Masyarakat Sumba Duga Ratu Wulla Dipaksa dan Diancam Mundur
Sebagian masyarakat Sumba menduga, Ratu Wulla mundur bukan atas kemauan sendiri.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pengunduran diri Ratu Ngadu Bonu Wulla, calon anggota DPR peraih suara terbanyak dari Partai Nasdem untuk daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur II, membuat kecewa masyarakat Pulau Sumba yang memilihnya. Masyarakat menduga pengunduran diri tersebut dilakukan dalam kondisi paksaan dan di bawah ancaman.
”Waktu terpilih dengan suara terbanyak dan dipastikan meraih satu kursi, mama (Ratu) menangis. Mama janji akan terus berjuang untuk Sumba,” kata Andreas B Dadi, tokoh muda Sumba Barat Daya lewat sambungan telepon pada Selasa (19/3/2024) pagi.
Dugaan Andreas, yang mengaku dekat dengan Ratu Wulla, pengunduran diri sebagai calon anggota DPR itu bukan atas kemauan Ratu sendiri. ”Ini ada paksaan atau muatan ancaman,” ujarnya.
Dalam Pemilu 2024, Ratu Wulla adalah calon anggota legislatif petahana dari Partai Nasdem. Ia adalah istri dari mantan Bupati Sumba Barat Daya Markus Dairo Talu.
Terkait dugaan pemaksaan itu, Andreas tidak menyebutkan pihak yang dituding. Namun, ia yakin, dengan melihat kondisi hari ini, publik sudah bisa memahaminya. ”Tanpa perlu saya sebutkan, publik sudah bisa paham,” ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, mundurnya Ratu memberi jalan bagi Viktor Laiskodat, elite Partai Nasdem, untuk melanggeng ke Senayan. Dalam pertarungan di internal partai, perolehan suara Ratu mengalahkan Viktor yang baru lima bulan meletakkan jabatannya sebagai gubernur NTT.
Pada Pemilu 14 Februari 2024 lalu, sebanyak 76.331 orang memilih Ratu Wulla, sedangkan Viktor dipilih oleh 65.359 orang. Viktor meraih suara tertinggi kedua setelah Ratu Wulla. Adapun total perolehan suara Partai Nasdem 207.732 yang jika dikonversi hanya mendapatkan satu kursi. Pada Pemilu 2019, di dapil itu Nasdem meraih dua kursi.
Hingga kini, Ratu Wulla belum menjelaskan alasan pengunduran dirinya. Nasdem secara institusi juga belum membeberkan alasan tersebut. ”Kami hubungi mama (Ratu), tetapi tidak direspons. Padahal, selama ini kami sangat intens berkomunikasi. Kabarnya, beliau akan ke Sumba pada 4 April nanti,” kata Andreas.
Sebelumnya, petinggi Nasdem di NTT, Alesander Ofong, menyatakan bahwa mundurnya Ratu atas kemauan sendiri. Ia membantah tuduhan adanya konspirasi dan kolusi politik atau terkait barter politik. Mengenai berbagai spekulasi publik, hal itu merupakan bagian dari demokrasi (Kompas, 13/3/2024).
Kemenangan Ratu atas Viktor dan lima calon lain di Nasdem ditentukan oleh dukungan suara yang signifikan dari masyarakat Sumba. Di Kabupaten Sumba Barat Daya yang menjadi basis utamanya, Ratu Wulla mendapatkan 61.339 suara atau 34,4 persen dari pengguna hak pilih di daerah itu yang berjumlah 178.479.
Perolehan suara di satu kabupaten itu menyumbang 80,4 persen dari keseluruhan dukungan terhadap Ratu Wulla di Dapil NTT II. Dapil itu meliputi 12 kabupaten/kota, yakni Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Sumba Tengah, Sumba Timur, Sabu Raijua, Rote Ndao, Kupang, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, Malaka, Belu, dan Kota Kupang.
Sebagian masyarakat menganggap Ratu Wulla dizalimi. Sebagai ungkapan kekecewaan atas pengunduran diri itu, masyarakat Sumba menggelar acara Malam 73.000 Lilin di Alun-alun Tambolaka, Sumba Barat Daya, Minggu (17/3/2024) malam.
Acara dihadiri ratusan orang termasuk tokoh agama setempat. Mereka menyebutnya 73.000 dengan makna 73.000 lebih suara sah yang diraih Ratu Wulla. Suara sah itu merupakan mandat langsung dari masyarakat.
Dalam rekaman video yang diperoleh Kompas, Pater Wilfrid Babun SVD yang hadir dalam acara itu mengatakan, Ratu Wulla ibarat bulan di malam gelap bagi masyarakat Sumba. Ratu Wulla yang menjadi anggota DPR periode 2019-2024 itu adalah sosok yang memperjuangkan kepentingan masyarakat. ”Beliau adalah ibu yang baik dan tahu apa yang terbaik bagi masyarakat,” kata Wilfrid.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Hermawi Taslim enggan menjelaskan alasan Ngadu Bonu Wulla atau Ratu Wulla mundur dari daftar calon anggota legislatif DPR RI periode 2024-2029. Menurut dia, pihak yang berwenang menjelaskan alasan itu adalah Ratu Wulla karena Partai Nasdem hanya membuat surat pengantar pengunduran diri itu.
”Jadi, kami (Partai (Partai Nasdem) hanya menyampaikan aspirasi Ratu. Kalau mau tahu isi suratnya, tanya ke KPU. (Oleh) Karena itu surat orang, mana boleh saya ceritakan kepada orang lain, tidak boleh dong,” ujar Hermawi saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (13/3/2024) (Kompas.id/13/3/2024).
Dugaan Andreas yang mengaku dekat dengan Ratu Wulla, pengunduran diri sebagai calon anggota DPR itu bukan atas kemauan Ratu sendiri.
Pengamat politik dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Mikhael Rajamuda Bataona, mengatakan, apa yang terjadi dengan Ratu Wulla merupakan anomali politik kekuasaan.
”Umumnya politisi itu habitusnya adalah merebut kekuasaan, mempertahankan kekuasaan itu sekuat tenaga dengan segala daya serta sumber daya, lalu melipatgandakan kekuasaan itu,” katanya.
Menurut Mikhael, mundurnya Ratu Wulla bisa jadi demi mendapatkan sesuatu yang lebih besar. Ratu tidak mengalami kehilangan dalam artian nol atau zero-sum game.
Ada keuntungan besar di baliknya yang mungkin akan diperoleh Ratu dan keluarga. Suami Ratu diisukan akan maju kembali menjadi calon bupati Sumba Barat Daya. Keuntungan itu dibayar mahal dengan hilangnya kepercayaan publik.