Perbaikan Tanggul Jebol di Demak dan Grobogan Ditargetkan Rampung Dua Hari
Tanggul jebol di Grobogan dan Demak ditargetkan segera tertutup. Normalisasi dan penguatan tanggul bakal dilakukan.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sedikitnya enam tanggul sungai di Grobogan dan Demak, Jawa Tengah, jebol hingga membuat beberapa daerah terendam banjir. Perbaikan tanggul-tanggul jebol itu ditargetkan rampung dalam dua hari ke depan.
Sebanyak dua dari enam tanggul jebol cukup panjang. Tanggul di sekitar Bendung Klambu, tepatnya Desa Bugel, Kecamatan Godong, Grobogan, misalnya, jebol hingga 30 meter. Sementara tanggul di Sungai Wulan, tepatnya di Norowito, Desa Ketanjung, Kecamatan Karanganyar, Demak, jebol hingga 20 meter.
”Penanganan terhadap dua tanggul ini masih terus berproses. Untuk di Bugel, hari ini, kami memasang bambu-bambu untuk penguatan dan memasang jumbo bag yang berisi material untuk menutup jebolan. Dalam 1-2 hari ke depan kami harapkan bisa tertutup, jadi debit air yang limpas bisa dikurangi,” kata Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana Harya Muldianto saat dihubungi, Selasa (19/3/2023).
Sementara itu, tanggul jebol di Norowito disebut Harya sudah tertutup sekitar 5 meter pada Selasa pagi. Sama dengan di Bugel, penutupan tanggul di titik itu juga dilakukan menggunakan bambu-bambu dan jumbo bag. Dalam dua hari ke depan, tanggul jebol di titik itu juga ditargetkan sudah bisa tertutup.
Harya menyebut, lokasi tanggul jebol di Norowito sama dengan lokasi tanggul jebol pada awal Februari lalu. Sebenarnya, tanggul itu telah ditutup. Namun, tanggul tanah yang sedang dalam proses pemadatan itu akhirnya jebol lagi karena tingginya debit air yang mengalir ke Sungai Wulan.
”Karena hujan ekstrem yang terjadi, debit air dari Sungai Lusi dan Sungai Serang yang masuk ke Sungai Wulan sangat besar, yakni 1.300 kubik per detik. Selain debitnya lebih besar, durasinya juga panjang, yakni sekitar empat hari,” kata Harya.
Normalisasi
Menurut Harya, debit air tersebut menjadi yang terbesar selama beberapa tahun terakhir. Pada saat tanggul jebol Februari lalu, debit air di Sungai Wulan sekitar 1.100 meter kubik per detik. Kondisi itu berlangsung sekitar sehari.
Tahun ini, normalisasi Sungai Wulan bakal dilakukan untuk meningkatkan kapasitas tampung Sungai Wulan. Normalisasi itu, disebut Harya, bakal dilakukan dari sekitar Tanggulangin yang merupakan perbatasan Demak-Kudus hingga ke hilir atau muara. Kemudian, secara bertahap, akan dilakukan normalisasi ke arah hulu.
”Kami juga akan memperkuat atau memperbaiki tanggul-tanggul yang ada karena kemampuan tanggul sungai saat ini sudah semakin berkurang karena adanya sedimentasi. Sedimen-sedimen ini menumpuk di alur sungai dan membuat jalur air di sungai semakin sempit,” imbuh Harya.
Harya berharap semua pihak turut menjaga agar tidak terjadi erosi di wilayah hulu yang berpotensi membawa sedimen ke sungai. Sebab, berbagai upaya normalisasi sungai akan menjadi sia-sia jika sedimentasi tak dicegah.
Pemerintah Provinsi Jateng juga turut membantu BBWS Pemali-Juana dalam proses perbaikan tanggul. Sejumlah alat berat juga dikerahkan ke lokasi-lokasi tanggul jebol untuk mempercepat penutupan tanggul.
Menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Jateng S R Eko Yunianto, ada sejumlah kendala dalam penutupan tanggul yang jebol tersebut, terutama terkait akses alat berat menuju lokasi tanggul. Di Bugel, misalnya, lokasi tanggul yang jebol berada di sekitar persawahan yang tanahnya lembek. Kondisi itu membuat alat berat tidak bisa bergerak leluasa.
Banyak sampah
”Kemudian, akses alat berat untuk yang di Norowito juga sulit. Kami harus mendatangkan pasir dan batu untuk memadatkan tanah di sekitar lokasi itu agar alat berat bisa lewat. Pengiriman bahan material ke titik-titik tanggul yang jebol juga terkendala karena medan yang sulit tersebut,” ujar Eko.
Eko menyebut pihaknya telah berupaya mencegah jebolnya tanggul-tanggul sungai dengan cara menyusur dan memetakan tanggul-tanggul kritis. Dengan anggaran yang terbatas, perbaikan-perbaikan darurat pun disebut Eko telah dilakukan. Sayangnya, curah hujan yang tinggi tetap saja membuat sejumlah tanggul sungai tersebut jebol.
”Selain karena adanya sedimentasi, di sungai-sungai itu banyak sampah. Ini yang membuat daya tampungnya menjadi tidak maksimal. Hal itu masih ditambah dengan faktor cuaca ekstrem,” katanya.
Sebelumnya, Penjabat Gubernur Jateng Nana Sudjana meminta agar seluruh tanggul sungai ataupun bendungan di wilayahnya dievaluasi. Perbaikan terhadap tanggul-tanggul yang dalam kondisi rawan juga bakal dilakukan secara bertahap.
”Ke depan masih ada potensi cuaca ekstrem yang akan terjadi. Jadi, jangan sampai ada tanggul yang tidak kuat menahan debit air sungai yang tinggi,” ucap Nana.