Perang Sarung Berujung Maut, Remaja di Lampung Selatan Tewas
Perang sarung yang dulu merupakan permainan kini dilakukan secara berlebihan dan menjadi cara baru untuk tawuran.
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Levino Rafa Fadila (14), remaja asal Desa Kecapi, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, tewas saat terlibat perang sarung antarremaja di sekitar tempat tinggalnya. Polres Lampung Selatan sedang menyelidiki kasus ini. Warga diimbau menghentikan aktivitas perang sarung karena membahayakan.
Kepala Polres Lampung Selatan Ajun Komisaris Besar Polisi Yusriandi Yusrin membenarkan terjadinya peristiwa tersebut. ”Kejadiannya benar, sedang dalam penyelidikan,” katanya saat dikonfirmasi dari Bandar Lampung, Selasa (19/3/2024).
Peristiwa naas itu terjadi pada Senin (18/3/2024) malam di Jalan Kecapi Pematang, Desa Kecapi, sekitar pukul 22.00 WIB. Saat itu, sekelompok remaja dari Desa Kecapi dan Desa Pematang berkumpul dan bermain perang sarung. Korban yang ikut dalam permainan perang sarung tersebut tiba-tiba terkapar di jalan.
Korban sempat dibawa ke bidan terdekat. Karena sudah tidak sadarkan diri, Levino kemudian dibawa ke Rumah Sakit Bob Bazar, Kalianda, untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Namun, korban dinyatakan meninggal pada Senin malam di rumah sakit.
Rekaman peristiwa perang sarung yang menewaskan Levino kemudian tersebar di media sosial. Dalam video berdurasi 35 detik tersebut, terlihat puluhan remaja laki-laki saling sabet menggunakan sarung yang telah diikat ujungnya. Peristiwa itu terlihat terjadi tengah malam di pinggir jalan beraspal.
Hingga kini, kasus meninggalnya Levino masih diselidiki oleh Polres Lampung Selatan. Polisi masih harus melakukan serangkaian penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan penyebab meninggalnya korban. Polisi juga sedang mengusut apakah ada unsur tindak pidana dalam peristiwa itu.
Menyikapi kejadian itu, Polres Lampung Selatan mengeluarkan imbauan melalui media sosial agar masyarakat menghentikan permainan perang sarung. Polisi juga mengajak agar semua pihak menjaga dan mengawasi anak-anak saat bermain di luar rumah. ”Jangan biarkan anak-anak menjadi korban akibat permainan perang sarung ini,” kata Yusriandi.
Polres Lampung Selatan juga meningkatkan patroli selama Ramadhan untuk mencegah terjadinya aksi kenakalan remaja, seperti tawuran atau balap liar. Patroli difokuskan di sejumlah daerah rawan.
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Lampung Puji Raharjo menyatakan turut prihatin dengan peristiwa tersebut. Peristiwa ini menjadi alarm agar para orangtua dan semua pihak meningkatkan kepeduliaan kepada anak-anaknya saat bermain di luar rumah.
”Kami tentu mengajak semua masyarakat agar mengisi bulan Ramadhan dengan kegiatan positif. Pengurus pondok pesantren dan pengurus masjid harus sama-sama mengajak para remaja untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat,” kata Puji.
Permainan perang sarung biasanya dilakukan para remaja seusai shalat Tarawih. Namun, saat ini permainan saling memukul dengan sarung itu dilakukan secara berlebihan. Aktivitas itu justru berkembang menjadi cara baru para remaja untuk melakukan tawuran.
Jangan biarkan anak-anak menjadi korban akibat permainan perang sarung ini.