Ditlantas Polda Sumsel berusaha mengantisipasi kemacetan, kecelakaan, dan pelanggaran selama arus mudik Idul Fitri ini.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Jumlah pemudik dari dan menuju Sumatera Selatan dalam rangka hari raya Idul Fitri tahun ini diprediksi jauh meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal itu dipengaruhi sarana prasarana mudik yang bertambah dan aktivitas masyarakat yang sepenuhnya normal setelah dilanda pandemi Covid-19.
”Jumlah pemudik tahun ini kemungkinan akan lebih meningkat dibanding tahun lalu. Sejauh ini kami masih mengumpulkan data terkait dari semua wilayah di Sumsel,” ujar Direktur Lalu Lintas Polda Sumsel Komisaris Besar M Pratama Adhyasastra seusai bertemu Penjabat Gubernur Sumsel Agus Fatoni di Kantor Gubernur Sumsel, Palembang, Rabu (20/3/2024).
Perkiraan meningkatnya jumlah pemudik tahun ini dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya jumlah sarana prasarana mudik yang bertambah, seperti jumlah terminal bus. Di samping itu, aktivitas masyarakat yang sudah sepenuhnya normal atau tidak ada lagi pembatasan setelah pemerintah mencabut status pandemi Covid-19 pada 21 Juni 2023.
”Momen mudik Idul Fitri tahun ini tidak sama dengan masa liburan Natal dan Tahun Baru kemarin yang beririsan dengan masa Pemilu 2024 dan mudik Idul Fitri tahun lalu yang masih dalam suasana pandemi. Dengan begitu, aktivitas masyarakat akan jauh lebih meningkat dalam masa mudik tahun ini,” kata Pratama.
Untuk menghadapi arus mudik kali ini, Pratama menyatakan akan mengikuti rapat lintas sektor tingkat nasional yang dipimpin oleh Kepala Polri, Panglima TNI, dan kementerian/lembaga terkait di Jakarta, 25 Maret, ini. Setelah itu, hasil rapat akan ditindaklanjuti dengan rapat lintas sektor tingkat daerah yang dipimpin Kepala Polda Sumsel, Panglima Kodam II Sriwijaya, dan Gubernur Sumsel.
Polda Sumsel berencana menyiapkan 85 pos yang terdiri dari pos pelayanan, pengamanan, dan terpadu. Pos pelayanan tersebar di sejumlah titik jalur lalu lintas pemudik. Pos pengamanan berada di pusat-pusat keramaian, antara lain tempat ibadah, rekreasi, dan pertokoan. Pos terpadu ditempatkan di sarana transportasi, seperti terminal, stasiun, pelabuhan, dan bandara.
”Total kekuatan yang akan dikerahkan dua pertiga dari jumlah personel yang ada,” ujar Pratama.
Aktivitas masyarakat akan jauh lebih meningkat dalam masa mudik tahun ini.
Di sisi lain, Direktorat Lalu Lintas Polda Sumsel sudah mulai memetakan beberapa lokasi rawan, antara lain rawan kemacetan, kecelakaan, dan pelanggaran di wilayah Sumsel. Setidaknya, ada 45 titik rawan kemacetan di Sumsel, terutama di pusat-pusat keramaian atau rekreasi di Palembang serta jalan lintas timur Sumatera di Kabupaten Banyuasin dan Musi Banyuasin.
Salah satu faktor kemacetan adalah kepadatan kendaraan, jalan yang sempit, dan kualitas jalan yang kurang baik. Namun, tahun ini, kondisi jalan relatif cukup baik, kecuali ada beberapa titik di jalan tol yang kini sedang diperbaiki.
”Dari informasi yang diterima, pengelola tol terkait berkomitmen pengerjaan perbaikan tuntas jelang dimulai arus mudik,” ujar Pratama.
Akselerasi pemeliharaan tol
Sementara itu, jelang arus mudik Idul Fitri tahun ini, Hutama Karya memastikan kesiapan dalam menyambut dan melayani pemudik di jalan tol yang mereka kelola, yakni Jalan Tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung (Terpeka) dan Jalan Tol Pekanbaru-Dumai (Permai). Hal itu dilakukan dengan pemeliharaan rutin di sejumlah titik ruas jalan, antara lain Kilometer 147-190 Jalan Tol Terpeka.
Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Tjahjo Purnomo dalam keterangan pers menyampaikan, pemeliharaan itu dikebut agar bisa rampung tepat waktu sebelum dimulai pergerakan mudik. Pemeliharaan yang dimulai sejak Januari itu dilakukan dengan metode beton rigid di Jalan Tol Terpeka yang progresnya mencapai 52 persen dan ditargetkan rampung akhir Maret. Sebaliknya, di Jalan Tol Permai, pemeliharaan mayor sudah tuntas lebih dahulu.
Adapun penerapan metode beton rigid ataupun flexible pavement telah disesuaikan dengan perkerasan existing dari jalan tol. Dengan begitu, pengguna jalan diyakini bisa merasakan kualitas jalan yang lebih nyaman. ”Kami pastikan perjalanan pemudik aman dan nyaman saat melintasi JTTS (Jalan Tol Trans-Sumatera),” ujar Tjahjo.
Menurut Tjahjo, material pemeliharaan yang digunakan, antara lain, 7.900 ton beton aspal atau hotmix. Pengerjaan diawali dengan rekonstruksi dan rekondisi jalan. Tujuan utama pemeliharaan adalah untuk menciptakan zero pothole atau tanpa lubang di jalanan.
”Sebelum dipilih material dan metode pemeliharaannya, kami melakukan penilaian kondisi perkerasan jalan dan identifikasi jenis kerusakan yang terjadi dengan menggunakan metode surface distress index. Itu adalah metode perkerasan berdasarkan skala kinerja jalan yang diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan sehingga pengerjaan bisa lebih terukur,” kata Tjahjo.