Cuaca Ekstrem NTT, Terpicu Tekanan Rendah dari Australia
Warga tak berani keluar rumah demi alasan keselamatan. Cuaca ekstrem diprediksi masih berlanjut hingga akhir pekan ini.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Angin kencang disertai hujan dengan intensitas ringan hingga lebat terjadi di hampir seluruh wilayah Nusa Tenggara Timur sejak pekan lalu. Cuaca ekstrem itu berpotensi berlanjut hingga 16 Maret mendatang. Sebanyak 7 dari 22 kabupaten/kota di NTT melaporkan sejumlah kejadian bencana sebagai dampak cuaca ekstrem tersebut.
Seperti di Kota Kupang, Selasa (12/3/2024), angin kencang dan hujan lebat terjadi sejak dini hari. Banyak orang memilih tinggal di rumah dengan alasan keselamatan. ”Saya tidak berani keluar rumah. Di jalan-jalan masih banyak pohon tinggi yang sudah tua. Ini bahaya,” kata Kristo Seran (45), warga yang bekerja sebagai tukang ojek.
Angin kencang itu membangkitkan memori warga yang pada 2021 terdampak badai Seroja. Badai itu melumpuhkan seluruh wilayah NTT selama beberapa hari.
Dalam catatan Kompas, 181 orang meninggal, 47 orang hilang, dan 250 orang luka-luka. Total 49.512 jiwa terdampak dengan rumah rusak berat 17.124 unit, rusak sedang 13.652 unit, dan rusak ringan 35.733 unit.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Eltari Kupang Sti Nenot'ek mengatakan, yang terjadi saat ini bukan badai, melainkan cuaca ekstrem. Angin kencang dan hujan lebat terjadi sejak 8 Maret itu awalnya diperkirakan hingga 14 Maret. ”Tetapi melihat kondisi sekarang, bisa sampai 16 Maret. Kami akan terus update perkembangannya,” kata Sti.
Menurut Sti, cuaca ekstrem dipicu oleh tekanan rendah di wilayah Australia. Tekanan rendah menarik massa udara bergerak dengan kecepatan tinggi ke arah sana. NTT yang berada dekat Australia ikut terdampak. Kecepatan angin maksimal mencapai 29 knot atau 53,7 kilometer per jam.
Isu yang menyebut bahwa NTT akan dilanda badai seperti Seroja tahun 2021 adalah tidak benar. Itu hoaks.
Sti mengimbau masyarakat agar senantiasa memperbarui informasi dengan mengunduh aplikasi Info BMKG atau menghubungi Stasiun Meteorologi Eltari pada nomor 081139404264. Isu yang menyebut bahwa NTT akan dilanda badai seperti Seroja tahun 2021 adalah tidak benar. ”Itu hoaks,” ucapnya.
Dampak bencana
Kepala Badan Penggulangan Bencana NTT Ambrosius Kodo mengatakan tidak ada laporan mengenai adanya korban jiwa yang timbul akibat cuaca ekstrem tersebut. Namun, 7 dari 22 kabupaten/kota di NTT melaporkan sejumlah dampak, seperti longsor, pergerakan tanah, pohon tumbang, dan angin puting beliung.
Di Kabupaten Manggarai, terjadi longsor dan pergerakan tanah di Kecamatan Cibal. Sebanyak 14 keluarga terdampak. Di Kecamatan Rahong Utara, longsor mengancam tiga rumah. Penghuni rumah sudah diungsikan.
Di Kabupaten Kupang, satu rumah terkena longsor. Di Kabupaten Rote Ndao, longsor menerjang 3 rumah, puting beliung merusak 1 rumah, banjir menggenangi 1 rumah, pohon tumbang menimpa 1 rumah, banjir merusak 1 bendungan, dan longsor menutup 2 ruas jalan.
Di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Sungai Noemuke di Kecamatan Kualin meluap sehingga menggenangi permukiman warga. Pemerintah setempat bersama TNI sudah mengambil langkah dengan membagi bahan kebutuhan pokok bagi warga yang terdampak.
Di Kabupaten Flores Timur, pohon tumbang menutup badan jalan menuju sejumlah desa di Kecamatan Adonara Tengah. Di Kabupaten Suma Barat Daya, banjir menggenangi Jalan Nasional Kilometer 12 di Kecamatan Wewewa Timur serta 2 rumah di Desa Onggol, Kecamatan Kodi, roboh diterjang angin kencang.
Sementara itu, di Kota Kupang, KM Cahaya Berkat yang mengangkut 34 penumpang tenggelam di Teluk Kupang. Semua penumpang dapat diselamatkan. Saat itu kapal sedang berlayar menuju Pulau Kera.