,” kata Dayu Indah.