Sejumlah Rumah di Batu Retak akibat Tanah Bergerak
Sebanyak 10 rumah, sekolah, jalan, hingga lahan pertanian di Batu retak akibat tanah bergerak.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
BATU, KOMPAS — Sejumlah rumah warga di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, retak akibat tanah bergerak yang dipicu hujan deras dalam beberapa hari terakhir. Tidak hanya rumah, keretakan juga terjadi pada fasilitas pendidikan, jalan, hingga lahan pertanian.
Data Pusat Pengendali Operasional Penanganan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu menyatakan ada 10 rumah warga yang temboknya retak 10-18 sentimeter (cm). Rumah tersebut, antara lain, milik Sugiari, Ngarpai, Suparno, Mas’ud, Nurcahyo, Sukadi, Janip, Suliyan, dan Isrofi.
Beberapa keretakan juga dijumpai pada tembok SD-SMP Satu Atap Baru yang ada di Dusun Brau. Jalan aspal antardusun juga retak dan ambles 20-30 cm.
Minggu (17/3/2024), lokasi retakan di jalan antardusun telah ditutup dengan semen. Adapun lokasi retakan pada SD-SMP Satu Atap telah diamankan menggunakan tali agar orang tidak mendekat ke tempat itu.
Menurut warga, keretakan terjadi sejak sepekan terakhir. Penyebabnya hujan deras yang turun dalam beberapa hari ini. ”Tadi malam juga hujan lagi. Akhir-akhir ini hujannya memang deras,” ujar Ngatmini, salah satu warga.
Sejauh ini tidak ada warga yang mengungsi. Mereka menempati rumah masing-masing meski hujan lebat. ”Warga tidak khawatir mungkin karena sudah terbiasa menghadapi tanah bergerak,” kata Kasino (56), warga yang lain.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Batu Agung Sedayu mengatakan, kondisi tanah dan curah hujan tinggi menjadi penyebab gerakan tanah di Brau. Upaya yang dilakukan adalah mengkaji persoalan itu dengan cepat, berkoordinasi dengan pihak terkait, dan menutup sementara jalan aspal yang rusak.
Selain itu, ada beberapa rekomendasi, yakni merelokasi area atau bangunan terdampak, alih fungsi kawasan menjadi daerah tangkapan air, serta rekayasa teknis penguatan struktur tanah dengan melibatkan penelitian oleh akademisi. BPBD terus memonitor kondisi yang ada.
Warga tidak khawatir mungkin karena sudah terbiasa menghadapi tanah bergerak.
Peristiwa tanah bergerak di Brau bukan kali ini saja terjadi. Pada 2021 ada belasan keluarga yang mengungsi akibat peristiwa serupa. Untuk menangani masalah tersebut, terlontar ide untuk merelokasi warga yang bermukim di kawasan rawan bencana.
Namun, upaya itu belum terwujud sampai sekarang. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab, mulai dari keengganan warga karena tempat relokasi terlalu jauh hingga Pemerintah Kota Batu yang kesulitan mencari lahan pengganti di wilayah sekitar.
Mengenai tingginya curah hujan dalam sepekan terakhir, hal itu dibenarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Sebelumnya, prakirawan Stasiun Klimatologi Malang, Firda Amalia M, mengatakan, tingginya curah hujan saat ini tidak terlepas dari dinamika atmosfer.
Selain tengah berada di musim hujan, saat ini juga ada Madden Julian Oscillation yang berpotensi meningkatkan curah hujan. Selain itu, juga ada bibit siklon yang berada di selatan Pulau Jawa yang berpotensi meningkatkan cuaca ekstrem, berupa hujan lebat disertai petir dan angin kencang serta gelombang tinggi di perairan selatan Jawa.