Di Balik Terpilihnya Istri dan Tiga Anak Bupati Konawe Selatan pada Pileg 2024
Istri dan tiga anak Bupati Konawe Selatan terpilih dalam Pileg 2024. Sebuah potret jamak di penjuru Nusantara.
Bertarung di pemilihan legislatif 2024, empat anggota keluarga inti Bupati Konawe Selatan Surunuddin Dangga lolos terpilih. Istri dan tiga anaknya bakal menduduki kursi legislatif di pusat, provinsi, hingga kabupaten, mempertajam potret jamak politik dinasti di sejumlah daerah.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
”Alhamdulillah dengan hasil yang ada. Ini semua karena masing-masing telah memiliki modal sosial di masyarakat, saya kira,” kata Surunuddin saat dihubungi pada Rabu (13/3/2024) petang.
Keluarga inti Surunuddin Dangga yang bertarung dalam pemilihan legislatif 2024 ada empat orang. Istrinya, Nurlin Surunuddin, caleg petahana DPRD Provinsi Sultra. Lalu ketiga anaknya, yakni Aksan Jaya Putra, juga untuk DPRD provinsi; Adi Jaya Putra untuk DPRD Kabupaten Konawe Selatan; dan Leni Andriani Surunuddin menjadi anggota DPD RI.
Nurlin terpilih kembali untuk caleg DPRD Provinsi Sultra. Ia maju sebagai caleg Partai Golkar dapil Sultra II, yaitu Konawe Selatan dan Bombana. Ia meraih 22.980 suara alias yang tertinggi di dapil tersebut.
Aksan Jaya Putra juga maju dari Partai Golkar dapil Sultra I, yaitu Kota Kendari, dan meraih 15.318 suara. Seperti sang ibu, Aksan juga petahana di legislatif tingkat provinsi. Ia juga digadang-gadang maju sebagai wali kota Kendari pada Pilkada 2024 ini.
Selanjutnya, Adi Jaya Putra terpilih di legislatif Kabupaten Konsel. Ia meraih 6.131 suara yang diklaim tertinggi untuk suara calon pribadi se-Sultra. Berbeda dengan ibu dan adiknya, Adi maju dari Partai Nasdem. Ia juga Ketua DPD Nasdem Konawe Selatan.
Terakhir adalah Leni Andriani Surunuddin yang lolos ke Senayan sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Dalam rekapitulasi KPU Sultra, ia meraih 156.919 suara dan mengunci satu dari empat kursi DPD.
Surunuddin menyampaikan, kunci terpilihnya para anggota keluarganya ada beberapa hal. Pertama, keluarga besar telah solid sejak awal. Keluarga besarnya tersebar di Konawe, Konawe Selatan, hingga Kendari. Hal ini memudahkan tahapan selanjutnya.
Tentunya kalau dibilang mendompleng nama saya, itu tidak bisa dihindari karena mereka keluarga. (Surunuddin)
Menurut dia, modal sosial juga tertanam sejak lama. Nurlin dan Aksan merupakan petahana untuk DPRD Sultra. Sementara Leni pernah maju pada periode sebelumnya dan memiliki basis puluhan ribu suara. Adapun Adi saat ini juga berkarier di bidang politik.
”Tentunya kalau dibilang mendompleng nama saya, itu tidak bisa dihindari karena mereka keluarga. Secara pengalaman juga saya di legislatif 15 tahun, dan hampir 10 tahun sebagai bupati. Kalau orang mengingat dan memilih keluarga kami, itu adalah hasil investasi sosial,” ujar Surunuddin.
Baca juga: Kuasa Suara Para Istri Bupati dalam Pileg di Sultra
Terkait strategi dan logistik, Surunuddin tidak membantah bahwa dirinya turut terlibat. Sejak awal ia memberi saran daerah pemilihan yang tidak saling bentrok dengan lainnya. Ia juga membantu untuk biaya kampanye keluarga.
”Tapi, tidak seberapa (biaya) membantunya. Saya bilang dari awal, kalau kalian mau maju jangan pernah ganggu saya. Silakan berusaha sendiri, bermodalkan modal sosial yang terbangun sejak lama. Tidak ada saya intervensi di lapangan,” tuturnya.
Menurut Surunuddin, untuk terpilih diperlukan jejak panjang di masyarakat. Tidak hanya memiliki biaya, tetapi juga investasi sosial di masyarakat. Sebab, para pemilih juga telah melek politik dengan berbagai saluran pengawasan yang terbuka.
Terpilihnya empat anggota keluarga tentu dekat dengan anggapan politik dinasti. Ia mengaku maju dalam kontestasi adalah hak politik masing-masing yang tidak bisa ia larang.
