Bentengi Penularan Antraks, Klaten Vaksinasi Ternak di Perbatasan Jateng-DIY
Klaten berjuang membentengi penularan antraks pada ratusan ternak lewat vaksinasi.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
KLATEN, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Klaten menyuntikkan vaksinasiantraks terhadap ratusan ternak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Itu menjadi upaya pembentengan ternak dari risiko penularan antraks ditemukan kembali di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dari hasil pemetaan, ada lima desa yang dijadikan sasaran vaksinasi, yakni Kerten, Katekan, Ngandong, Mlese, dan Kragilan. Kelima desa itu terletak di Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Total sasarannya berjumlah 852 ekor sapi.
”Alhamdulillah sampai hari ini tidak ada kasus (antraks). Namun, kami tetap melakukan vaksinasi untuk antisipasi. Ini karena memang letaknya berdekatan dengan wilayah yang ada kasusnya,” kata Bupati Klaten Sri Mulyani saat meninjau vaksinasi antraks di Desa Katekan, Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Kamis (14/3/2024).
Vaksinasi menjadi upaya pemerintah daerah membentengi ternak di wilayahnya dari paparan antraks. Adapun penyakit antraks mencuat pada dua dusun di Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasinya tersebar di Dusun Kalinongko Kidul, Desa Gayamharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman; dan Dusun Kayoman, Desa Serut, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul. Kedua dusun itu masuk dalam zona merah penularan antraks pada temuan kasus kali ini.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Klaten Tri Yanto memastikan penularan antraks belum ditemukan di daerahnya. Oleh karenanya, vaksinasi mesti sesegera mungkin dilakukan guna meningkatkan kekebalan tubuh ternak sehingga tak sampai terpapar penyakit tersebut. Khususnya ternak yang berada di wilayah perbatasan dengan lokasi temuan kasus antraks. Daerah yang disasar vaksinasi menjangkau desa-desa di wilayah perbatasan dengan lokasi temuan kasus antraks.
”Ini memang upaya kami membentengi ternak-ternak di wilayah Klaten dari risiko penularan. Kami bergerak secara serentak untuk menjangkau semua sasaran,” kata Tri.
Meski demikian, papar Tri, vaksinasi antraks dilakukan kerap kali tanpa menunggu adanya temuan kasus di daerah. Di Klaten, kata dia, vaksinasi semacam itu berlangsung rutin setiap tahun. Titik sasaran biasanya daerah-daerah yang berbatasan dengan kabupaten dan provinsi lain, terlebih apabila ada temuan kasus pada wilayah-wilayah tersebut.
Semua risiko penularan kami antisipasi. Kami sudah bergerak melakukan penyemprotan. Pemeriksaan kesehatan hewan diperketat. Untuk pembatasan pergerakan hewan, itu semestinya dilakukan di lokasi temuan kasus (DIY). (Tri Yanto)
Tri menambahkan, kewaspadaan juga ditingkatkan pada pasar-pasar hewan di wilayah Klaten. Pihaknya menginstruksikan agar dilaksanakan penyemprotan disinfektan sebelum dan sesudah aktivitas di pasar itu selesai. Jumlah petugas kesehatan hewan pun ditambah demi memastikan ternak-ternak yang dibawa ke pasar dalam kondisi sehat.
”Ya, semua risiko penularan kami antisipasi. Kami sudah bergerak melakukan penyemprotan. Pemeriksaan kesehatan hewan diperketat. Pembatasan pergerakan hewan semestinya dilakukan di lokasi temuan kasus (DIY),” kata Tri.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Klaten Widiyanti mengimbau para peternak agar tidak membawa ternaknya ke sungai yang mengalir di desa itu untuk sementara waktu, baik itu untuk memandikan ternak maupun sekadar mencari rumput. Pasalnya, sampel tanah dari lokasi temuan kasus sudah dinyatakan positif antraks.
Widiyanti khawatir risiko penularan muncul lewat aliran air menuju sungai dari tanah lokasi kemunculan kasus awal. Namun, pihaknya tak membeberkan berapa lama sebaiknya warga menjauhi sungai agar tak ikut menyebarkan penularan antraks dengan adanya spora yang menempel pada tubuh mereka.
”Jangan sampai spora (antraks) itu mengalir ke sungai. Kalau kita beraktivitas, justru spora itu menempel ke ternak atau manusia. Itu yang bahaya. Sebelum kondisinya aman, jangan beraktivitas di situ (sungai),” kata Widiyanti.
Ketua Kelompok Kandang Dadimulyo Supardi mengaku waswas dengan kembali terjadinya penularan antraks di DIY. Ia semakin khawatir mengingat tempat tinggalnya di Desa Katekan berbatasan langsung dengan lokasi temuan kasus tersebut. Untuk itu, ia merasa bersyukur pemerintah daerah sudah bergerak cepat memvaksinasi ternak di wilayahnya.
Supardi mengungkapkan, sejauh ini para peternak enggan cepat-cepat menjual sapi mereka walaupun ada ancaman antraks dari wilayah tetangga. Ia menganggap lebih penting mengantisipasi penularannya. Sebab, ternak itu bisa tak bernilai jika mati mendadak akibat paparan penyakit tersebut. Padahal, ternak adalah tabungan warga yang bisa dijual sewaktu-waktu jika ada kebutuhan tertentu.
Selain berternak, Supardi juga berdagang sapi. Biasanya, sapi yang akan dijualnya kembali dibeli dari pasar-pasar hewan di wilayah DIY. Adanya temuan antraks membuatnya khawatir sewaktu akan membeli sapi dari daerah tersebut.
”Sekarang saya tidak akan sembarangan membayar kalau sedang cari dagangan. Harus benar-benar tahu kondisi kesehatannya biar tidak bermasalah di akhir,” kata Supardi.