Kecelakaan akibat Cuaca Ekstrem Terus Bertambah, Warga Maluku Waspada
Pencarian terhadap korban kecelakaan laut juga perlu dilakukan secara hati-hati mengingat cuaca kerap berubah ekstrem.
TANIMBAR, KOMPAS — Korban akibat kecelakaan laut yang disebabkan cuaca ekstrem berupa gelombang tinggi terus bertambah di wilayah Perairan Maluku. Upaya pencarian terhadap korban harus dilakukan dengan waspada dan hati-hati mengingat cuaca kerap berubah secara mendadak.
Gelombang tinggi di kawasan ini juga diprediksi masih akan terjadi hingga beberapa hari ke depan.
Terbaru, peristiwa kecelakaan laut terjadi di perairan Tanimbar yang menimpa warga Desa Wowonda, Yeremias Takndare (40), bersama enam orang lain, yaitu Yohanes Salwey (26), Yufita Takndare (22), Alowisya Matruty (14), Norberta Sakliresi (14), Defota Salken (14), dan Kristina Sakliresi (14). Ketujuh korban hilang saat hendak pulang menggunakan perahu panjang (long boat) menuju Desa Wowonda, setelah piknik di Pantai Cinta Kasih, Tumbur, Tanimbar, Maluku, Rabu (13/3/2024).
Warga Desa Wowonda, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, Petrus Takndare (66), mengatakan, kabar hilangnya beberapa anggota keluarganya tersebut bermula dari sambungan telepon seluler milik korban, Yeremias.
Pada Kamis (14/3/2024), Yeremias sempat menghubungi Petrus untuk mengabarkan, baling-baling long boat yang ia pakai rusak dihantam gelombang.
Esok harinya, Jumat (15/3/2024) pagi, Petrus kembali menerima pesan berupa pesan audio (voice note) dari salah satu korban, Yufita Takndare.
Dalam voice note yang diperdengarkan, Yufita mengabarkan bahwa korban bernama Yeremias Takndare sudah meninggal. Ia bersama anak-anak lain pun berharap bantuan segera datang untuk menjemput mereka. Setelahnya, tidak ada lagi komunikasi antara Petrus dan para korban hingga Minggu (17/3/2024).
Sebelum kejadian, salah satu warga Desa Tumbur mengingatkan rombongan untuk tidak pulang ke Desa Wowonda dahulu, mengingat cuaca sedang buruk dan hari sudah malam.
”Beberapa korban tetap ingin pulang karena harus sekolah pada pagi harinya. Sekarang sudah hilang kontak kembali. Pencarian masih dilakukan hingga kini. Saya berharap pemerintah juga bisa menggunakan peralatannya untuk membantu evakuasi,” ucap Petrus, di Tanimbar, Maluku, Minggu.
Baca juga: Cuaca Ekstrem Picu Kecelakaan Laut di Maluku
Hingga kini, pencarian dari Tim Pencarian dan Pertolongan (SAR) Gabungan masih terus dilakukan. Pencarian juga dilakukan oleh warga Desa Wowonda dan Desa Tumbur dengan menggunakan enam perahu.
Kejadian ini menambah daftar peristiwa kecelakaan laut di tengah cuaca buruk di perairan Maluku, khususnya wilayah Tanimbar.
Pada Minggu (10/3/2024), empat warga sedang memancing di perairan antara Pulau Matakus dan Pulau Astubun, Tanimbar, Maluku. Keempat warga menggunakan perahu masing-masing. Namun, cuaca tiba-tiba berubah menjadi ekstrem sehingga membatasi jarak pandang antarwarga.
Pada Selasa (12/3/2024), tiga dari empat korban berhasil sampai ke Saumlaki. Namun, seorang warga, Edal Tuwatanassy (26), belum ditemukan hingga kini.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Kepolisian Resor Tanimbar Ajun Komisaris Besar Umar Wijaya menjelaskan, saat pencarian kelompok Yeremias, kondisi laut sedang hujan ringan, dengan tinggi gelombang hingga 3 meter.
Dengan kondisi tersebut, kepolisian menghimbau warga untuk tidak melaut dan tetap waspada di tengah cuaca buruk yang melanda Maluku.
”Tim masih melakukan pencarian, tetapi tetap waspada dan mengutamakan keselamatan mengingat cuaca sering tiba-tiba berubah menjadi ekstrem,” ucapnya.
Selain di Tanimbar, kecelakaan laut juga terjadi di wilayah Ambon dan Maluku Tengah. Dalam waktu dua minggu ke belakang, satu perahu tenggelam di perairan Banda, Maluku Tengah, Rabu (13/3/2024). Tiga orang masih dalam pencarian.
Di wilayah Ambon, seorang warga yang melaut dinyatakan hilang saat memancing di perairan Pintu Kota Ambon, Minggu (10/3/2024).
Bahkan, pada awal Februari lalu, kapal tanker minyak MT Koan karam di perairan Tanimbar setelah dihantam gelombang setinggi hingga 5 meter.
Warga diimbau waspada saat beraktivitas di perairan mengingat cuaca kerap berubah secara ekstrem.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksikan gelombang setinggi 1 meter hingga 2,5 meter berpeluang terjadi di perairan Provinsi Maluku hingga Senin (18/3/2024).
Kondisi gelombang tinggi tersebut terpengaruh dari pola angin di wilayah Indonesia bagian utara yang bergerak dari bagian utara menuju timur laut dengan kecepatan hingga 20 knot. Angin juga berasal dari wilayah Indonesia bagian selatan dengan kecepatan 10-35 knot.
Baca juga: Peringatan Dini Gelombang Tinggi di Maluku, Aktivitas Pelayaran Berisiko Tinggi
Kondisi gelombang tinggi ini sudah kerap terjadi sejak Februari lalu. Prakirawan Stasiun Meteorologi Maritim BMKG Ambon, Yasinta Laweri, menjelaskan, dengan kondisi kecepatan angin hingga 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter, aktivitas warga yang menggunakan perahu nelayan dan kapal tongkang dinilai berisiko besar.
Masyarakat diimbau tidak beraktivitas di sekitar area pesisir dan selalu waspada terhadap ancaman gelombang tinggi. Khusus untuk Tanimbar, wilayah tersebut berpotensi dilanda banjir rob hingga Senin depan.
”Untuk gelombang tinggi hingga 2,5 meter berpeluang terjadi di Laut Arafuru. Keadaan ini masuk risiko tinggi untuk keselamatan pelayaran, mulai dari nelayan hingga feri. Warga pesisir diimbau waspada,” ucapnya.