Akan tetapi, sejak awal ia telah mengingatkan semuanya bahwa dunia politik itu penuh suka dan duka. Politik adalah jalan pengabdian untuk kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, saat terpilih juga harus memegang komitmen dan tetap berpihak pada rakyat.
Dinasti politik
Selain di Konawe Selatan, sejumlah keluarga pejabat juga terpilih di legislatif baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Istri Bupati Kolaka Timur, Hartini, lolos sebagai caleg Provinsi Sultra dengan raihan 23.696 suara. Selain Hartini, ada juga nama Nurponirah di dapil VI Sultra. Nurponirah maju dari Partai Bulan Bintang dengan raihan suara 24.473 suara. Suaminya, Ruksamin, adalah ketua DPW partai tersebut. Ruksamin juga Bupati Konawe Utara yang saat ini sedang menjabat periode kedua.
Selain aji mumpung, hal ini juga mengindikasikan begitu kuatnya korelasi struktur birokrasi dan kepemimpinan dalam kemenangan calon. Andi Awaluddin Ma’ruf)
Survei periodik Kompas pada Desember 2023 merekam kuatnya faktor keluarga dalam memengaruhi keputusan politik seorang individu. Pengaruh ini berlaku baik dalam pilihan partai politik maupun pilihan presiden. Dengan kata lain, faktor kekerabatan dalam keluarga masih menjadi tumpuan pertimbangan preferensi politik.
Lebih dari separuh responden (65,8 persen) mengatakan, dalam memilih sosok presiden, keluarga paling memengaruhi pilihan mereka. Keluarga yang dimaksud meliputi orangtua, pasangan suami atau istri, anak, hingga saudara. Selain pilihan calon presiden, pengaruh keluarga juga terlihat pada pilihan partai. Dengan proporsi lebih kecil, sebanyak 62,3 persen responden mengaku keluarga turut memengaruhi mereka dalam menentukan pilihan partai politik.
Akademisi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Kendari, Andi Awaluddin Ma’ruf, menjabarkan fenomena kemenangan istri dan keluarga inti kepala daerah di wilayah ini bukan hal yang baru. Bertahun-tahun sebelumnya begitu banyak kerabat para pejabat yang memenangi kontestasi di pemilihan anggota legislatif. Mereka berlomba-lomba menjadikan keluarga dekat menduduki kursi tertentu.
Selain aji mumpung, hal ini juga mengindikasikan begitu kuatnya korelasi struktur birokrasi dan kepemimpinan dalam kemenangan calon. Peran bupati yang menjadi pemimpin di daerah begitu besar dalam kemenangan keluarga dekat.
Sementara itu, kondisi berbeda terjadi pada mantan kepala daerah yang tidak lagi menguasai birokrasi karena ia mudah tersingkir dari kontestasi. Konawe, misalnya, yang sebelumnya dikuasai partai yang mengusung mantan bupati, kini diambil alih oleh partai lain. Di Kendari ada caleg petahana yang saat ini suaranya minim setelah orangtuanya pensiun.
Baca juga: Dinasti Politik dan Ancaman Demokrasi
”Kepala daerah itu memegang struktur birokrasi hingga tingkat paling bawah. Ada informasi, misalnya, lurah, atau kepala desa, bahkan tingkat RT yang diarahkan untuk memobilisasi suara. Banyak pola yang bisa dipakai untuk meraih suara tinggi di daerah,” katanya.
Siti Zuhro, dalam analisisnya (Kompas, Sabtu, 4/11/2023) menuliskan, dinasti politik adalah strategi untuk mempertahankan kekuasaan agar tetap berada dalam lingkaran keluarga. Dinasti politik cenderung memunculkan multiplikasi aktor (aktor-aktor yang muncul hanya di kalangan dinasti), bukan pluralisme aktor (aktor-aktor yang muncul cenderung variatif dari berbagai latar belakang).
Dinasti politik sebetulnya merupakan perwujudan dari neopatrimonial. Regenerasi kekuasaan tidak dilakukan melalui penunjukan seperti dalam masyarakat patrimonial, tetapi melalui demokrasi prosedural. Pimpinannya dipilih rakyat, tetapi persoalannya yang menentukan siapa calonnya adalah partai politik.
Solusi mujarab terhadap dinasti politik adalah perlunya dilakukan melalui reformasi parpol. Partai politik harus melakukan kaderisasi dan sistem promosi kader secara benar yang mengacu pada pola merit system, transparan, dan akuntabel. Seleksi calon pemimpin dan pengawasannya sebagai suatu mekanisme untuk menjaga kualitas (quality control) kader harus senantiasa dilakukan parpol.